06. Final Match

354 67 8
                                    

Menjaga performa adalah suatu kewajiban bagi seorang Presiden. Sekalipun itu hanya sekelas presiden mahasiswa.

Tapi, menjaga kesabaran merupakan satu-satunya hal terberat hanya untuk menyetabilkan performa seorang pemimpin.

Presiden Yunho harus mengelus dada berpuluh kali sejak dimulainya kegiatan olahraga kampus. Menahan kekesalan yang hampir meluap dengan kesabaran yang sebetulnya sudah ditanam kuat dalam diri. Menjadi seorang pemimpin benar-benar berat.

Terutama saat ada orang lain yang memiliki kekuasaan yang hampir sama besarnya datang mengancam.

Seringaian puas nan mengejek Kaisar Jaejoong sudah bagaikan makanan sehari-hari Yunho dalam beberapa hari terakhir ini.

Sarapan, Jaejoong.

Makan siang, Jaejoong.

Hanya setelah makan malam ia tidak dihantui oleh seringaian Jaejoong.

Meskipun demikian, Yunho tidak bisa tidur dengan tenang karena mengingat seringaian Jaejoong.

Sial.

Setelah makan siang di kafetaria, Yunho bersama dengan Minho berjalan beriringan menuju lapangan futsal untuk menonton pertandingan babak final futsal putra. Pertandingan final kali ini akan sangat menarik karena mempertemukan tim yang sama-sama kuat, yakni tim ekonomi melawan teknik.

Tentu sebagai mahasiswa ekonomi dan bisnis yang baik, Yunho dan Minho akan menonton dan mendukung pertandingan hingga usai.

Karena babak final, bisa ditebak kalau tribune gelanggang olahraga dipenuhi oleh mahasiswa, terutama dari masing-masing fakultas yang bertanding kali ini. Dan, sudah bisa ditebak pula penonton mana yang paling heboh.

"SIAPA KITA?!"

"TEKNIK!!"

"SIAPA KITA?!"

"TEKNIK!!"

"TEKNIK BERSATU TAK BISA DIKALAHKAN!!"

Ini hanya perasaan Yunho, atau memang kehebohan itu benar-benar membuatnya merinding?

"Woah." Minho menatap kagum pada segerombolan mahasiswa teknik yang mendominasi populasi penonton di tribune sebelah barat dan utara. Mereka nampak menyolok dengan kaus hitam polos dan ikat kepala berwarna merah.

Setelah mendudukkan diri di salah satu bangku tribune sebelah timur—tempat teman-teman dari fakultasnya berkumpul, Yunho dan Minho baru menyadari kalau ada beberapa tulisan yang terpampang pada sebuah kain yang ditempelkan di dinding tribune dekat lapangan disertai dengan bendera SOTUS kebanggaan fakultas teknik.

Tulisan-tulisan itu berbunyi:

/ PANTANG PULANG SEBELUM MENANG /

/ SERI SAJA TAK SUDI, APALAGI KALAH /

/ KALAU KALAH TIDAK BOLEH RIBUT, KALAU RIBUT TIDAK BOLEH KALAH /

Jadi, sebenarnya mereka mau menerima kekalahan atau tidak?

Sorak sorai penonton makin membahana ketika dua tim yang akan bertanding masuk secara bergantian ke lapangan. Mereka memulai pemanasan di lapangan, bersiap untuk menghadapi pertandingan final dan memboyong trofi kemenangan ke fakultas masing-masing.

"KIM JAEJOONG! KIM JAEJOONG! KIM JAEJOONG!!"

Sorakan yang satu ini tentu tertuju kepada Kim Jaejoong, Sang Kaisar Teknik.

Oh, Yunho baru tahu kalau Jaejoong diikutsertakan dalam tim futsal teknik. Ia kira Kaisar sombong satu itu akan duduk di tengah-tengah tribune yang dijadikan singgasana sesaat dengan para pengawal dan dayang mengelilinya. Ck.

Nyatanya, Jaejoong kini malah berdiri di tengah lapangan sebagai anggota tim futsal teknik. Bagaimana permainannya? Apakah akan sebagus pemain yang lain?

SHOOT!

Bola melesat ke arah gawang dengan kencang, membelah angin dengan kecepatan yang tidak main-main. Dan, masuk. Jaejoong berlari kecil ke belakang barisan setelah menembakkan bola saat pemanasan di lapangan.

"Wow. Tidak buruk-"

Minho terkesiap. "Tidak buruk, katamu? Itu hebat, kawan!"

"Aku harap penjaga gawang kita tidak kalah menghadapi tembakan seperti itu." Minho menggumam. "Oh, terima kasih." Tangan Minho spontan memegang gelas plastik bening berisi minuman segar tanpa melihat siapa yang memberikan minuman itu padanya.

"Selamat siang, Kakak Artis!"

Minho menggerakkan kepalanya ke samping perlahan-lahan. Entah dari mana datanganya, Lee Taemin sudah dalam posisi duduk di samping Minho dengan gelas minuman yang sama di tangan. "Akhirnya kita berjumpa lagi," ujarnya antusias. Minho menelan ludah kesat lalu tersenyum gugup.

"Iya, halo, err..." Sial. Minho tidak tahu siapa nama bocah satu ini.

"Ah, kau belum tahu namaku? Aku Lee Taemin, mahasiswa Teknik Industri tingkat 2. Salam kenal~" Taemin mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk V-sign.

"Haaaa—iya, Taemin. Namaku Choi Minho. Salam kenal juga." Minho menundukkan kepala singkat yang dibalas dengan perlakuan yang sama oleh Taemin.

Yunho yang melihat adegan lucu itu hanya dapat menahan tawanya agar tidak meledak di depan umum. Ia pun memajukan tubuhnya untuk dapat melihat bocah lucu bernama Taemin itu dengan jelas. "Halo, Taemin. Aku Jung Yunho, teman 'Kakak Artis' sejak kecil," ucap Yunho sembari meledek Minho dengan menekankan perkataannya pada kata 'Kakak Artis'.

Sungguh, itu adalah bahan ledekan terhebat selama satu bulan terakhir!

Mulut Taemin terbuka, membentuk huruf o kecil. "Kau Presiden Yunho yang itu, 'kan?" Yunho menggangguk.

"Err... Taemin, kenapa kau tidak duduk bersama dengan teman-temanmu di sana?" tanya Minho seraya menunjuk tribune seberang menggunakan dagunya.

Pengusiran terselubung.

Kedua kelopak mata Taemin berkedip pelan. Menyuguhkan adegan slow motion di mata seorang Choi Minho.

Eh?

"Aku baru saja tiba, lalu melihat Kakak di sini. Jadi aku ke sini untuk memberikan minuman kepada Kakak dan duduk di samping Kakak."

Jantung Minho pada faktanya sudah berdetak semenjak ia dilahirkan ke dunia. Tapi rasanya kali ini debaran jantungnya terasa lebih berdentum dua kali lebih cepat. Apakah ia sedang sakit?

Minho tiba-tiba menyentuh dada sebelah kirinya.

"Omong-omong, kenapa kau membawa dua minuman? Padahal kau baru tahu kalau kami duduk di sini," tanya Yunho yang disambut dengan senyuman lebar Taemin.

"Itu sebenarnya minuman untuk Kakakku." Ia menunjuk seorang laki-laki yang duduk di tribune sebelah selatan bersama mahasiswa fakultas ekonomi dan bisnis.

"Lee Donghae kakakmu?"

"Iya."

Donghae menatap ke arah Taemin, adiknya yang duduk di tribune sebelah. Nampaknya dia sedang ingin mengatakan sesuatu kepada Taemin—dari gesturnya yang terlihat oleh Yunho. Sepertinya Donghae menanyakan perihal minumannya yang tak kunjung tiba.

Taemin menggeleng cepat pada si kakak, kemudian membalikkan tubuhnya kembali menghadap Minho yang duduk diam sembari menyeruput minuman dingin pemberian Taemin—yang seharusnya Taemin setorkan kepada kakaknya.

Kekehan lolos dari bibir Yunho saat melihat reaksi Donghae yang putus asa sekaligus kesal kepada si adik.


***

The Emperor and The PresidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang