(Dont) Believe

1.2K 71 11
                                    

"AYAH..BUNDA"

Nafasnya terengah. Ia langsung bangun dan duduk begitu mimpinya datang lagi. Menarik kakinya, lalu menempelkan lututnya pada dada. Memeluk tubuhnya sendiri.

"Hiks..hiks.." isakannya mulai keluar.

Bibir mungil itu terus bergetar bersamaan dengan tubuhnya. Semakin lama, semakin terdengar keras tangisnya.

"Ayah..hiks tolong"
"Bunda..hiks bunda"
"Hiks..aku.. aku takut bunda. Ayah tolong"

Ceklek

"Art" lelaki jangkung itu segera mendekati art. Begitu tergesa.

"Aku disini" memilih duduk di pinggiran ranjang dan mengelus bahu mungil yang bergetar itu.

Tangan mungil art segera merengkuh leher pria di sampingnya. Tangan itu bergetar. Bahkan tubuhnya juga ketara bergetar.

"Aku takut" gumaman itu terus terulang dari mulut mungil art.

"Tatap aku" perintahnya.

Art yang ketakutan memang bukan hal yang mudah di taklukkan. Art akan terus asik dengan dunianya dan takkan mendengarkan siapapun. Jadi percuma ia menenangkan art. Dia harus menyadarkan art terlebih dahulu.

"P-p'..p'mew" gumam lirih art begitu menatap pria yang sedang ia peluk.

Mew, -pria yang di panggil- tersenyum setelah berhasil menyadarkan art. Ia mengelus punggung art.

"P'.."

"Sssttttt"
"Aku disini. Kau tak sendiri. Ada aku"

"Ayah..bu-"

"Kau sayang mereka kan.?"
"Ingat dengan pesan dokter gun.?"

Art memandang dada mew. Memikirkan ucapan mew. Lalu ia menganggup.

"Tak boleh membuat ayah dan bunda sedih. Mereka sudah bahagia. Dan art harus bahagia agar mereka tetap tersenyum"

Itu adalah mantra ajaib art.

Mew tersenyum saat art mulai bernafas teratur. Tubuhnya sudah tak bergetar. Tanda art mulai tenang.

"Tidurlah"
"Aku akan duduk disini menunggumu sampai terlelap" mew mengusap lembut rambut yang terlihat sedikit berantakan itu.

Art menurut. Mengangguk lalu sedikit menggeser badannya ketengah.

Tangan art masih menggenggam telapak tangan mew. Telapak mungil itu begitu pas dalam genggaman telapak besar milik mew.

Mew mengelus rambut art dengan tangan satunya yang terbebas. Mew duduk sambil bersandar kepala ranjang.

Art mulai memejamkan matanya. Perlahan mew mendengar nafas teratur dan dengkuran halus. Art sudah tertidur. Tapi ia belum terlelap. Sebab tangan mew masih terasa erat dalam genggaman art.

Mew masih duduk di ranjang art meski ini sudah 2jam berlalu. Jam dinding sudah menunjukkan angka 4. Artinya 4jam lagi ia akan kekantor. Tapi ia belum juga mencoba melepas genggaman itu. Rasanya akan ada yang hilang bila melepas genggaman itu. Lagipula ia sudah tak mengantuk lagi. Dan ia tiba-tiba mengingat kejadian 3tahun lalu. Kejadian yang membuat art trauma. Kejadian yang akhirnya membuat ia bertemu art. Kejadian yang membuat ia akhirnya terjebak dalam lubang yang membuat ia tak bisa bangun. Tak ada yang bisa menolongnya.

Tersenyum pahit. Lalu ia terpaksa melepas genggaman art. Ia butuh penenang. Akhir-akhir ini art lebih sering bermimpi tentang orang tuanya. Mungkin sebaiknya mereka mengunjungi dokter gun -psikiater art- secepatnya.

MewArt Oneshoot [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang