Hasratku tak bisa dipendam lebih lama. Merengkuhmu adalah solusi terbaik untuk membakar rindu, saat ini.
●●●
Aku suka kesal kalau kamu nge-galau. Tiap detik menyenandungkan lagu berbahasa alien sampai kupingku geli. Trus kamu ngomong sendiri kayak kucing minta dibelai. Tapi kamu tak punya surai, nggak bisa dielus-elus , deh.
Kamu tahu tidak bahwa aku paham betul perangaimu. Kamu pendengar yang baik, suka memberi masukan berfaedah, dan jarang mengeluhkan hal kecil. Tapi kalau lagi terpuruk serta emosional malah kayak hamster (membulat). Mendekam di kamar padahal masih bejibun tugas yang kudu digarap.
Biasanya pas keadaan buruk begini, aku memberimu permen cokelat yang menurutmu sangat istimewa. Sirat sedu matamu berubah jadi kilauan bintang. Kemudian kamu tertawa dan membahas hal lucu, meski bagiku garing. Sesaat setelah cokelat itu habis, kamu tertidur pulas.
Bukan itu letak masalahnya. Adalah kamu, penyebabku ingin terus menggandeng jemari mungil itu. Pernah sekali kita berpisah, rasa rinduku membuncah begitu hebat. Aku harus menampar pipi berulang kali biar bisa tidur. Tetapi, kesakitan itu tak ada apa-apanya dibanding tiada kamu di sisiku.
Oke, ini menggelikan.
"Selamat malam. Kamu sedang apa?" Tanyaku sembari menatap semburat merah yang akan pergi meninggalkan gemerlap dunia.
"Malam malam. Masih sore, tahu. Aku lagi makan nasi goreng bareng kucing tetangga. As usual, lah.. makan sore rangkap siang dan malam. Kamu sendiri ngapain? Jangan duduk di samping jendela trus mantengin langit, lho. Nanti ada yang lewat, hihihi." Jawabnya di balik telepon genggam yang mungkin ia letakkan di atas meja. Dan si kucing menginjak layar gawai bermerek itu.
Aku menghela napas sejenak. "Aku nggak tahu mau ngerjain apa. Kegiatanku tinggal memerhatikan gerak senja menghilang,"
Lalu aku diomeli. Itulah secuplik kisah yang tercipta antara aku dan dia. Agak melankolis, sih. Masa sedikit-sedikit ingin bersua. Hehe, yaudahlah ya. Semoga hubungan ini tidak merenggang dan bertahan hingga maut memutuskan.
Satu lagi.
Ini bukan kisah asli. Hanya imajinasi yang tak pernah terjadi. Jadi, lupakan saja.
●●●
11 Maret 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Mi Diario
Non-Fictionkata orang menulis diari itu kekanakan. tapi kata saya menulis diari itu kebanggaan. karena saya.. dapat melihat, mendengar, dan merasakan, apa yang telah saya tulis dalam diari sepanjang hari. -maaf norak. #fiktif