Prolog

110K 4.9K 1.1K
                                    

To Dimi:
16.33
Dimi, please. Ini udah minggu kedua kamu belum balas pesanku.

To Dimi:
16.34
Kamu betul-betul nggak mau maafin aku?

To Dimi:
17.00
Aku masih tunggu balasan kamu, Dimi. Kalau kamu mau minta maaf karena menyesal udah memindahkan aku ke apartemen Garcia, aku bakal maafin kamu.

Sial! Alyssa menenggelamkan wajahnya di atas bantal, setelah melempar ponsel ke sofa yang terletak di sudut kamar. Semua pesan yang ia kirimkan pada Dimi masih sama, berakhir dengan ceklis satu!

Apakah lelaki itu benar-benar memblokir kontaknya? Ah, Alyssa rasa tidak mungkin. Ia bisa menjamin kalau Dimi akan selalu membutuhkannya suatu saat.

Alyssa menggerutu. "Keterlaluan!"

Sambil mengambil macbook yang tadi ia biarkan terbuka di atas nakas beserta cangkir teh hijau, Alyssa mulai menghubungi kedua temannya melalui video call seraya menenggak teh hangat miliknya. Beruntung, tidak perlu waktu lama untuk Miray dan Nabeela bergabung ke dalam panggilan.

"Halo, guys! Eh, muka lo kenapa, Ca? Kusam banget, belum dicuci pake So Klin, ya?" Miray langsung memberondongi Alyssa dengan pertanyaan.

"Duh, Mi. Lo nggak ngerti banget, sih. Nggak liat apa muka Alyssa lagi bete gitu?"

Teguran Nabeela bikin Alyssa sedikit menyungging senyuman. Syukurlah, akhirnya masih ada yang mengerti perasaan Alyssa sekarang.

"Lo emang paling ngertiin gue, Bee—"

"Dia, tuh, nggak level pake So Klin, tapi pakenya Super Pell yang terbukti bisa membersihkan kotoran secara menyeluruh."

BYUR!!

Alyssa menyemburkan minuman dari mulutnya seketika.

Ternyata Miray maupun Nabeela sama saja, sama-sama tidak mampu mengembalikan mood buruk Alyssa. Dosa apa dia di masa lalu sampai-sampai dapat teman kayak begini modelnya?

"Ca-Ca, lo kenapa?" Miray menatapnya khawatir. "Inalillahi. Bee, itu si Caca kerasukan! Coba lo bacain Doa Bapa Kami atau apa gitu. Soalnya server gue Allahu Laa Illaha—eh, tunggu. Tapi itu setannya dari server mana, Ca?"

"Ck, lo tau sendiri terakhir kali gue ke gereja itu natalan kemarin. Pake server lo aja, Mi. Mungkin mempan juga."

"Udah, deh, kalian. Cukup bikin gue tambah pusing." Alyssa mengerang. "Gue nggak kerasukan apa-apa, Mi, Bee. Jadi kalian nggak perlu ruqyah gue pake server apa pun."

"Terus lo kenapa? Tumben banget ngajak video call. Atau jangan-jangan—wait, lo lagi di mana, Ca?"

Alyssa menghela napas berat. Tuh, kan. Pasti mereka bakal menanyakan keanehan yang sialnya lagi dialami gadis itu sekarang. Ya, tidak heran juga. Mereka berdua ini doyan banget bolak-balik apartemennya buat jadi tempat pelarian, pasti sudah sangat hafal dengan seluk-beluk di tiap ruangan.

Bahkan ia yakin, Miray dan Nabeela, nih, tahu betul ukuran baju sampai bra milik Alyssa saking seringnya dipinjam.

"Garcia, apartemen baru gue," balas Alyssa datar, menaruh kembali cangkir tehnya ke atas nakas. "Dua minggu lalu diusir Dimi ke sini. Salah gue juga, sih, yang nyari gara-gara. Tapi, apa nggak ada tempat lain selain Garcia gitu?"

"What? Seriously? Garcia?" Miray memekik kaget. Berlebihan sekali. "Gils, lo harusnya bersyukur! Itu apartemen yang ditempati sama aktris-aktris papan atas kayak Jefri Nichol, Brandon Salim—"

BUCIN: Butuh Cinta ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang