I : Penat ya, memikirkan hal yang jelas tidak dapat diraih, meski dengan deraian air mata dan mimpi yang terus berulang.
II : Bukankah lebih bagus kalau tidak dipikirkan? Sudah berlalu masa kelam itu, anggap saja angin lalu. Sekarang pikirkan masa mendatang.
I : Tidak bisa! Segala yang terjadi dalam hidupku ini adalah hal yang patut dikenang dan diingat..
II : Mengapa demikian? Tidak baik menyia-nyiakan waktu untuk mengenang hal yang telah terlewati. Toh pada akhirnya hanya jadi kenangan..
Itulah dilema yang aku rasakan kala bertemu dengan 'seseorang'.
●●●
Aku bahkan tidak mengenalmu. Pertama kali aku melihatmu adalah dua tahun lalu. Kau pancarkan kearifan dari parasmu yang elok. Rambut cokelatmu terpapar sinar mentari, tubuh ringkihmu berdiri tegap meski angin berdesir kencang. Sayangnya, aku hanya dapat memalingkan muka saat itu. Huft-
-aku benar-benar bodoh. Bukannya balas tersenyum malah malu-malu kucing.
haruskah aku kembali ke dua tahun lalu untuk memperbaiki semuanya? haruskah aku menangis karena kebodohanku? haruskah aku menampar pipi karena membuang-buang waktu untuk menulis ini?
Kita bahkan tidak saling kenal.
Aku sangat sedih kala mendengar berita buruk itu. Anganku serasa dihancurkan, diremas oleh harapan kosong melompong. Jujur, aku ingin meraung melepas pilu ini. Sesak, penat, sebal, amarah, sendu, rasanya ingin aku tumpahkan pada bantal peri gigi.
Pernah suatu waktu kamu berada di wilayahku. Kebetulan saat itu aku sedang asyik bercengkerama dengan kawan. Kamu datang dengan peluh membanjiri tubuh, berdiri di panggung, berkata bahwa acara akan dimulai. Lekas aku berlari ke depan panggung karena mengenali suara bass itu, suara yang menenangkan. Mataku mengekorimu yang kini berjalan ke arah seorang perempuan berkerudung merah muda. Perempuan itu rupawan sekali, aku jadi ilfeel. Kalian seperti membicarakan hal lucu hingga perempuan itu tertawa terpingkal, lalu kamu pergi entah kemana.
Hehe, sebenarnya peristiwa di atas tidak pernah terjadi. Hanya sekelebat bayangan saja tentang kamu. Istilahnya.. seperti mimpi yang terlintas dalam dua menit. Aku hebat, kan? Pastinya.
Aku punya satu pertanyaan, tapi bisa dibuat beruntun jika mulutku tidak berbusa dan kamu berkenan menjawab.
Siapa kamu sebenarnya?
Hari pertamaku di sekolah megah ini sudah terasa menyakitkan. Ditambah kehadiranmu yang sekarang malah pergi. Aku kecewa sih, tapi tak apalah, aku sudah ikhlaskan kepergianmu. Eh, memang kita siapa? kayak pernah kenal saja, haha.
Kembali ke pertanyaan. Tiga kata yang selalu terngiang dalam pikiranku.
Aku pernah melihatmu duduk sambil menatap kosong kerumunan anak-anak. Di tanganmu tersampir jaket merah, dan kacamata bulat macam punya Harry Potter. Aku tengok tas ranselmu yang begitu besar macam ada roket di dalamnya. Tapi pandanganku tertuju pada pakaianmu yang basah kuyup, seperti habis hujan-hujanan. Memang benar sih di luar hujan.
Tepatnya kehujanan.
Kala itu, suaraku masih medok, terkesan menjengkelkan. Teman-temanku saja pada kabur, apalagi kamu kalau aku dekati. Mereka mengataiku, tapi waktu itu aku tidak peduli, masih besar rasa percaya diri.. Jadi aku urung untuk berkenalan. Menatapmu saja sudah sejuk, kalau berkenalan nanti malah kesejukan. Eh, kedinginan.
Sesaat kemudian aku dijemput. Mendenguslah aku. Ingin rasanya berada di sana lebih lama, karena kamu belum pulang. Aku takut bertanya apalagi menawarkan tumpangan. Aku masih kecil dan polos, wajar.
Akhirnya aku pulang. Sebelumnya aku melihatmu, samar-samar aku lihat kamu melirik. Hanya lirikan biasa, tanpa seulas senyum, namun berhasil membuat jantungku terpompa lebih cepat.
Kaitkan secuil kisah itu dengan pertanyaanku. Tiada yang dapat menjawabnya. Kamu juga kan?
Sudah malam. Biarlah pertanyaan itu menggantung. Daripada salah satu dari kita tersakiti. Aku tidak bisa menulis hal terbaik di lembaran kisah hidupmu, siapalah kita ini.. Jangan terlalu banyak berharap, dasar aku!
Setidaknya.. aku pernah mendengarmu tertawa terpingkal.. aku masih ingat saat.. eh, sudah cukup.
Sudah malam, aku butuh tidur.
Sampai jumpa,
Seseorang yang baru saja kuketahui namanya. :)●●●
28 Januari 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Mi Diario
Non-Fictionkata orang menulis diari itu kekanakan. tapi kata saya menulis diari itu kebanggaan. karena saya.. dapat melihat, mendengar, dan merasakan, apa yang telah saya tulis dalam diari sepanjang hari. -maaf norak. #fiktif