[Chapter 5] Datang

29 8 1
                                    

"SARA! MAMA MAU KE RUMAH SAKIT DULU YA, KAMU JAGA RUMAH AJA!" teriak Tania di ujung bawah tangga, berharap Sara -putrinya- mendengarnya.

"Sara ikut Ma." Sara berlari dari kamarnya menuruni tangga.

"Mama sendiri aja sayang, ntar ada tamu ke rumah. Tamu yang kamu tunggu-tunggu." Pernyataan Tania mengenai 'tamu' itu membuat Sara berpikir.

"Siapa?" tanyanya, menyerah dengan pikirannya sendiri.

"Nanti kamu tau sendiri, Mama berangkat dulu ya." Tania mencium kening putri kesayangannya.

"Hati-hati ya, kalau ada apa-apa hubungi Sara ya." Sara sangat menyayangi Tania. Ia memeluk wanita itu begitu hangat, enggan melepaskan. Hidup berdua membuat mereka begitu mengerti satu sama lain.

*~*

"Iyaa sebentar!" kata Sara sedikit berteriak. Ada seseorang yang tengah berdiri di depan pintunya sejak tadi dan membunyikan bel tak henti-henti.

Sara membuka pintu. "Tunggu seben-" Sara mengira dia adalah Mamanya. Ternyata itu adalah seorang lelaki. Iya, lelaki yang memang Sara tunggu sejak lama.

"Hai," sapa lelaki itu dengan sedikit menunduk karna perbedaan tinggi. Sara masih tertegun, tak percaya dengan apa yang ia lihat.

"Sar...lo gamau biarin gue masuk?"

"Eh, iyaa, ayo masuk!" Sara memberi jalan untuk orang itu masuk.

"Kenapa diem aja? Gamau nanya apa gitu kek? Gak kangen sama gue?" Selalu seperti itu, dia yang cerewet, Sara yang diam.

"Satu-satu dong. Ini seriusan kamu?" tanyanya memastikan. Siapa tau hanya jin yang menyerupai.

"Astaga, iya ini gue. Rangga. Rangga Adipradma," tegasnya sambil berjalan dan duduk di sofa ruang tamu.

"Kapan lo balik? Kok nggak ada kabar?" Jujur saja. Sara merindukan orang itu. Orang yang tengah duduk dengan lapahnya.

"Udah 2 hari yang lalu, kan surprise." Dengan tawanya yang renyah. Sebenarnya Rangga adalah tipe cowok yang cuek. Hanya saja didepan Sara sikatnya bisa berubah 180°. Rangga tinggal di luar negeri bersama orang tuanya, tidak tau tepatnya dimana. Rangga tak pernah cerita.

"Surprise apaan!" Sara ikut menyatukan bokongnya dengan sofa coklat itu dengan membawa minuman berwarna kuning dan menaruhnya di meja.

"Yee! Emangnya gak kaget? Kaget kan lo? Masak sahabat lo ini nggak ngangenin sih?" goda Rangga. Mendekatkan tubuhnya pada Sara yang sejak tadi duduk di sampingnya.

"Dih sahabat, kemana aja lo selama setahun? Itu yang namanya sahabat?" Sara mendorong wajah Rangga untuk memberi ruang. Rangga diam. Ada sesuatu yang ia pikirkan.

"Ga, kenapa diem?" tanya Sara.

"Nggak tuh, gue kan sibuk banget orangnya." Dengan tingkahnya yang dibuat-buat. "Yaudah gue minta maaf, mau jalan gak nih?" tanya Rangga yang tentunya dijawab anggukan dari Sara. Mana bisa Sara menolak Rangga, begitu juga sebaliknya. Mereka sudah bersama sejak kecil. Tidak mudah memisahkan mereka walaupun jarang bertemu.

"Kemana ya enaknya?" pikir Rangga. Tangannya masih setia dengan setir, tapi matanya mulai berpaling dari jalanan ke arah sampingnya. Ada seorang gadis yang ia sayang di sana.

"Gimana kalau makan???" jawab Sara begitu bersemangat. Rangga tertawa. Setiap ia pulang Sara pasti minta keluar untuk makan.

"Napa ketawa, kan gue minta makan, bukan minta rumah."

Rangga masih tertawa dengan mata fokus ke arah jalan. "Iya, apa sih yang nggak buat lo."

Ada senyum yang terukir di antara mereka.

*~*

"Sara! Yaampun gue kangen sama lo." Siska berjalan sedikit cepat ke arah Sara.

"Apaan sih, baru sehari doang."

"Kan gue kangen, eh lo udah biat tugas matematika belum?"

"Kangen-kangen, bilang aja lo mau pinjem tugas kan?" Dengan wajah yang datar.

"Bukan pinjem, minta." Tawa Siska pecah.

"Najis!"

Mereka berjalan beriringan menuju kelasnya. XI IPA 6. Entah mengapa Sara mengambil jurusan IPA, saat itu ia benar-benar bingung. Ia masih belum bisa menentukan jalan mana yang akan ia ambil.

*~*

"Sar!" Kenapa hari ini ada saja orang yang menyapanya. Tapi kali ini Kevin. Sara menunggu untuk kelanjutan panggilan Kevin.

"Itu siapa?" Pertanyaan Kevin yang membuat Sara bingung. Sara melihat ke sekitarnya. Tak ada siapapun selain mereka. Ini sedang jam pelajaran san Sara baru saja dari toilet.

"Siapa yang siapa?" Sara menaikkan salah satu alisnya, bingung.

"Yang kemarin di tempat makan."

~

"Iya bentar, ini udah mau jalan. Kalian main aja dulu, ribet banget," katanya dengan seseorang di sambungan telepon.

Saat akan menyalakan mesin sepedanya. Tiba-tiba sebuah mobil berhenti tak jauh darinya. Bukan masalah mobilnya yang terlihat mahal tapi seseorang yang ada di dalamnya. Kevin diam mengamati. Memastikan orang itu adalah orang yang ia maksud.

Sara.

Iya itu memang Sara. Lalu siapa lelaki yang bersamanya? Apa itu pacarnya? Begitulah isi otak Kevin. Pertanyaan yang tidak bisa ia jawab selain bertanya pada orang yang bersangkutan.

~

"Pacarmu?" lanjut Kevin.

Setelah beberapa menit terdiam, akhirnya Sara membuka mulut, "iya pacar."

Deg!!

Ada sesuatu yang menghantam tapi tak berupa. Sara pergi meninggalkan kekakuan.

Maaf kak.

Hwa maaf telat, tanganku cedera beberapa hari ini, jadi gabisa di gerakin terlalu lama.
Maaf nih...
Kalian masih nunggu kelanjutannya nggak? Kalau iya jangan lupa di klik tanda bintangnya. Ajak juga teman kalian buat masuk dalam cerita ini.

Jangan lupa tinggalkan jejak n see you~

What is Love [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang