Bulan dan Bintang 2.0

1.6K 221 50
                                    

I was happy before I met him
but I'm alive now
and those are not the same thing.

—Nicola Yoon—

***

Bel istirahat kedua sudah berbunyi, tapi Bintang belum bangun juga.

Seharusnya Bulan juga ikut terlelap, namun sayang rasa kantuk sedang enggan berkunjung. Lagi pula siapa yang bisa tidur di saat seperti ini? Ada seorang gadis yang terlelap di atas pahanya. Rambutnya berantakan, ada titik-titik keringat di sekitar dahinya, mulutnya agak sedikit terbuka, namun yang anehnya semua perpaduan itu malah membuatnya terlihat makin cantik.

Sebentar, apa tadi katanya?

Cantik??

Makin???

Sepertinya Bulan benar-benar sudah gila.

Bahkan hari ini adalah hari pertama Bulan mengenal Bintang, ralat, bukan mengenal, namun mengetahui. Karena informasi yang Bulan tahu hanya sekadar nama panggilan dan ambisi untuk melanggar peraturan. Di mana kelas gadis itu berada pun Bulan tidak tahu —bahkan nama lengkapnya.

Bulan menghela napas sejenak, secara perlahan ia melepas jepit rambut milik Bintang. Jepit rambut itu berwarna kuning dan lucunya jepitan itu berbentuk bintang yang sedang tersenyum. Sehingga saat berada di rambutnya yang hitam legam warna kuning terang jepitan itu seakan-akan mengumpamakan sebuah bintang di malam hari. Dia bersinar dalam gelap.

Bulan mendengus geli, "Bintang kok pakai bintang?"

Dimasukkannya jepitan itu ke dalam saku seragamnya lantas jemarinya bergerak menyisir rambut halusnya yang terurai. Berniat merapikannya agar jantungnya segera pulih.

Baru tiga kali Bulan mengusap lembut rambut gadis itu, detik selanjutnya ia langsung menyandarkan punggungnya ke tembok lantas memejamkan mata.

Tidak lama kemudian dirasakannya beban di pahanya berkurang.

"Aku tau kamu nggak tidur."

Ucapan Bintang membuat Bulan membuka matanya lantas tersenyum kikuk.

Bulan pura-pura menguap, "Eh? Udah bangun?"

k u m p a r a n

Sesekali matanya melirik ke arah jendela, mengamati beberapa siswa yang berlalu lalang melewati ruang melukis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesekali matanya melirik ke arah jendela, mengamati beberapa siswa yang berlalu lalang melewati ruang melukis. Berbagai macam suara samar-samar dapat ia dengar. Seperti; membahas perihal makanan apa yang akan mereka beli saat sampai di kantin nanti, cerita tentang film yang sedang ramai diputar di bioskop, rasa lelah setelah menyimak pelajaran fisika, atau menertawakan dua anak laki-laki yang sedang dihukum oleh Bu Ani dengan berdiri di bawah tiang bendera, salah satunya sambil makan mie ayam.

Tidak lama kemudian Aldika bangkit dari tempat duduknya lalu menggulung kemejanya sampai ke siku. Sensasi dinginnya air yang mengucur dari keran wastafel langsung menjalar di telapak tangannya. Warna air di pusaran kini bercampur antara hitam, putih, biru, dan kuning.

KUMPARANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang