IX

1.4K 232 50
                                    

Copyright : Moonlight-1222

Seperti sebelumnya, silahkan vote sampai 200 untuk jadwal update. Tapi tenang, meski belum sampai 200, kalau Moon sudah ada stok chapter, bakal terus di update. Tapi slow, ya.
Silahkan follow Moon & baca cerita yang lain juga. Terima kasih :)

.

.

.

"Kau datang sendirian. Kupikir akan membawa perempuan itu untuk mengacaukan perjamuan nanti malam. Ternyata kau masih bisa berpikir jernih."

Louis baru saja menginjakkan kaki di ruang kerja sang Raja, tapi telinganya sudah dibuat panas. Mata sibuk dengan dokumen, tapi lidah tidak berhenti ikut campur pada hidupnya.

"Kapan kau akan menceraikan isterimu? Pernikahan morganatic yang kalian lakukan tidak akan berlangsung lama. Jadi ceraikan dia sebelum kau menyakitinya dengan kenyataan bahwa kau hanya memanfaatkan dirinya sebagai bentuk protesmu terhadapku."

Dan semakin panas.

"Namanya Rosetta. Apapun julukan yang Anda sematkan pada pernikahan kami, itu tidak akan mengubah apapun. Rosetta bersedia menikah denganku bukan karena statusku. Perasaannya tulus dan aku mencintainya." Tangannya mengepal saat sang Raja mulai menatapnya sanksi. "Kutegaskan sekali lagi, Your Majesty. Aku yang menginginkan dan menggoda Rosetta. Jadi berhenti mencari cara untuk memisahkan kami. Dia isteriku dan akan tetap menjadi pendamping hidupku sampai kapanpun."

"Berhenti menguji kesabaranku." Raja Henry menghela napas. Susah sekali membangun percakapan normal di antara mereka. "Sekarang temuilah sepupumu. Dia adalah pendamping yang sepadan untukmu."

"Jawabanku akan tetap sama. Saya permisi." Louis sedikit membungkuk sebelum berbalik.

"Tetap di tempatmu. Kau datang pagi-pagi sekali hanya untuk bersitegang denganku? Walau kau tidak menghormatiku sebagai seorang ayah, aku tetaplah Rajamu."

Louis tidak pernah merasakan kebenciannya pada sang Raja setinggi ini. "Bukankah Tuhan itu adil, Your Majesty? Bahkan Anda sekarang dibuat tidak berdaya. Tapi aku bukan pecundang sepertimu. Sejarah tidak akan terulang, Your Majesty. Jadi jangan mencoba mengusik isteriku karena akan kuporak-porandakan harga dirimu yang tinggi itu. Kau yang paling memahami bahwa aku sanggup melakukannya."

Raja Henry tertegun. Seseorang yang pendiam memang selalu lebih mengerikan saat meledak. "Baiklah." Sudah waktunya ia menyerah. "Aku akan menerima perempuan itu sebagai isterimu. Sebagai gantinya, lakukan segala kewajibanmu sebagai pewaris takhta." Seberapapun kurang ajarnya sikap Louis, ia tetap tak bisa menghukumnya apalagi mendepaknya.

"Masalah ini tidak akan selesai sampai Anda mengubah hak male-preference primogeniture menjadi absolute primogeniture."

"Keras kepala!" Kehilangan kesabaran, Sang Raja memukul meja. "Kau adalah seorang Pangeran. Anak laki-lakiku satu-satunya. Sudah takdirmu menjadi penggantiku."

Louis tergelak dalam amarah tertahan. Menyedihkan. Bagaimana bisa dirinya terlahir dari seorang pria yang hidup tanpa rasa malu? Seorang Raja adalah panutan, bukan sampah seperti ini.

"Bawalah ayah perempuan itu kemari." Sang Raja menghela napas dan berbicara dengan lebih lembut. "Sebenarnya aku berencana menunggu masa season. Usia isterimu masih belum terlambat untuk melakukan debut. Atau kita bisa memalsukannya. Setelah itu kalian bisa berinteraksi selayaknya pasangan muda lainnya. Tapi setelah dipikirkan lagi itu terlalu lama."

The Prince's Wife [On-Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang