Kumparan dalam kelistrikan dan elektronika adalah gulungan lilitan kabel atau kawat yang berfungsi untuk menimbulkan medan magnet.
Di SMA Adibrata, Kumparan adalah sebutan yang digunakan untuk sekumpulan laki-laki berparas tampan dan juga rupawan. K...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mataku terus tertuju padamu Saat kulihat dirimu tersenyum Ingin aku menyapa Namun, ku terdiam tak kulakukan
Mungkinkah kau pun juga begitu Tahu kau masih malu Sungguh ingin ku sapa Namun, ku terdiam tak kulakukan
Senyumnya mengembang saat ia menghadap ke arah taman di mana beberapa murid dari ekskul band sekolah tengah menyanyikan lagu Terdiam dari Maliq & d'Essentials secara akustik.
Meskipun dia tidak bisa melihat dengan jelas bagaimana ekspresi kekasihnya saat ini akibat posisinya yang bersandar menghadap taman, ia dapat merasakan kalau kekasihnya sekarang sedang tersenyum sembari menggeser satu per satu foto yang ada di kemera DSLR miliknya.
Saat kelompok band itu mulai memasuki bagian reff lagu, sang gadis mulai menurunkan kameranya. Perhatiannya saat kini hanya terfokus pada alunan gitar yang membawakan lagu favoritnya.
Detik selanjutnya, secara bersamaan keduanya bernyanyi bersama.
Apakah kau rasakan Getaranku pada dirimu? Ku hanya duduk terdiam Menunggu untuk tahu namamu
Setelah menyanyikan lirik tersebut, keduanya kompak menegakkan badan untuk saling berpandangan dan tertawa.
"Inget nggak waktu awal kita PDKT?" Yoga bertanya tanpa menghilangkan senyuman di wajahnya.
"Kenapa emangnya?"
"Tiap hari aku dengerin lagu ini terus hehe."
Gadis itu mengulum bibirnya mencoba menahan supaya senyuman malu-malu tidak muncul di wakahnya. "Tapi kamu beda! Ini di lagunya cowoknya diem aja, kamu mah nggak ada diem-diemnya."
"Loh?" Yoga sempat mengerutkan dahinya sebelum kembali bicara. "Itu namanya usaha, Nggi. Kalau aku beneran 'terdiam' ya aku nggak bakalan ngajak kenalan terus berani deketin kamu sampai akhirnya kita pacaran kan?" katanya dengan tatapan jahil.
Anggi refleks mendorong pipi Yoga supaya laki-laki itu menatap ke arah lain selain wajahnya untuk menahan malu. Laki-laki di depannya ini harus sekali berterus terang seperti itu ya?
"Eh eh merah ya pipinya?" Yoga iseng meledeknya meskipun tahu kalau cubitan Anggi sering membuat biru lengan dan perutnya. Memang ajaib pacarnya ini. "Cieeeee. Lagi inget-inget masa lalu ya?"
"Yogaaa!!!"
"Hahaha sini-sini," ujar laki-laki itu sambil kembali menempatkan kepala Anggi di pundaknya yang lebar. Cara paling ampuh agar gadisnya tidak marah lagi.
"Kamu mirip sofa aku di rumah."
"Kamu mirip invertebrata."
"Kok gitu?" bola matanya bergerak ke sudut kanan bersamaan dengan munculnya kerutan di kening.
"Nggak punya tulang belakang! Nyender teruuusss."
Tanpa mengindahkan sindiran kekasihnya, Anggi justru makin nyaman memejamkan mata dan meluruskan kaki serta memeluk kamera milik kekasihnya. "Biarin. Orang kamu yang nyuruh tadi."