[Chapter 6] Aku Merasakannya

18 9 0
                                    

Satu minggu berlalu setelah kejadian itu. Kevin selalu berpaling saat matanya bertemu dengan pupil mata hitam Sara.

"Vin, mending lo ngomong sama dia, gue nggak yakin Sara punya pacar," kata seorang temannya. Kris. Terlihat sangat dewasa dari 2 teman Kevin yang lain. Reno dan Vino.

"Udah jelas, dia yang bilang sendiri." Kevin terlihat tak bersemangat. Menyenderkan tubuhnya di sebuah kursi.

"Gue kenal Sara gimana," kata Kris. Kevin langsung menatapnya intens.

"Kenal gimana maksud lo?" Kali ini Reno bersuara.

"Ma-maksud gue, gue tau kepribadian cewek kayak Sara." Kevin terlihat curiga. Ada sesuatu yang Kris tutupi.

"Playboy sih lo, emang dajjal lo mah." Vino mencairkan suasana. Kevin menatap langit-langit kamarnya. Menerawang sesuatu.

*~*

"Sar, mending lo jujur aja sama Kak Kevin. Kasian tau! Kalok gue sih pasti udah pacaran sama dia," kata Siska cengengesan.

"Itu lo, bukan gue. Lagian buat apa juga gue klarifikasi?" Acuh. Terlalu menganggap semua hal sepele.

"Yaelah Sar, ketus lo. Biar nggak salah paham gitu. Kan gue sebagai penggemar Kak Kevin juga tersakiti dan lo-" Sara menempelkan telunjuknya di bibir temannya itu.

"Udah, stop, gimana kalau ke kantin? Laper kan lo?" Kalimat Sara hanya dibalas cengiran oleh gadis cerewet itu.

Sara berjalan mendahului Siska yang sibuk merapikan bukunya. "Apa harus gue bilang ke Kak Kevin kalok Rangga sepupu gue? Terus kalok udah jujur gue dapet apa?" gumamnya pada diri sendiri.

Setelah waktu sekolah usai, Sara bersama gadis yang baru ia kenal beberapa minggu itu berjalan bersama menuju gerbang kebebasan sekolah. Rasanya begitu lelah. Padahal hanya membaca dan belajar, sangat sulit untuk menjadikan hal itu menyenangkan.

"Eh, Sar, itu bukannya sepupu lo itu?" Beberapa hari yang lalu Sara memang sudah menceritakan bahwa Rangga adalah sepupu jauhnya. Saking keponya, Siska mencari sosial media untuk memastikan seberapa tampan sepupu temannya itu yang katanya tinggal di luar negeri.

Sara menatap seseorang yang tengah menunduk, memainkan kakinya di atas tanah sembari menyenderkan tubuhnya di sebuah mobil yang terlihat sangat mewah. Sara dan Siska menghampirinya.

"Rangga? Ngapain disini?" tanya Sara. Disisi lain ada Siska yang terpukau dengan parah tampan lelaki itu.

"Hai, kenalin aku Siska." Siap dengan uluran tangan dan cengiran khasnya. Rangga terlihat begitu dingin, tapi tampan.

Tak ada balasan untuk tangan Siska, hanya sekedar anggukan kecil san senyum yang dipaksakan. Sara bergidik, geli melihat Siska yang begitu mudahnya menyukai seseorang.

"Gue duluan Sar, udah ditunggu," pamit Siska dan melenggang pergi.

"Gue mau jemput lo," katanya dengan tampang tak berdosa.

"Jemput gue? Kenapa? Disuruh Mama? Jangan mau Ga, lo mau aja disuruh-suruh."

"Nggak, gue yang pengen." Sara mengernyit.

"Yaudah masuk, jangan bengong."

Sara mau tak mau harus mengiyakan. Itu bisa menghemat uangnya untuk naik angkot esok hari.

*~*

"Eh, Vin!" Salah satu temannya menepuk pundak Kevin. "Liatin apa lo?" Reno menatap ke arah tatapan Kevin. Ia tidak berani bicara lagi jika itu tentang Sara.

Setelah melihat raut wajah lelaki dengan paras di atas rata-rata itu membuat ia ragu untum memberikan amplop putih yang ia pegang. Karna ini sangat berhubungan dengan Sara.

"Kenapa lo?" Kevin merasa terganggu dengan diamnya Reno. Sangat jarang Reno menjadi sunyi.

"Nggak, gajadi, gue sendiri aja," katanya dengan wajah masam. Ujung-ujungnya dia yang harus jalan.

"Apaan tu?" tanya Kevin saat melihat sesuatu di tangan temannya itu.

"Oh ini, surat beasiswa. Buat Sar-" belum sempat menyelesaikan kalimatnya ia segera sadar, bibirnya begitu mulus saat bicara. Ia merapatkan bibirnya rapat-rapat. Kevin menatapnya intens.

"Siapa?" Mata Kevin menyala. Jika kalian tau, Kevin bisa sangat menyeramkan dan bisa sangat manis.

"Biasain aja dong mukak lo! Serem amat." Reno bergidik.

"Sara?" Mau tak mau Reno harus mengangguk. Ini semua karna mulutnya. Jika bisa ia akan mengutuk bibir sendiri, tapi tak bisa. Sayang.

Kevin langsung mengambil amplopnya dan pergi begitu saja.

"WOI SETAN! MAIN AMBIL AJA LO, AWES JATUH JANGAN CEPET-CEPET!" teriak Reno cengengesan.

"Batu banget dah." Menggeleng-geleng melihat kepergian Kevin. "ADUH! kempret, kok gue yang jatuh sih. Ni batu kenapa disini dah. WOI SIAPA YANG NARUH BATU DISINI?" Padahal seisi lorong sudah sepi, masih saja berteriak.

*~*

"Apa yang kali lo siapin?" Lelaki remaja yang masih mengenakan seragam lengkap duduk di atas meja memandang lawan bicaranya yang terlihat sebaya dengannya.

"Gue cuman pengen tau, siapa aja keluarga yang udah hancurin keluarga gue," jawab remaja tinggi itu. Membelakangi Kris.

"Gue gamau lo cari gara-gara sama dia. Kenapa lo nggak ngerti juga, posisi lo juga jadi ancaman!" Berusaha menahan emosinya. Kris menggenggam tangannya dengan kuat.

"Ancaman lo bilang? Gue? Seharusnya DIA YANG TERANCAM, BUKAN GUE!" teriaknya semakin meninggikan suara. Kali ini ia menunjuk tepat di dada bidang siswa berseragam itu.

"Terserah lo mau bilang apa. Yang jelas gue nggak bisa milih antara lo dan sahabat gue." Kris melenggang pergi, takut emosinya semakin tak terkontrol. Kris selalu bersikap dewasa. Apalagi jika dibandingkan dengan Kevin, Reno dan Vino. Dan juga, lelaki remaja yang barusan ia ajak bicara, lebih tepatnya berdebat.

"Kita liat, siapa yang lo pilih!" Orang itu memberi kalimat akhir yang sukses membuat Kris terhenti. Tak lama, lalu kembali melangkah pergi dengan seribu pikiran yang mengikutinya.

*~*

Sorry banget ya, baru bisa update sekarang. Sangat jauh dari jadwal seharusnya, awalnya jeda karna tangan gue yang cedera, ternyata lanjut karena tugas yang numpuk kayak gunung.

Oh iya, aku juga ada PAT, jadi makin ketunda terus.
Mohon permaklumannya ya^_^

Gimana ceritanya udah bikin penasaran gak?
Kira-kira siapa orang itu? Coba tebak!!!

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan komentar kalian

See you~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

What is Love [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang