" I am now . "
- 🌑 -
Banyak orang yang memanggil Kim Namjoon adalah 'perpustakaan berjalan'.
Kata panggilan terhadapnya itu sudah sangat akrab baginya saat dirinya masih duduk dibangku Sekolah Dasar.Rumus dan teori setiap mata pelajaran melekat sangat baik di dalam otaknya sehingga ia mendapat julukan itu dari orang-orang, ditambah dengan skor Intelligence Quotient yang mencapai 148, kelas dimana orang-orang berotak sangat jenius. Tidak heran lagi jika Namjoon mendapatkan julukan itu.
Awalnya memang terasa sedikit risih karena dirinya tidak suka dengan nama julukan aneh tersebut. Bahkan saat Namjoon dipanggil 'perpustakaan berjalan', dirinya membayangkan sebuah bis perpustakaan yang berjalan dan pikiran konyolnya itu membuat Namjoon beranggapan bahwa dirinya adalah sebuah bis.
Tapi berbeda dengan sekarang. Namjoon sudah besar, ia sudah mengerti dan menerima nama julukan itu. Itupun dibantu dengan Min Yoongi yang menjelaskan secara detail tentang nama julukan Namjoon.
Ah, berbicara tentang Min Yoongi membuat Namjoon semakin rindu padanya.
Sebuah buku kecil berwarna cokelat dan sedikit campuran warna hijau beserta stiker tulisan "Think Happy Thoughts" jatuh dari meja belajarnya sehingga membuat bunyi kecil yang terbentur oleh lantai kamarnya. Buku sederhana dan berharga itu berisi catatan keseharian Namjoon diwaktu kecil.
Namjoon mengerutkan keningnya, bingung. Siapa yang berani mengeluarkan buku ini dari loker nakasku? Batinnya sedikit kesal.
Buku ini termasuk benda privasinya, karena isi keseluruhannya mencakup rahasia dimasa kecilnya. Tidak heran jika ia merasa sedikit kesal karena bukunya berada pada tempat yang tidak seharusnya.
Lelaki berparas tinggi itu berjalan mendekati meja belajarnya.
Ia berpikir keras, mencoba menebak satu persatu seseorang yang ada di rumah besarnya ini yang kira-kira cocok sebagai pelakunya. Dan seketika perempuan berumur 15 tahun berdiri sambil bersandar pada pintu kamar Namjoon yang dibuka lebar sedari tadi.
"Sedang apa kau?" Tanyanya sambil memakan chips kesukaannya.
Kim Nara.
Gadis yang sebentar lagi perang dengan kertas berdiri santai diambang pintu sana sambil memakan cemilannya. Sepertinya ia cocok sebagai pelaku dari pelanggaran ini.
Namjoon meletakkan kembali buku itu di meja belajarnya lalu memasukkan tangan kanannya kedalam saku celana boxernya. Sedangkan tangan kirinya menunjuk kearah Nara. "Kau..." Ucapnya gantung. Sengaja ia menggantungkan perkataannya agar Nara terlihat panik.
Tetapi apa yang dianggap orang-orang selama ini benar. 'Kenyataan tidak sesuai dengan ekspetasi.'
Nara hanya menatap kakak satu-satunya itu dengan tak acuh. Padahal ini masih pagi, mengapa ia bertingkah tidak jelas? Apa ia masih mengigau? Pikir Nara heran. Dengan kaus dalam putih yang masih dipakai Namjoon dan tempat tidur yang sangat berantakan membuat Nara mau tak mau beranggapan bahwa Namjoon baru saja bangun dari tidurnya.
"Rapihkan kamarmu segera. Kita akan berangkat jam delapan nanti."
Berangkat? Jam delapan? Mengapa begitu mendadak? Dan juga ada acara apa Namjoon harus berangkat pada jam pagi itu?
"Kita akan pergi ke Hawaii untuk berlibur musim panas." Jelas Nara.
[ > > > ]
Sudah hampir setengah jam Namjoon berdiri di depan pintu cokelat itu. Berpuluhan kali ia sudah mengetuk pintu didepannya dengan sabar tetapi sang pemilik rumah belum kunjung membukanya juga. Batinnya terheran-heran, kemana teman sebangkunya itu pergi?
Namjoon mondar-mandir lagi saking bosannya. Berjalan kecil kesana kemari sembari menunggu Hoseok membuka pintu rumahnya. Ingin rasanya ia mendobrak pintu ini dan langsung masuk kedalam rumah Hoseok dan membangunkan tidurnya. Tetapi, ia selalu mengingat tentang perkataan ibunya bahwa "Jika ingin bertamu, kau harus sopan dan menjaga perilakumu. Jadilah tamu yang baik."
Apa yang dipikirkan Namjoon tadi sudah melenceng dari perkataan sang ibu. Bisa-bisanya ia memikirkan perlakuan tidak sopan itu? Ini semua karena lingkungan yang mengajarinya.
Tak lama kemudian, pintu terbuka. Memperlihatkan lelaki sepantarannya berdiri malas dengan celana boxer dan kaus putih polosnya dan bantal yang ia peluk di dadanya. Rambut hitamnya acak-acakan, ditambah dengan telapak kaki yang telanjang.
"Aigoo, Kim Namjoon. Ada apa gerangan kau kesini?" Tanyanya dengan mata yang masih setengah terbuka.
Melihat Hoseok dengan keadaan seperti itu membuat Namjoon berpendapat bahwa temannya baru saja bangun dari tidurnya.
"Kau lupa? Kita akan mengerjakan tugas kelompok hari ini." Namjoon bersuara.
"Hm? Memangnya ini jam berapa? bukankah kita janjian jam 11?"
"Sekarang jam 12. Sudah cukup lama aku menunggumu disini."
Seketika kedua mata Hoseok melotot kaget. Bantalnya ia jatuhkan ke lantai begitu saja, "Mengapa kau tidak membanguniku sedari tadi Namjoon? Aku harus menjemput Noona-ku sekarang!"
Hoseok berlari ke dalam meninggalkan Namjoon diambang pintu sana dengan ekspresi yang cukup pasrah.
"Yah, begitulah jika aku selalu bersamanya. Selalu salah."
-TBC
a/n⚠
Halo! Semalam sebenarnya sudah ku publish tp aku unpublish lagi😂°ini visual dari Kim Nara. kalo ngebayangin yang lain jg gapapa hehe.
°gambar rumah yang di mulmed itu rumah Namjoon, sedangkan rumah Hoseok yang ini. Anggap aja ini rumah ya hehe:') rumah yang tampak kecil dari luar dan cukup besar di dalamnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonchild [DISCONTINUED]
FanfictionRumah besar, keluarga yang bahagia, diberkati otak yang cerdas, dan hal lainnya adalah hal yang Yoongi idamkan dari dulu. Dan sekarang Kim Namjoon-lelaki asing yang ia temui saat kecil memiliki itu semua. Iri? Pasti. Sangat. Hidup sebatang kara tid...