kita semua takut

3K 602 103
                                    








Jungkook menghela napas panjang, berat. Rasa-rasanya jantungnya ikut keluar bersamaan dengan embusan napasnya. Sebiasa mungkin Jungkook berusaha; berkata selayaknya kekasih yang baik untuk sekedar menenangkan pacarnya yang---cemasnya mulai datang. Jungkook tidak tahu apa yang harus dilakukan saat mereka berjauhan seperti ini.

Jika Jungkook adalah Jimin maka mungkin cemas itu akan menyerangnya juga. Hanya saja, Jungkook tidak tahu jika ini akan memperumit keadaan dan__perasaan Jimin terhadapnya hingga dia bilang 'ragu' yang dimana satu kepercayaan yang seharusnya Jungkook jaga malah dia hancurkan.

"Sayang___?" Tapi Jungkook masih tetap berusaha.

"Jangan panggil aku sayang, aku gak bisa percaya___kalo kamu begitu"

Begitu, Jungkook mengangguk mantap, iya begitu Jungkook salah dia sadar tapi entah kenapa kesalahan kecilnya begitu sangat-sangat berefek besar dengan phobia Jimin.

"Itu pacar Mingyu sayang, berapa kali harus aku bilang?"

"Dan oh gimana kalo dia jatuh hati sama kamu? kamu begitu memesona"

Jungkook diam sejenak, Jiminnya benar-benar takut. Ada rasa syukur di sisi lain karena ini artinya Jimin benar-benar sayang Jungkook hingga dia kesulitan mengontrol rasa takutnya itu, di sisi lain lagi ada hati yang sudah telak berhamburan keluar dan pecah dibawah kakinya sendiri.

"Ji, kamu juga tau aku gak bisa cinta yang lain selain kamu" 

"Gimana aku bisa percaya, kamu bisa aja main-main disana"

"kamu percaya, hanya rasa takut kamu lebih besar dari itu"

Lalu isak kecilnya terdengar, hati Jungkook kembali berdenyut kala lagi-lagi sadar jika anak itu sendirian bersama takutnya menangisi Jungkook.

"Jangan nangis lagi sayang, please"

Oh Jungkook paling tidak bisa mendengar Jimin menangis dengan fakta Jungkook si biang keroknya. Bahkan kesalahan itu seolah lenyap di pikiran Jungkook karena masalah ini seperti hanya fokus pada ketakutan Jimin sendiri dan bukan soal foto biadab itu.

"Kamu bisa nyerah kalo mau" dia bilang lagi seduan hidungnya terdengar agak ringan.

"Ji jangan kaya gitu" hati Jungkook tiba-tiba saja lebih penas dari sebelumnya. Membayangkan hidup tanpa Jimin membuatnya meringis nyeri seolah pikiran itu secara langsung melukai fisiknya.

"Kamu bener, aku takut maka dari itu menyerah saja"

"Tapi kenapa?"

"Aku terlalu takut Jungkook, kalo diterusin juga nanti bakal berakhir sama"

"Tapi aku gak bakal ninggalin kamu sayang"

"Gimana aku bisa yakin?"

"Karna aku juga yakin sama kamu"

Heningnya cukup lama mengambil alih, Jungkook lamat-lamat mendengar bagaimana napas itu di embuskan Jimin; berat-ringan terus seperti itu. Jimin terdengar menarik ulur semua rasa di dalam hatinya.

"Kamu tau, ngambil keputusan secara terburu itu bukan hal bagus"

"Trus apa yang bagus Jungkook saat aku aja gak yakin sama diri aku sendiri?"

"Aku perlu yakinin kamu"

Jungkook sangat tahu Jimin perlu di yakinkan dengan sedikitnya satu dua kecupan sebagai pelengkap. Menghadapi seseorang yang terkait dengan satu ketakutan tidak akan terlalu menguras tenaga dan pikiran. Jungkook hanya perlu menunggu saat dimana sisi lain dari Jimin akan kembali menerimanya beserta kesalahannya juga__Jungkook sudah berjanji pada Tuhan jika dia tidak akan bertindak ceroboh lagi dan tidak akan membiarkan kelakuan bodohnya begitu kentara terlihat.

bukan paris Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang