01. Titles

633 91 14
                                    

Seperti cerita pada umumnya, paragraf paling awal dari cerita selalu menyinggung mengenai kondisi cuaca yang menjadi latar pertama cerita tersebut. Dan, inilah dia, di suatu tempat dengan kondisi cuaca yang panas menyengat di siang menjelang sore hari. Suhu udara bagaikan teman yang ditagih hutang tapi selalu mengelak: tidak bersahabat. Menarik setiap bulir keringat dari pori-pori kulit makhluk hidup, dan meninggalkan jejak berupa aroma yang khas.

Kim Jaejoong berdiri tegap di tribune, matanya menatap tajam hamparan luas lapangan yang permukaan tanahnya diinjak oleh banyak orang dengan semena-mena.

Kening Jaejoong berkerut dalam, bukan karena panas. Tetapi melayangkan protes non verbal saat matanya melihat pemandangan yang tak semestinya dilakukan para mahasiswa baru di tengah lapangan sana.

Telapak tangan teracung, lalu mengepal menyisakan jari telunjuk dan tengah bersisian, kemudian mengarahkan jemari tersebut ke arah segerombolan mahasiswa baru yang sedang melakukan push-up di tengah lapangan.

"APA YANG SEDANG KALIAN LAKUKAN? BERLOMBA MENCIUM TANAH?!" Teriakan memekak telinga itu bukan berasal dari Jaejoong.

Tersentak, para mahasiswa baru menoleh satu sama lain karena kebingungan. Apa salah mereka kali ini?

Shim Changmin berdecak gemas kemudian mengambil langkah cepat untuk menghampiri sekelompok anak muda berkaus putih lengan pendek yang tengah dalam posisi bercumbu dengan rumput hijau lapangan. "Itu yang kalian sebut dengan kekompakan? Tim macam apa kalian?!" tidak dengan teriakan seperti sebelumnya, tapi tetap sakit untuk didengar. Baik oleh telinga maupun hati.

"TAMBAH DUA PUTARAN DENGAN KOMPAK!"

Tidak ada yang berani menentang, atau bahkan sekedar menyuarakan keluhan. Walaupun sudah tahu dengan pasti, satu putaran sama dengan dua puluh lima kali push-up.

Lelaki di tribune mendengus puas. Kerutan hilang dari paras eloknya yang berkilau tertimpa cahaya matahari. Bahkan keringat yang menetes tidak sanggup melunturkan raut wajahnya yang datar. Dengan seragam lapangan mahasiswa teknik berwarna merah yang berkibar tertiup angin, Jaejoong menuruni tribune dan melangkah ke arah Changmin yang sedang mengawasi kegiatan peserta di pinggir lapangan.

Changmin mengangguk setelah lelaki itu berbisik padanya. Jaejoong melirik para mahasiswa baru yang sedang menjalankan hukuman dari bahunya, dan meninggalkan lapangan tanpa kata lain yang terucap.

Kim Jaejoong. Siapa yang tidak kenal?

Kim Jaejoong, mahasiswa tingkat 3 jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Cassiopeia.

Seluruh mahasiswa Fakultas Teknik tahu siapa Kim Jaejoong. Kecuali, mahasiswa tingkat satu yang masih bau matahari kemarin sore, yang bahkan dianggap baru saja menginjakkan kaki di parkiran perguruan tinggi oleh para senior.

Saat seorang mahasiswa baru bertanya kepada seniornya siapa itu Kim Jaejoong, si senior malah balik bertanya, "Kau masuk Fakultas Teknik Cassiopeia tapi kau tidak tahu siapa itu Kim Jaejoong?!" Si senior ternganga tak percaya, kemudian menjawab pertanyaan junior bodohnya dengan lugas.

Dan, setelah mendengar jawaban dari seniornya, si junior merasa beruntung karena ia bertanya kepada seniornya semasa ia sekolah kemarin. Merasa amat sangat beruntung. Apa jadinya ia jika bertanya kepada senior secara asal? Habislah dia!

Kim Jaejoong, Sang Kaisar Fakultas Teknik.

.

.

.

Lee Sooman menepuk pundak Jung Yunho bangga setelah ia memberikan kata sambutan di depan audiensi dalam suatu acara amal yang diadakan oleh Presiden Mahasiswa dan kabinetnya. Ia bangga karena melalui acara amal ini, nama Universitas Cassiopeia melambung naik dan mendapatkan citra baik.

"Terima kasih atas dukungan Anda, Pak. Berkat Anda, acara ini dapat berjalan dengan baik dan lancar sebagaimana mestinya," Yunho tersenyum diplomatis sembari berjalan mengantarkan sang Rektor ke pintu utama.

"Aku sangat menyesal karena tidak bisa mengikuti acara ini hingga selesai karena pertemuan dengan Wali Kota. Tapi aku akan menunggu laporan acara ini tiga hari dari sekarang. Jadi, jangan sampai lengah karena aku tidak ada di tempat selama acara," balas Sooman sembari berkelakar.

Yunho, masih dengan senyuman andalannya, membalas, "Siap, Pak! Anda tidak perlu khawatir."

Sooman mengangguk puas, berpamitan, kemudian keluar dari ruang aula bersama para wakil rektor dan staf rektorat lainnya.

Yunho menghela napas cukup berat, lalu memutar tumitnya seratus delapan puluh derajat, hanya untuk menemukan wajah cemberut Kim Junsu dan tatapan maut dari Kim Heechul. "Demi-celana-dalam-ungu-Yoochun, kau menyanggupi untuk membuat laporan dalam dua hari?!" Senyum diplomatis Yunho kembali terkembang. Junsu melayangkan tatapan tidak percaya. "Aku harap aku bisa membunuhmu saat ini juga."

"Kau tahu apa ini, Mr. Jung?"

Yunho diam-diam meneguk ludah saat Heechul mengacungkan pena dengan ujung yang mengilap tajam. "Kurasa satu atau dua tusukan di lubang hidungmu tidak akan sakit..." seulas senyum manis terukir di bibir Heechul. Manis, sebelum kalimat selanjutnya membuat senyuman itu bagai mimpi buruk yang siap menghantui ketika malam menjelang. "sesakit kepalaku saat harus begadang untuk menyelesaikan laporan acara dalam dua hari!"

Heechul nyaris melompat ke arahnya jika saja sepasang tangan kurus melingkar di perutnya dengan segera. "Tenang, Heechul, tenang!"

Sunny, perempuan berambut pendek mencoba menenangkan Heechul yang sedang dalam mode mengamuk. Im Yoona mendekat sambil menggelengkan kepala. "Kau berhutang makan siang selama seminggu pada kami." Yoona mendelik pada Yunho, kemudian melakukan high five dengan Junsu.

Yunho kembali menghela napas, tidak seberat helaan yang pertama. Ia tersenyum, senyum yang berbeda dari senyuman yang ia berikan kepada rektor. "Aku percaya pada kalian."

"Manis sekali mulutmu, bangs-!" Sunny buru-buru menutup mulut pedas Heechul sebelum meluncurkan makian sembari mengintip dari balik bahu lelaki itu. "Apakah kita bisa kembali ke pekerjaan masing-masing? Kurasa yang lain masih membutuhkan bantuan kita." Sunny menggerling ke sisi ruangan. Jelas acara masih berlangsung dan membutuhkan tenaga untuk membantu dalam hal teknis.

Yunho menggangguk, "Ayo kembali bekerja. Setelah ini selesai, kita bicarakan mengenai laporan," ia berjalan mendahului para rekannya. Namun setelah beberapa langkah, ia berhenti dan berputar, "dan ingatkan aku untuk mentraktir kalian makan siang selama satu minggu."

Sunny melonjak senang dengan dua tangan teracung.

Yoona tersenyum tipis sambil menggelengkan kepala.

Junsu mengacak rambut frustrasi, tapi kemudian tersadar dan menata kembali rambutnya seperti semula.

Sementara Heechul menggumamkan kutukan-tak-termaafkan untuk makhluk bernama Jung Yunho.

Jung Yunho, Sang Presiden Mahasiswa Universitas Cassiopeia.

.

.

.

Vans proudly presents

THE EMPEROR AND THE PRESIDENT

.

.

.

a/n: Halooo ada yang masih ingat sama Vans? Hehe

The Emperor and The PresidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang