Setelah beberapa waktu dihabiskan untuk bermain akhirnya Kevin dan Sara memutuskan untuk berkeliling mall sebelum mereka pulang.
"Mau pulang sekarang?" tanya Kevin sedikit menunduk agar bisa melihat Sara dengan baik. Sara mendongak dan mengangguk pelan.
"Hmm...Kak." Dia semakin ragu saat Kevin meresponnya dengan sangat cepat. Kevin memberi kode untuk Sara agar melanjutkan kalimatnya.
"Mau es krim," kata Sara sedikit malu. Dia benar-benar mengumpat pada diri sendiri, bagaimana bisa meminta lagi setelah mengabiskan lumayan banyak uang untuk bermain. Sara memang tidak mau Kevin membayarnya. Tapi Kevin keras kepala.
Kevin dibuat gemas dengan tingkah Sara. Ia mengacak rambut Sara. "Tunggu disini," kata Kevin sebelum pergi.
"Nih!" Kevin menyodorkan sebuah cup berisi ice cream dengan berbagai rasa. Sara langsung tersenyum.
Setelah ice cream tersebut habis mereka langsung kembali pulang ke rumah masing-masing.
*~*
Sara melempar tubuhnya asal di atas tempat tidurnya. Senyumnya tidak bisa hilang, ia tidak pernah sebahagia ini. Kevin memang selalu tau apa yang ia mau.Jika di ingat- ingat Kevin adalah salah satu orang yang selalu menghiburnya. Bahkan saat ia masih di sekolah menengah pertama Kevin lah orang yang selalu menjaganya.
"Aku kenapa sih?" tanyanya pada diri sendiri.
Ting!
Sebuah pesan masuk dan tangan Sara langsung meraba-raba untuk mengambil benda pipih berwarna silver.
+628**********
Hai, gimana? Capek?Sara mengernyit. Ia mengecek profil dari pengirim pesan.
Kak kevin? Sara langsung bangkit dan duduk tak percaya. Dari mana dia dapat nomorku? Pertanyaan itu muncul begitu saja.
Sara
Nggak kok kak, btw makasi ya kakAda senyum yang terselip di bibir masing-masing.
*~*
"Mama kenapa nggak bangunin Sara?" Teriak Sara sambil menuruni tangga dengan langkah cepat. Ia memasukkan kotak sarapan dengan asal.
"Kamu aja yang bandel, 5 menit, 5 menit," jelas Tania pada putrinya itu.
"Iih...yaudah Sara pamit." Sara mencium tangan ibunya dan langsung keluar.
Saat tiba di luar ia benar-benar terkejut. Matanya membulat tak percaya. Kevin. Ia berdiri di dekat mobilnya yang terparkir di luar pagar rumah Sara.
"Hai," sapa Kevin dengan senyuman yang sama indahnya dengan pagi ini.
"Ke-kenapa Kak Kevin kesini?" Ya, iya pertanyaan konyol.
"Jemput kamu, yuk, udah telat." Kevin membukakan pintu mobil untuk Sara dan bergegas menuju sekolah.
Tak ada yang bersuara, membiarkan angin masuk lewat jendela bersama dengan cuaca pagi yang cerah. Sesampainya di SMA Taruna, mereka berdua tentunya menjadi pusat perhatian.
Kevin adalah salah satu cowok populer di sekolah ini. Walaupun baru pindah ia sudah mampu menyaingi garis orang-orang tampan dan populer di SMA Taruna. Walupun Kevin bukan tipe orang yang suka menebar pesona.
Sara merasa aneh dengan tatapan orang lain, ia tidak terbiasa. "Kak, aku duluan ya, makasi tumpangannya," kata Sara dengan canggung.
Setelah mendapat anggukan, Sara berbalik dan menuju kelasnya. Semoga saja Siska tidak tau, kalau tidak ini akan heboh. Bisa-bisa ia jadi omongan bulanan.
*~*
"Akhirnya bisa makan juga," kata Siska yang sudah tidak sabar dengan semangkuk bakso di depan matanya. Sara duduk di hadapan Siska dengan kotak makanan yang ia bawa dari rumah. Bukan pelit, tapi hemat.
Setelah menyelesaikan ritual makannya, Siska mulai memainkan jarinya di atas layar ponselnya. Ia membuka instagram dan melihat postingan terbaru dari akun khusus cowok-cowok populer di SMA Taruna.
"Sar, apa ini?" tanyanya masih dengan nada normal. "Lo?" Mulai naik. "LO DEKET SAMA KAK KEVIN!!!" Tamat sudah.
"Siska, kenapa nggak sekalian pakek toa aja?" Kesalnya.
"Hehe, maaf maaf, lo deket sama Kak Kevin? Kenapa gak bilang? Kan gu-"
"Sssttt...diem, berisik. Nggak, Kak Kevin cuman jemput gue, udah gitu aja," jelas Sara.
"OMG SAR! Cuman? Itu bukan 'cuman', kayaknya ni ya, Kak Kevin suka deh sama lo." Siska mulai memanaskan suasana.
Sara masih diam, berusaha menganggap kata-kata Siska hanya angin lewat.
"Astaga dikacangin," dengus Siska. "Eh Sar, Sar, Kak Kevin."
"Terus kenapa? Kan ini tempat umum."
"Bukan gitu, dia kesini," kata Siska yang disusul dengan mata Sara. Menatap orang yang mereka bahas.
"Hai, boleh gabung kan?" tanya Kevin menatap Sara dan Siska bergantian.
"Boleh kak!" seru Siska yang membuat Sara menutup mulutnya kembali.
Sara mulai terganggu. Ia tau Kevin dulu menyukainya, tapi kalau seperti ini bagaimana ia tahan. Ia akui Kevin memang tampan. Bahkan termasuk cowok idaman. Entah kenapa perhatian Kevin membuat Sara risih.
"Aku duluan Sis, Kak." Bangkit dari duduknya dan pergi begitu saja.
Saat ia keluar dari pintu kantin tiba-tiba tangannya ditarik seseorang. Ia bisa menebaknya. Kevin. Pasti Kevin.
"Sar, kenapa menghindar?" tanya Kevin memastikan.
"Nggak kok kak."
"Terus kenapa?" Kevin hanya merasa Sara menjauh.
"Aku cuman nggak terbiasa jadi perhatian orang, aku tau Kak Kevin emang perhatian, tapi menurutku itu terlalu berlebihan kak." Sara sedikit menunduk. Merasa salah untuk mengatakan hal itu setelah apa yang sudah ia lakukan dengan Kevin.
Kevin menatap kepergian Sara dengan perasaan yang tidak bisa ia definisikan.
Apa aku salah? Tapi kenapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
What is Love [Revisi]
Teen FictionApa? Menurut kalian apa itu cinta? Jika kalian masih berpikir itu hanya untuk pasangan, maka kalian harus memikirkannya kembali. Mungkin ceritaku akan membantu kalian jawabannya. Cover by @wira.ptra . . . Di publish ulang, kemungkinan di post setiap...