[Chapter 2] Kembali Lagi

51 9 0
                                    

"Kayaknya ada yang aku lupain deh," gumam Sara sambil memikirkan sesuatu.

Tak lama setelah itu, "Astaga Kak Kevin!!!" teriaknya sambil memukul dahinya.

Tanpa pikir panjang, Sara langsung melompat dari tempat tidurnya. Saat melihat jam ia semakin dibuat kacau. Pasalnya ini sudah jam 18:11, sedangkan Kevin akan datang jam 19:00. Lagi-lagi lupa waktu.

Setelah mandi ia mengeluarkan semua baju yang ia punya. "Astaga mau pakek yang mana, make up gak ya? Kenapa ribet banget sih," kesalnya sambil mengacak-acak rambutnya.

"Sara! Ada yang nungguin nih!" teriak Tania -Mama dari Sara- dari lantai bawah.

Sara semakin panik, untung saya dia sudah selesai. Hanya saja kamarnya saat ini sudah tidak berbentuk, baju di tempat tidur, sendal, hak dan sepatu berserakan. Sara tak perduli sama sekali dan langsung melenggang pergi.

"Pelan-pelan aja sayang," kata Mamanya dengan lembut.

Sara memelankan langkahnya, orang yang dari tadi dipikirannya ternyata sudah ada di depan mata.

Kevin tersenyum menatap Sara, seolah matanya terkunci begitu saja. Tak ada kata selain pujian pada Sang Pencipta. Imut. Itulah kata yang tepat untuk gadis yang baru saja menuruni tangga.

Baju pink lengan panjang dengan jumpsuit celana sepaha berwarna hitam sebagai pelengkap. Sepatu dengan warna senada dengan baju. Sedikit polesan pada wajahnya dan rambut yang sengaja diurai. Simple, namun begitu lah dia.

"Eh Kak, udah lama?" tanya Sara sedikit canggung, Kevin memperhatikannya terlalu dalam.

Kevin menaikkan salah satu sudut bibirnya. "Nggak, baru aja," jelasnya.

"Yaudah, yuk!" Sara ingin cepat-cepat pergi. Ia tau sejak tadi Mamanya memperhatikan. Sara benar-benar tidak ingin berurusan dengan pertanyaan kepo dari Mamanya itu.

"Sara, mau kemana?" Yang bener saja, baru selangkah saja pertanyaan sudah muncul.

"Tante, ijin culik Sara sebentar ya?" Ada candaan yang terselip pada kalimat Kevin.

"Tapi nanti balikin baik-baik ya." Sara tidak tau hal apa yang sudah terjadi pada dua orang itu. Kenapa begitu akrab? Sudah lah. Sara berjalan mendahului Kevin menuju halaman rumahnya.

Dulu Kevin memang sering bermain ke rumah Sara. Terkadang hanya untuk bersilaturahmi ataupun alasan belajar. Tak heran jika Kevin tau rumah Sara dan mengenal Tania.

"Kenapa buru-buru?" Susul Kevin.

"Siapa yang buru-buru, biasa aja kok." Bodoh. Kenapa ngomongnya gitu sih.

"Yaudah." Kevin berjalan melewati Sara dan membuka pintu mobil berwarna putih. Bukan. Bukan mobil besar. Itu hanya mobil jazz yang maksimal menampung 4-5 orang saja.

Beginilah mereka jika bertemu, sangat jarang ada perbincangan. Persis seperti rumah sakit saat malam hati. Sunyi.

Sara mulai tidak tahan dengan hawa dingin ini. Saat akan membuka mulutnya, Kevin sudah lebih dulu bersuara.

"Aku masih nunggu kamu Sar," kata Kevin dengan pandangan yang masih fokus ke jalanan.

Sara memalingkan wajahnya menghadap jendela. Terlalu canggung untuk mengingat hal itu.

Suasana yang tadinya sudah dingin kini semakin dingin. Bukan karna AC mobil. Melainkan karna kedua makhluk yang tengah sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Gak mau turun?" Kevin menyadarkan Sara dari lamunannya. Ternyata sudah sampai.

Tunggu, dimana ini. Mall? Sara tak menyangka Kevin masih ingat kalau Sara suka bermain di sini. Senyumnya merekah. Ada kenangan yang melintas di benaknya.

Kevin tersenyum dan segera menyusul Sara yang terlihat sangat antusias.

"Pelan-pelan aja." Kevin menggenggam tangan Sara dengan sangat lembut. Hangat. Itulah yang Sara rasakan. Sara yang tadinya menggebu-gebu sekarang hanya bisa mematung.

"Kenapa bengong? Yuk." Kali ini Kevin yang memimpin. Sampai di timezone, tangannya belum juga lepas dari Sara. Mata Sara sudah terkagum-kagum melihat hal yang paling ia suka.

Sudah sangat lama ia tidak bisa keluar karna harus merawat Mamanya yang sedang sakit. Sudah hampir 3 tahun terakhir ini kondisi Tania memburuk. Walau tak terlihat tapi penyakitnya sudah menjalar perlahan ke seluruh tubuhnya.

~
"Dok, kenapa Mama sering ke Rumah Sakit?" tanya Sara yang terlihat khawatir. Ia tidak tau Mamanya sakit apa tapi dia sering diajak untuk pemeriksaan.

Dokter terlihat itu terlihat binggung. "Tidak ada kenapa Sara, kita kan perlu untuk cek kesehatan," kata lelaki dengan jas putih panjang dengan ramah.

Sara masih tak percaya. Setiap dia ikut pasti dia tidak di ijinkan untuk ikut masuk ke ruangan yang biasanya Tania masuki. Dia hanya akan menunggu di ruangan dokter seperti saat ini.

Setelah dokter itu keluar, Sara melihat-lihat sekitar dan masih tetap kagum dengan tempat ini walau hampir tiap minggu ia disini.

Saat hendak beranjak dari kursinya, ia tak sengaja menyenggol sebuah dokumen.

"Ini kan nama Mama." Sara mengambil dokumen itu dan melihat apa isinya. Matanya membaca dengan sangat jeli, walaupun ada banyak kata yang tidak ia tau.

"Ka-ka- kanker?" Sara tak ingin mengiyakan apa yang ada di otaknya.

"Sara kamu sedang apa?" tanya Dokter Aldi yang baru saja masuk ke ruangan. Saat melihat apa yang Sara pegang ia langsung mengambilnya dengan raut wajah khawatir. Bagaimana bisa dia seceroboh itu.

"Mama kenapa Dok? Itu dokumen yang salah kan Dok?" Sara masih memutar otaknya untuk memahami situasinya.

"Sara." Tania sudah selesai dari pemeriksaannya. Ia terkejut mengapa putri kesayangannya itu bisa menangis.

"Kenapa sayang?" Tania memeluk putrinya.

"Mama sakit apa?"

Deg!!

"Mama nggak sakit kan? Kita hanya cek kesehatan kan Ma? Kenapa Mama diam? Jawab Sara Ma." Air matanya melolos begitu saja.

~

Hal itu benar-benar membuat Sara kecewa dengan dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia tidak tau Mamanya sendiri sedang sakit.

Saat itu ia baru berusia 13 tahun, yang ia tau penyakit kanker bisa menyebabkan kematian. Hanya itu. Karna dulu ia masih sangat polos untuk memahami hal itu.

Udah segitu dulu ya, gimana ceritanya? Semoga kalian suka ya. Oh iya, jangan lupa buat vote sama komentar kalian ya, sedih aja ngeliat vote gk sebanding dengan yang baca:(

Jadilah pembaca yang baik, jangan biasakan menjadi silent reader ya:)

What is Love [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang