VI

2.1K 437 30
                                    

Copyright : Moonlight-1222
Silahkan follow Moon dan baca cerita yang lain juga. Makasih :)
Votes-nya jangan males2 ya, biar Moon juga semangat buat update :)

.
.
.

"Besok..." Rosetta memang menggantung kata-katanya, tapi Louis sudah memahami kalau sang isteri sedang mengingatkan tentang janjinya tadi siang---tentang pergi ke pelabuhan Thames. Pada akhirnya Rosetta memang tidak bisa diam untuk waktu yang lama.

"Aku sedang mengusahakannya. Jadi jangan menggangguku."

Rosetta melengos dan bungkam, tapi keheningan hanya berhasil berdiri selama lima detik. "Papa bilang buaya yang hidup di sungai Nil sangat hebat."

Louis memejamkan mata demi memohon kesabaran. Dari sekian banyak pilihan buaya, Rosetta memilih buaya Nil yang terkenal sebagai predator ganas. Awalnya saat mendengar gumaman Rosetta, ia berpikir isterinya itu hendak meminta bantuan melepaskan rok gaun tidurnya yang ikut terjahit dengan sapu tangannya. Tangan Rosetta yang tidak terampil dalam bermain jarum dan benang memang selalu menciptakan mahakarya---hancur. Tak sedikit pula jari-jarinya tertusuk jarum, meski begitu dia tetap berusaha membiasakan diri dengan dua benda itu.

"Rose, kita sudah membahasnya tadi. Tidak boleh memelihara hewan liar."

"Aku hanya bercerita saja." Rosetta menarik embroidary hoop yang menempel di rok gaunnya sampai benangnya memanjang. "Apa itu juga dilarang?"

Tatapan yang penuh dengan binar polos---pura-pura bodoh---itu selalu berhasil membuat Louis mendesah frustasi. Ia bukannya tidak hapal dengan watak Rosetta. Dia bertingkah seperti itu---terus membahas sesuatu yang diinginkannya---karena berusaha membujuknya. Rosetta mengunjungi Louis di ruang kerja sambil membawa perlengkapan menyulam, mengatakan ingin menemani bekerja sambil menyelesaikan polanya.

"Anaknya saja. Mereka tidak berbahaya."

Lihat. Louis benar bukan? Rosetta memang selalu pintar memberi harapan palsu. Padahal demi menemani Rosetta latihan dan pergi ke pelabuhan, ia harus lembur sampai tengah malam seperti ini.

"Setelah dewasa, buaya itu akan menarik singa malang itu. Apa kau tahu kalau panjang buaya Nil bisa mencapai sekitar enam meter?"

"Sepertinya kau terlalu paranoid. Mereka itu dipelihara, jadi tidak akan seliar di alam bebas. Memangnya apa salahnya dengan enam meter? Bukankah semakin besar malah semakin bagus. Kita tinggal memberinya pagar saja agar tidak ke luar dari kolam. Volta saja masih suka makan roti. Dia tidak pernah menarik tangan dan kaki orang. Lagipula kalau kita sudah merawatnya dari kecil, mereka akan merasa akrab dengan kita. Terus jangan lupa untuk memberinya makan dengan teratur agar tidak berubah agresif. Satu lagi, Volta itu sangat manja denganku. Dia sudah seperti adikku."

Sang Pangeran menghela napas mendengar celoteh panjang lebar itu. "Rose, kau tidak mengetahui kalau ayahmu mengalami masa-masa sulit selama Volta di sekitarmu. Mr. Lee selalu siap siaga dengan pistol setiap kali kau bermain dengan Volta. Beliau bahkan selalu diteror perasaan takut setiap kali melihat Volta menguap."

Rosetta berdecak sambil menggunting benang yang sulit dilepaskannya dalam sekali sentakan. Pemandangan itu memberi kode pada Louis agar berhati-hati memilih kata.

"Ternyata itu alasan Papa selalu berada di sampingku selama Volta beranjak dewasa. Papa bahkan tidak pernah membiarkanku bermain tanpa dirinya."

"Demi Tuhan, Rose!" Louis mengacak-ngacak rambutnya. Mendadak hilang kesabaran karena Rosetta menganggap remeh kekhawatiran Mr. Lee. "Kau baru delapan tahun saat singa itu tumbuh dewasa. Lebar mulutnya itu lebih besar dari kepala kecilmu. Bahkan saat ini pun masih sama." Louis membuka tutup tangannya bak sebuah mulut. "Aku akan mengizinkan hewan kecil yang tidak berbahaya. Ada banyak kucing dan burung yang indah. Kau bisa memilih jenis apapun. Aku akan berusaha membawanya."

The Prince's Wife [On-Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang