Bulan dan Bintang 1.0

3.9K 358 60
                                        

Sometimes you do things for the right reasons and sometimes for the wrong ones and sometimes it's impossible to tell the difference.

—Nicola Yoon—

***

"Lan, kantin nggak?"

Murid laki-laki yang dipanggil itu mengalihkan fokus dari gitarnya ke sosok yang ada di depannya, "Ntar deh."

"Eh, nitip—"

Sebelum Bulan bisa menyelesaikan kalimatnya, temannya itu keburu berlari secepat kilat demi menghalau paksaan yang mungkin akan ia dapati.

Menggeleng pelan, Bulan kembali memetik gitarnya.

Di jam istirahat seperti ini masih ada murid yang setia berada di dalam kelas. Meskipun hanya ada tiga orang, mereka semua masih fokus dengan aktivitasnya masing-masing. Satu orang sedang tertidur pulas di pojok kelas, satu orang lagi sedang fokus menggambar karakter anime di buku gambarnya, dan satu orang terakhir adalah Bulan sendiri yang sedang menciptakan alunan nada indah dari senar gitar yang ada di pangkuannya.

Terlalu fokus memainkan jemarinya membuatnya tak sadar bahwa sedari tadi ada sesosok perempuan yang sedang memperhatikannya dari balik pintu.

Murid perempuan itu berulang kali menarik napas dalam lalu mengeluarkannya kembali, ciri khas orang yang sedang gugup.

"Permisi," pintu kelas 12 IPA 4 diketuk sebanyak dua kali, membuat wajah Bulan kini terangkat.

"Boleh masuk?" tanya murid itu lagi.

Kedua netranya menemukan seorang murid perempuan berambut pendek sebahu dengan jepitan kecil sebagai hiasan kepala. Dia berdiri di depan pintu, tangan kanannya masih melayang di dekat pintu membentuk kepalan bekas mengetuk pintu kelasnya tadi sementara tangan kirinya memegang sebuah kotak kardus berwarna putih. Ada sedikit bekas minyak menjalari bagian bawah kotak itu.

Bulan mengangguk dan sedetik kemudian gadis itu melangkah masuk dengan senyuman di wajahnya.

"Mau beli risol?" gadis itu membuka tutup kotak, membuat aroma dari beberapa potong risol itu menguar.

"Emm, boleh deh," kata Bulan. Gitarnya yang sebelumnya berada di pangkuannya dia pindah tempatkan agar tangannya lebih leluasa.

Kebetulan sekali kan? Saat dia tidak membawa kotak makan siang dan terlalu malas pergi ke kantin ada murid yang berjualan keliling.

Di SMA Adibrata, khususnya saat jam istirahat, sering ditemukan murid yang berjualan keliling kelas. Kebanyakan adalah pengurus OSIS atau anggota ekskul yang sedang mencari tambahan dana untuk acara mereka yang sebentar lagi di adakan.

"Ini nih yang isinya bihun. Kamu nggak suka wortel kan?" gadis itu memberitahu.

Sebelah alis Bulan terangkat. Aneh, jarang ada yang tahu fakta bahwa dia tidak menyukai salah satu jenis sayuran tersebut. Matanya kemudian menelisik wajah gadis di depannya, terlihat tidak asing, namun sayang Bulan tidak bisa mengingat siapa namanya. Ditambah bet namanya yang tidak terpasang di seragam.

"Berapa?"

"Dua setengah."

"Gue ambil dua," tangan kanan Bulan menggantung di atas kotak itu lagi. "Mana lagi yang isinya bihun?"

"Ini," gadis itu menunjuk sebuah risol di sudut kotak.

Bulan menggigit ujung risolnya dan membiarkan risol itu menggantung di ujung bibirnya, tangan kirinya digunakan untuk memegang risolnya yang lain sementara tangan kanannya sibuk merogoh saku seragam. Begitu mendapatkan selembar uang lima ribuan ia segera mengulurkannya ke arah gadis tersebut.

KUMPARANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang