dibalik jendela buram

3.1K 651 117
                                    


Jimin memandangi Jungkook yang sedang menggeser koper hitamnya di sebelah koper cokelat milik Taehyung.

Hotel Jungkook saat di kunjungi Jimin begitu lengang dan lumayan rapi untuk ukuran dua pria dewasa.

"Ini pertama kalinya kamu datang ke hotelku dan setelah enam hari aku disini"

Jimin terlihat mendecih di balik ekor mata saat Jungkook harus memasukkan beberapa benda; kabel, kamera dan kawanannya.

"Kamu kaya om-om mesum ngomong kaya gitu"

"Kaya gimana?" Jungkook bangkit setelah selesai, "emang aku nyuruh kamu ke hotel buat ngapain?"

Jimin maju tiga langkah, mengambil jarak yang pas saat Jungkook berdiri untuk menyodorkan minuman hangat. Diluar hujan omong-omong.

"Gak tau, tapi liat kakak kamu yang buru-buru menyewa hotel lain tadi malem sama kakak aku, aku jadi mikir yang aneh-aneh soal kamu"

Jungkook tersenyum kecil, beralih duduk di ujung kasur. Mengingat tadi malam Taehyung tidak pulang karena ingin mengucap salam perpisahan dengan Yoongi tapi Jungkook tidak tahu jika mereka menyewa kamar lain.

"Mereka cuma lagi jatuh cinta"

"Dan berakhir telanjang pagi hari, aku pikir itu tindakkan kriminal" Jimin menyuruput teh lemonnya dengan mata tetap memandang Jungkook.

"Tapi kakak kamu mau dengan sukarela ya Jimin"

Jimin menyunggingkan satu senyum, meletakkan gelas kaca itu di atas meja tidak jauh dari kursi yang Jimin duduki saat ini.

"Mereka cepat sekali jatuh"

Pandangan Jimin teralihkan keluar, menatap pantulan air hujan yang menempel di kaca hotel dan mengembun disana, Jungkook mau tak mau ikut memandangnya juga.

"Yeah"

"Kamu take-off jam berapa Jungkook?"

"Jam sebelas"

Bukan tanpa alasan Jungkook mengambil jam terbang agak siang, ini karena Taehyung terlihat frutasi tadi malam; mungkin berat karena akan meninggalkan Yoongi dan bukan Paris. Jungkook pikir dia juga akan merasa berat.

"Masih ada waktu buat jalan-jalan tapi diluar hujan" Jimin terlihat menggapai gelas kaca itu lagi, Jungkook mengangguk pelan.

Tidak ada yang bisa dilakukan lagi karena semua rencana Jungkook telah di lakukan bersama Jimin.

Jungkook kembali merasa hatinya hangat namun nyeri saat bersamaan ketika pandangan menangkap Jimin, tersenyum kecil dan Jimin terlihat baik-baik saja disana. Jungkook penasaran apa Jimin juga merasa berat?

Jungkook mengabaikan dering pesan sejak tadi pagi, karena Jungkook tahu itu dari mama yang tak henti mengomeli Jungkook yang mengambil jadwal penerbangan jam siang. Kembali lagi, bukan tanpa alasan.

Hening kali ini terasa menyesakkan, mata Jungkook melalang buana keluar jendela, menembus tetes hujan, merasakan dinginnya dan merasakan tajamnya. Bertanya-tanya kenapa hujan? Apa awan gelap diatas sana mengerti bagaimana perasaan Jungkook? Apakah ini sebuah do'a dari seseorang yang tidak mau Jungkook pergi atau do'a dirinya sendiri? Atau memang Paris benar-benar tidak mau Jungkook pergi.

"Kamu gak usah so sedih begitu" Jimin mengintrupsi lamunan Jungkook dan mereka kabur secara serentak, yang terlihat sekarang hanya kaca yang buram juga Jimin dengan senyum kecilnya.

"Aku gak sedih"

"Kamu bisa kembali kalo libur"

"Yeah" membayangkan penerbangan, perjalanan menuju rumah dengan rutinitas di kampus esok hari membuat kepala Jungkook berdengung, jujur saja Jungkook masih ingin seperti ini.

"Aku yakin kak Yoongi berat di tinggal kakak kamu" Jimin tersenyum miring dan Jungkook berfikir jika itu pernyataan benar-benar dari Jimin dan bukan dari Yoongi.

"Kakakku juga kayanya berat ninggalin kakak kamu"

"Yeah, tapi seenggaknya mereka punya waktu buat berpisah secara asyik"

Jungkook melihat senyum jenaka Jimin yang terlihat seperti tantangan maka Jungkook bergeser ke kepala ranjang dan menepuk sisi ruang kosong di kasurnya.

"Kita juga bisa"

Jimin membulatkan matanya hendak mengumpat tapi Jungkook cepat memotong, "cuddle beberapa jam sebelum berangkat, gak buruk kan?"


***


Jungkook mendapati dirinya sendiri tertidur di atas kasur, agak bergeser kekanan untuk melirik jam di nakas dan Jungkook baru tertidur setengah jam yang lalu bahkan diluar masih hujan dan Taehyung belum juga kembali.

Jimin di sisi Jungkook, tertidur pulas di bantal yang sama dengan satu selimut sempurna menutupi tubuh mereka. Jungkook tersenyum, merasa tidak menyangka bisa sedekat ini.

Tidak tahu apa yang harus dilakukan disituasi begini selain Jungkook memaku pandangan ke wajah manis Jimin dilihat dari jarak seperti ini Jungkook baru sadar Jimin punya tahi lalat disisi kening, Jungkook punya juga anyway.

Helai birunya menggantung menutup kening dan Jungkook lelah harus merasa terpukau setiap detiknya.

"Kamu cantik" Jungkook berbisik tidak benar-benar berbisik karena tidak mau Jimin bangun lalu berteriak karena posisi mereka. Jungkook hanya lupa bagaimana mereka bisa berakhir tidur bersama.

"Aku tau" Jimin membuka mata perlahan dan Jungkook enggan menjauh.

Matanya bening juga bersih, namun ada sedikit lipatan kantung di bawah matanya. Tidak apa-apa sih, Jimin tetap cantik.

"Kamu bangun?"

"Hm, tepat pas kamu ngebisik sesuatu"

"Aku gak tau telinga kamu sesensitif itu"

"Itu karna kita terlalu deket"

Jungkook tersenyum, menyingkirkan anak rambut Jimin yang menutupi sisi mata.

"Kenapa kita bisa tidur?" Jungkook bertanya pelan, tangannya kembali dia tarik untuk menahan kepalanya sebagai bantalan.

"Kamu tidur pas ngajak cuddle, aku juga ngantuk jadi yeah numpang di kasur kamu karna kursi disana keras omong-omong"

Jimin mengedikkan bahu seperti berusaha menahan posisinya karena Jungkook bisa lihat rasa nyaman disana.

Tapi Jungkook sama sekali tidak keberatan.

"Masih ada waktu, mau kupeluk?"

Jimin menggeleng malas, matanya tertutup dan bibirnya tersungging naik.

"Jangan, atau aku gak bisa lepas"

Jungkook menyusul kekehan Jimin yang masih asik menutup mata, menarik lekukan pinggang Jimin agar lebih dekat dengan Jungkook. Jimin tidak menolak dia dengan sukarela melingkarkan tangan di pinggang dan menelusup ke dada untuk sekedar mencari hangat karena hujan diluar makin deras saja.

"Gak buruk, ini hangat"

"Kamu suka pelukkan?"

Jimin mengangguk dibawah dada Jungkook,"tidak semua, hanya untuk beberapa orang"

"Aku juga, suka memeluk tapi gak semua orang boleh aku peluk"

Jimin mendongak sebentar untuk memberi satu senyuman polosnya yang sudah menjadi senyum favorit Jungkook enam hari ini.

Dan Jungkook balas tersenyum lalu menggesekan hidung mereka sebentar sebelum menarik kepala Jimin untuk dia dekap di bawah dadanya.

Banyak yang Jungkook sukai dari kota ini; ketika saat malam atau siang atau disituasi seperti ini.

Jungkook pikir rasa sukanya tidak lebih besar dari rasa suka untuk seorang pemuda yang memiliki mata terindah dan bernama lengkap Park Jimin yang kini menggelayut malas di bawah pelukkan Jungkook.























24 juli 2020

bukan paris Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang