Pria Cantik

2.4K 295 23
                                    

Suara hangat yang mampu menggambarkan kehangatan matahari menggelitik Sakura untuk terus menatap wujud pria cantik di depannya.
Senyum yang indah juga ditampilkan pria ini di bibirnya. Jangan hanya melihat wajahnya yang penuh dengan kecantikan, nyatanya tubuh pria ini begitu tinggi dan kekar. Seperti benteng kokoh yang tak mudah roboh. Meskipun tertutup dengan jubahnya berwarna kehitaman dengan bordil harimau yang terbagi delapan bagian sulaman. Sakura masih bisa melihat lekukan otot yang membingkai tubuh pria ini.

Menyadari jika sang putri mengamati penampilan dirinya. Sang pria menunduk dan memperkenalkan diri.

"Saya Akasuna Sasori. Jenderal dari kerajaan Suna."

Sakura terkejut dengan tindakan Sasori yang menunduk dan memberikan hormat padanya. Itu membawa kembali ke alam sadar dirinya yang tengah melamun.
"Oh... Maafkan aku yang tidak sopan."

Sakura sangat malu karena ketahuan mengamati penampilan seorang pria. Wajahnya jadi berubah menjadi merah dan itu tampak manis dimata Sasori. Sasori mengangguk dan memberi jalan pada Sakura.

"Kita pulang sekarang putri?"
Sakura menggeleng tanda tidak mau ikut kembali ke istana.

'Sudah ku duga.' batin Sasori.

"Tidak? Anda yakin?." Sasori tersenyum, dia tau benar cara agar membuat seorang putri menurut.

"Bagaimana jika ada penjahat yang mengincar anda. Saya rasa rumah bordil masih buka di seberang tembok kota kerajaan ini."

"Aapa." Wajah Sakura panik.

"Awalnya saya tidak percaya jika yang mulia gara membawa putri Fei chui yang terkenal dengan kecantikannya. Jika sampai penjahat tau anda berkeliaran. Mereka tidak akan melewatkan anda."

Sakura jadi bergidik ngeri. Dijual di rumah bordil adalah hal terburuk bagi seorang gadis.

"Kita pulang sekarang..." Tanpa sadar Sakura mengambil tangan Sasori dan memeluk erat lengan itu. Hal yang sama persis dengan yang ia dilakukan pada Fuu jika dalam keadaan takut.
Tidak bisa dipungkiri jika negeri ini banyak pengguna energi tubuh. Sakura yang hanya bisa menyembuhkan tidak akan mampu melawan penjahat yang memiliki energi tubuh perusak.

Sasori tertegun sesaat. Tangannya yang dipeluk seorang gadis membuat dirinya tampil canggung. Yang paling mengkhawatirkan adalah, tatapan membunuh dua kaisar nanti jika melihat sang pujaannya memeluk erat lengannya.

"Aku bisa kehilangan nyawaku." Desah lirih Sasori sambil melihat Sakura yang tengah ketakutan.

.
.
.
.

Hinata tampak mondar-mandir di balik pintu kamar Shion. Dia takut jika Naruto menggunakan energi tubuhnya untuk mengeluarkan racun perangsang afrosidiak. Jika itu terjadi maka usahanya akan sia-sia.

Sayangnya untuk memastikan racun itu bekerja atau tidak, Hinata tidak berani menguping.

"Lain kali aku akan memakai dupa saja, jadi tidak mungkin dikeluarkan." Hinata pun pergi menuju kamarnya.
Ancaman dari penasehat raja Namikaze begitu menakutkan. Jika Hinata tidak bisa memberi seorang anak pada klan ini maka Hinata harus siap pergi ke istana dingin.

Sebenarnya diam-diam Hinata memeriksa tubuh ke tabib keluarga Hyuga. Hasil yang di peroleh hampir membuat Hinata pingsan saat itu. Rahimnya tidak mampu memiliki keturunan.
Hanya ramalan Shion yang saat ini dia harapkan. Jadi tak mengherankan jika Hinata bersikap berlebihan.

Pagi menjelang, di kamar Shion. Naruto memeluk erat tubuh Shion. Hatinya kembali bimbang, apakah harus berterima kasih pada istri tuannya ataukah marah karena racun ini. Jika marah tapi dia menyukai kegiatan malam tadi. Tapi jika dibilang menyukainya juga tidak benar. Tubuhnya benar-benar lemas karena racun itu.

Rupanya racun itu kembali bekerja, Naruto mengeram frustrasi karena rasa panas yang menjalar dan kembali menyiksa.

"Istriku bangunlah, aku ingin makan daging."

"Ng?" Shion yang dibangunkan oleh Naruto langsung terjaga. Tubuhnya begitu lelah tapi kenapa dia masih bergairah. Naruto juga tampak dalam keadaan yang sama dengan dirinya. Lelah tapi masih sangat bergairah.

"Kakak perempuan, apa sebenarnya yang kamu lakukan?!"

Naruto tidak mau mendengar ucapan Shion. Dia kembali menindih dan melakukan aktifitas panas itu. Sepertinya dia harus cuti hari ini.

.
.

Di ujung sana, Gaara dan Itachi menampilkan wajah dingin dan aura membunuh. Sasori yang tengah berjalan sambil dipeluk oleh putri idaman dua kaisar ini tidak bisa merasa nyaman.
Terlihat jelas jika hati kedua kaisar itu dalam keadaan tidak bahagia. Pasti penyebabnya adalah Sakura yang memeluk dirinya tanpa sadar.

Jika ada yang bertanya kenapa Sasori tidak melepaskan atau mengingatkan Sakura akan posisinya yang bisa mengundang salah paham. Tentu Sasori akan menjawab kapan lagi bisa membuat dua kaisar cemburu sekaligus. Tidak setiap hari dua orang kaisar cemburu karena seorang putri, mungkin jika sebaliknya sudah sering terjadi. Masalah kecemburuan yang akan menimbulkan masalah untuknya, maka buat apa dianugerahi otak cerdas jika tidak bisa menemukan alasan tepat untuk lepas dari kemarahan dua kaisar ini.

"Salam yang mulia berdua." Sasori dan Sakura mengucapkan salam.

Namun mata kedua kaisar itu jatuh pada tangan Sakura yang memeluk erat Sasori.

"Hn."

"Ya."

"Mari kita kembali ke kamar Sakura er." Itachi memulai untuk memonopoli Sakura.

Gaara tidak mau kalah.
"Alangkah baiknya jika anda berendam dulu di kolam susu yang saya sediakan khusus untuk anda."

Sakura mendesah, lagi-lagi mereka melakukan hal aneh yang tidak sesuai dengan etiket kerajaan.

"Tidak terima kasih. Putri ini ingin berbincang dengan jenderal Sasori."

Sasori terkejut dengan ucapan Sakura. Mulutnya sampai membulat membentuk huruf o.

'Oh leluhur, tolong selamatkan generasi mu ini.' batin Sasori.

Dia merasakan aura mencekam dari dua kaisar itu seakan ingin memotongnya menjadi seribu keping.

"Sakura nu er, hamba ada-."

Sakura tidak memperdulikan ucapan Sasori dan langsung menarik tangan pria itu. Disaat melewati Itachi dan Gaara, dia bisa dengan jelas mendengar ucapan mereka.

"Apa kita potong-potong dulu jenderal ku ini. Jika anda melakukannya saya tidak keberatan yang mulia Itachi." Ucap Gaara.

"Bolehkah saya membakarnya dengan api hitam." Bisik Itachi yang agak keras.

Wajah Sasori kembali memucat. Keputusan untuk membuat kaisar Gaara dan Itachi cemburu ternyata tidak baik bagi nyawanya.

Sakura langsung menatap galak pada mereka berdua.

"Jika ada yang melukai anda maka putri ini siap memberikan energi kehidupan pada anda." Sakura berbicara dengan lembut tapi tegas pada Sasori, lalu melirik ke arah dua pria tampan yang mematung itu.

Setelah Sakura menghilang bersama dengan Sasori. Itachi mulai meninggalkan Gaara sambil mengibaskan satu tangannya.

Begitu pula Gaara, dia berpikir bagaimana mungkin Sakura tertarik pada Sasori tapi tidak pada dirinya. Bukankah dia juga sama-sama merah.

Dari atas Temari masih menahan senyumnya. Kankuro yang berada di sebelahnya menatap khawatir pada Temari.

"Bukankah ini sudah tidak baik, adik perempuan."

"Kita lihat saja perkembangannya kakak."

Satu-satunya yang diwaspadai oleh Temari adalah hasutan dari Matsuri. Dirinya tau jika Matsuri mulai memanasi suasana karena rasa cemburunya. Maka dari itu Temari menyuruh orang mengawasi putri itu, agar nantinya tidak kan terjadi masalah besar karena trik dan tipu daya kerajaan.

TBC

Uchiha Emperor ( Sakura Gōngzhû Fenddu)✓✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang