Chapter 15

456 32 12
                                    


"Toshi," sapa Mitsuba di telepon. "Kau benar-benar tidak bisa bertemu denganku?"

Hijikata mengembuskan asap rokoknya. Dia berada di ruang kerja Kondou seorang diri. "Aku tidak bisa kemana-mana. Sasaki sudah di jalan untuk menjemputmu."

Mitsuba tidak menjawab.

"Dengar, Mitsuba. Aku tidak akan mengucapkan selamat tinggal," kata Hijikata. "Aku tidak akan pernah mengucapkan selamat tinggal padamu. Aku hanya pergi sebentar, anggap saja ada urusan mendadak di kantor pada akhir pekan."

"Aku khawatir, Toshi," ucap Mitsuba. Suaranya terdengar bergetar.

"Aku mengerti," jawab Hijikata. "Aku akan baik-baik saja. Jaga kesehatanmu. Jangan jauh-jauh dari Otae, Kagura, dan Tsukuyo. Pastikan mereka selalu ada di dekatmu. Pastikan juga Ichiro sehat dan aman."

"Aku akan melakukannya," kata Mitsuba.

"Mitsuba," Hijikata mengisap rokoknya. "Aku mencintaimu. Jangan sakit, makanlah yang banyak. Kurangi makanan pedas."

"Aku mencintaimu," kata Mitsuba. "Jangan pernah lupa untuk membawa mayonnaise."

Hijikata tersenyum lebar. "Aku akan menghubungimu lagi secepatnya."

"Pas sekali, Sasaki sudah datang," kata Mitsuba. "Dia datang bersama Shuji, ada dua mobil. Satu mobil lagi untuk apa?"

"Untuk membawa persedian mayonnaise-ku di lemari es," jawab Hijikata. "Bersiaplah sekarang."

Mitsuba terdiams sebentar. "Aku benar-benar mencintaimu, Toshi."

"Aku mencintaimu lebih dari aku mencintai mayonnaise. Kalian adalah dua hal terpenting dalam hidupku. Sampai bertemu, Mitsuba," kata Hijikata.

"Sampai bertemu," kata Mitsuba dan telepon dimatikan.

"Sempat-sempatnya kau menyelamatkan mayonnaise kesayanganmu, Oni no Fukucho?" kata Gintoki sambil bersandar di pintu.

"Paling tidak, jika aku mati saat perang, aku meninggalkan warisan," ucap Hijikata. "Kau tidak menelepon Tsuki?"

Gintoki tidak menjawab. Dia hanya bersedekap dan menatap lantai tanpa suara.

"Bagero," Hijikata mengisap rokoknya dalam-dalam. "Kalau tidak ada pulsa, bilang saja."

Hijikata melempar handphone-nya pada Gintoki. Gintoki menangkapnya dengan cepat.

Gintoki menekan tombol di handphone Hijikata. Hijikata berjalan melewati Gintoki ke luar ruangan, membiarkan Gintoki sendiri.

Gintoki berjalan ke pintu teras dan membukanya. Dia duduk di sana dan teleponnya diangkat.

"Toshi! Bilang pada si uban bodoh itu untuk..."

"Kau bisa langsung bicara dengannya, Tsukuyo."

Tsuki terdiam. Gintoki mengembuskan napasnya dan bersandar pada pintu.

"Pertama-tama, aku minta maaf karena aku tidak bisa menemuimu. Toshi sudah menyuruh orang untuk menjemputmu. Kau akan diungsikan bersama yang lain ke Sagamihara. Jika keadaan semakin runyam, kalian semua akan diungsikan ke Gunung Tanzawa."

"Siapkan barang-barang yang harus kau bawa. Bawa kunai sebanyak mungkin. Bawa baju dingin, aku tidak ingin kau pakai pakaian terbuka. Dan satu hal, bantu semua orang di sana. Kau harus melindungi banyak orang, terutama Kagura dan Ichiro," ucap Gintoki.

"Ya, pasti," kata Tsuki. "Kau tidak bisa menemuiku sama sekali?"

Gintoki mendengus. "Aku ingin sekali. Percayalah, Toshi tak akan membiarkanku pergi dari sini."

"Gintoki, kau siap?"

Pertanyaan Tsuki membuat Gintoki terdiam sejenak. Isi kepalanya mendadak berkecamuk.

"Tsukuyo," Gintoki menarik napas panjang. "Aku sudah melewati banyak peperangan dan aku lega aku masih hidup sampai sekarang. Aku tidak pernah tidak siap untuk menghadapinya. Kalau pun aku tidak siap, aku harus menerimanya. Bukankah aku sudah bilang berkali-kali mengenai hal itu?"

Gintoki tersenyum kecil. "Jangan khawatir, Tsukuyo. Suamimu bisa diandalkan. Gin-san selalu memberikan yang terbaik dari yang terburuk atau sebaliknya."

Gintoki bisa merasakan senyuman Tsuki dari telepon.

"Gintoki, aku..."

"Jangan sebut kalimat itu, Tsukuyo. Aku sedang tidak ingin mendengarnya, cheesy sekali."

Gintoki tersenyum lebar. "Intinya, aku juga merasakan apa yang kau rasakan sekarang. Jangan buat aku banyak pikiran. Tersenyumlah untukku, dan jaga semua orang untukku."

"Baka. Aku mencintaimu. Sampai bertemu," kata Tsukuyo.

"Ya, aku juga. Sampai bertemu," dan Gintoki mematikan telepon. "Aku mencintaimu."

***

"Lapor, Kyoukuchou! Laporan dari Umibozu, komplotan Hitsugi sedang bergerak ke arah Urayasu. Mereka akan tiba dalam lima jam," kata Saitou.

"Oke, kita bergerak sekarang. Siapakan mobil-mobil patroli, jangan pakai sirene, nanti dikira sirkus," kata Kondou. "Toshi, kau sudah briefing setiap kepala divisi?"

"Sudah. Tiga divisi akan mengenakan pakaian layaknya warga sipil. Mereka juga akan mengenakan rompi anti peluru. Divisi satu sampai tiga akan standby di gedung dekat lokasi penyerbuan. Kita akan berada di sana," ucap Hijikata.

Kondou berbalik menatap Takasugi, Katsura, dan Gintoki. "Kalian siap?"

Dan ketiganya mengangguk.

Die Another Day 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang