[12] Perasaan Baru dan Kepingan Lama

3.3K 654 172
                                    

Alohaa, balik lagi sama Babang Biskuat. Sorry karena skip hampir dua minggu ini, soalnya aku lagi ikut program nulis selama beberapa hari dan perlu fokus ke cerita itu dulu. Juga, ada beberapa project di balik layar (hanya karena nggak apdet, bukan berarti aku tida menulis ya ges owkwkwk). Anw, aku mau pamer dulu nih dapet harta karun.

 Anw, aku mau pamer dulu nih dapet harta karun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca ;)

*



Vero

"Duh, Ver. Kangen banget lho."

Walaupun masih mengantuk, aku tertawa dan membalas pelukan Kak Yani. "Kangen Yayang juga."

Bukannya aku nggak menikmati perjalanan slash observasi di Pangandaran, ya. Rasanya memang lebih menyenangkan kembali ke rumah. Ditambah tubuhku pegal karena terlalu lama di dalam mobil—padahal bukan aku yang nyetir—jadi aku semakin nggak sabar berbaring di kamar.

"Mana barang kamu, Ver? Sini, kubantuin," Kak Yani menawarkan diri, langsung berpindah ke belakang mobil. Di sana sudah ada Noven yang menyengir lebar. Cowok satu itu memang tengil sih, tapi aku cukup yakin ada sedikit yang berbeda ketika berhadapan dengan kakak sepupuku.

"Biar aku aja, Mbak. Mau dibawa ke dalam, kan?" ujar Noven, dengan cepat mengambil barang-barangku. Kak Yani menggumamkan terima kasih kecil sebelum ikut membawa beberapa plastik berisi oleh-oleh yang kubeli.

Awalnya aku mau menyusul masuk, tapi kemudian ingat masih ada yang perlu kulakukan. Karenanya aku ke pintu masuk mobil. Tepat pada saat yang sama Jordan keluar. "Kenapa, Ver? Ada yang ketinggalan."

Aku menggeleng. Sebenarnya sih aku ke sini juga karena mau cari dia. "Surya di mana?"

"Belakang. Langsung ngebo dia," Jordan menunjuk bagian dalam mobil dengan dagunya. Ternyata Surya ada di kursi belakang, berbaring dengan kaki yang dilipat. Wajar sih kalau dia tidur, karena setengah perjalanan lebih dialah yang jadi supir. Dari tol masuk ke Bandung, gantian Jordan yang menyetir.

"Kenapa? Mau ngucapin selamat malam?" ledek Jordan lagi. Aku langsung menghela napas dan geleng-geleng. Dia sih nyengir saja.

"Oh ya, Jo."

"Hm?"

"Makasih."

Dia langsung mendelik, alisnya melengkung tinggi. "Buat?"

"Saya jadinya diantar sampai sini. Padahal kan bisa diturunin aja di rumah Mbak Mey."

Jadi, setelah mengantar Mas Arya kemudian Mbak Mey, awalnya aku berniat untuk naik ojol atau cari taksi di dekat komplek saja, apalagi melihat Surya sudah lelah begitu. Tapi Jordan bilang dia akan tetap mengantarku sampai di depan rumah. Therefore, here we are.

"Santai aja sih," balas Jordan. "Lagian lo kan cewek. Udah kewajiban buat kita yang cowok-cowok ini buat mastiin lo betulan sampai di rumah. Lo pergi sama gue, jadi pulang juga bakal gue antar sampai sini."

Thesis Crush (✓) Sudah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang