IV

2.7K 434 21
                                    

Copyright : Moonlight-1222

Silahkan follow my Wattpad & IG : 1222Moonlight.
Selamat membaca dan beraktifitas.
Terima kasih untuk dukungannya selama ini dan maaf molor dari jadwal update yang sudah diberitahukan.
Love You All.

.
.
.

Louis sungguh tak mengerti. Rosetta masih uring-uringan setelah dia mendapatkan liburan atas semua pelajaran yang dibencinya dan bahkan sebuah teleskop. Setelah memberitahunya tentang kondisi sang isteri, Lea terburu-buru ke luar dari ruang kerjanya. Lagi-lagi ia harus meninggalkan semua dokumen yang dibencinya dan membiarkan James kembali menyelesaikan pekerjaannya.

"Sebenarnya ada apa ini, Rose?" Louis duduk di tepi tempat tidur, menatap Rosetta yang bergelung di balik selimut bak kepompong. "Ada apa? Katakan." Jari-jemarinya merayap untuk melepaskan selimut yang membelit tubuh sang isteri tapi benda itu tak bergeming.

"Aku tidak mendapatkan libur selama sepekan." Rosetta menarik sedikit wajahnya untuk melihat Louis sembari menahan selimutnya dari tarikan pria itu. "Ibumu meminta Lea untuk menggantikan semua tugas para pengajarku. Yang Mulia Ratu bahkan akan me-review semua latihanku. Apa kau tahu kapan waktunya?" Wajahnya dipenuhi keterkejutan yang didramatisir. "Minggu depan!"

"Iya, enam hari lagi yang merupakan waktu berakhirnya istirahatmu," timpal Louis santai tanpa pandang situasi. Sementara Lea yang berada di balik pintu langsung memukul dahinya.

Satu bantal melayang ke wajah pria itu. Rosetta menyibak selimut dan melotot. "Astaga. Itu enam hari lagi," keluhnya sambil menyentuh kepalanya gemas. "Enam hari tidak cukup bagiku untuk menghafal semua hal yang kubenci."

Lea harus menahan dirinya menerjang masuk untuk membekap mulut sang duke atas kalimat yang diucapkan tanpa dosa seperti semua kalimatnya selama ini.

"Rose, seandainya selama ini kau serius mendengarkan semua pelajaran dari semua pengajarmu, kau pasti tidak akan kesulitan seperti ini."

Selalu saja. Kepala Lea mendadak pusing. Selama ini dirinya selalu bertanya-tanya, sang Pangeran tidak memahami cara membujuk isterinya atau memang sengaja memancing amarahnya. Kemudian ia menutup telinganya sebagai antisipasi jeritan dari amarah Rosetta.

"Kau menyalahkanku!"

Sudah bisa ditebak.

"Oh, astaga!" Jemarinya bergerak mengipasi wajahnya yang memerah. "Kau memang sengaja melakukan ini, kan!"

"Baiklah. Baiklah. Aku minta maaf."

"Aku tidak perduli. Keluarlah, aku masih ingin istirahat."

"Aku akan membantumu belajar. Bagaimana?"

Rosetta berdehem kasar. "Benarkah?" Ia bersikap acuh tapi tatapannya berbinar-binar penuh harapan.

Louis tersenyum tipis. Inilah Rosetta. Selain keras kepala dan gemar merajuk untuk mencari perhatian orang terdekatnya, dia sangat sulit mengakui hatinya yang senang bila sebelumnya sedang marah.

"Pria sejati tidak boleh berbohong, Rose. Apalagi pada isterinya."

Sang Pangeran ternyata memilih kata-kata yang salah. "Jadi, siapa dulu yang menyamar menjadi Eric?" sindir Rosetta, suasana hatinya yang sempat membaik kini kembali menanjak turun.

Paham bila Pangeran Louis sudah kehilangan kata-kata, Lea datang sebagai penyelamat. "Rose, bagaimana bila hari ini kita belajar di halaman belakang? Suasana taman yang asri akan membuatmu rileks."

The Prince's Wife [On-Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang