Prolog

51 6 0
                                    

Sinar rembulan tampak begitu bahagia menyinari langit malam saat itu bersama bintang. Seakan enggan untuk bergilir tugas dengan matahari. Larut malam ini berjalan sangat lama, ditemani bintang-bintang yang telah berbentuk rasi.

Erlend melatih pita suaranya agar terlihat cukup jelas dengan tatanan tulisan yang ia tengah hafalkan untuk seseorang. "G-gue tau, kalo gue cuma partner film lo. Tapi, gu-gue udah la-lama suka sama lo. D-dan hari ini, gue mau nembak lo. Maaf gue lancang, lo m-mau ga jadi pacar gue?" Gagapnya mulai merambat saat jam janji nya mulai tiba.

Wajah yang ia nanti-nantikan telah nampak dari luar dinding kaca restoran yang ia sewa. Lokasi nya sejajar dengan pantai, memang bau pantai di luar sangat menyeruak dan tentu udara nya sangat dingin. Tiada lagi lokasi, selain pantai yang disukai gadis yang dinantikannya.

Ia tersenyum memandang gadis dengan fluffy dress berwarna maroon selutut tampak anggun dengan tone necklace dan moon pendant. Senyumannya itu mengalihkan perhatian nya bahwa sang gadis pujaan hati nya telah ada tepat di depan matanya. "Lend, woyyy, Lend," ucap Maura seraya melambai-lambaikan tangan nya tepat di depan wajah Erlend yang melongo.

Tentu seorang top actress, Maura Stavelaine Imoris. Aktris cantik 25 tahun yang sedang naik daun akhir-akhir ini karena visual nya yang memukau dan kelihaiannya dalam berperan.

Erlend tersadar dari lamunannya, ia menyunggingkan senyum tipis nya yang mempesona jikalau kaum hawa menatapnya saat itu. Tidak dengan Maura yang tersenyum biasa. "Cantik," tanggap Erlend.

"Bajunya?" Binggung Maura polos meresponnya.

Erlend menyunggingkan senyum nya terpesona, "Orangnya," koreksinya.
Maura tak menghiraukan Erlend, ia terkekeh kecil. "Lo ada aja ya, senjatanya," ungkapnya.

Sepertinya setengah jam lagi bel akan berdenting yang menandakan jam 12 akan tiba. Erlend mulai menyiapkan pita suaranya yang terbaik, "Ra, gue perlu serius," ungkapnya jelas.
Maura menatap Erlend seraya menaikkan alis kiri nya, "Bicara aja, serius kok," responnya ramah.

Erlend seakan merasa sesak, ia melonggarkan dasinya. "Ra, kita kenal emang baru-baru ini. Tapi gue udah ada rasa sama lo semenjak awal sutradara narik lo buat jadi partner film gue. Dan hari ini, gue sengaja date buat nembak lo. Maaf gue lancang, tapi ini fakta nya. Gimana?" Ungkap Erlend seperti tanpa ada rasa gugup, ia bahkan mengungkapkan nya berbeda dari teks yang ia buat.

Gadis itu tengah menenggak sirup nya. Ia bahkan hampir memuncratkan isi mulutnya itu. Lalu sekejap ia tampak melotot heran , terang ia sangat terkejut atas pernyataan partnernya itu. Ia bahkan menggigiti bibir bawahnya dengan sorot mata gusar. "Lend, maaf. Gue harus bilang ini. Gue nggak bisa sama lo," ujarnya dengan sorot bersalah.

Erlend seakan tersetrum dengan penolakan Maura, "L-lo, nggak per-pernah ada feel gi-gitu sama gue?" Interogasinya memperjelas.

"Sorry, Lend. Gue nggak ada," sergah Maura memperjelas.
Maura seakan tak kuat dengan rasa bersalahnya yang semakin menggunung saja, ia berlari keluar restoran dan pulang. Ia menangis, memang ia sangat anti dalam menyakiti hati seseorang seperti ini. Apalagi partner nya yang tampan itu, Erlend Yigo Thious.

Menyisakan seorang Erlend dengan sejuta rasa sakit yang ditanggung nya mulai malam itu. Bersamaan dengan berdenting nya jam 12 malam, ia mendapat penolakan yang amat sangat menggores luka.

○●○

Erlend sangat kacau selarut ini, tampangnya yang sudah kusut dengan sorot mata yang kosong terus mengikuti jalan kehidupannya tanpa sanggup memutar balikkan waktu. Ia mengusak rambutnya kasar seraya mengambil mocca cardigan-nya dan berlalu dari restoran bintang 5 yang ia sewa hanya untuk mengungkapkan pernyataan konyol yang hasilnya justru mengoyak hatinya.

Erlend berjalan terhuyung ke arah parkiran, sepertinya tidak ada melodi lagu lagi yang sanggup bermain-main di benaknya. Ia membuka kenok pintu mobilnya paksa tanpa membuka pintu mobilnya yang terkunci. Ia benar-benar kacau oleh penolakan itu. Lalu, ia berhasil membuka kenok pintu mobil nya dan masuk. Beruntung berhasil mengingat bahwa ia belum membuka kunci mobilnya ditengah kekalutannya.

Suasana jalan malam itu sepi, Erlend berniat berkebut dalam berkendara. Ia ingin melampiaskan semua kalut yang mengisi ruang hatinya. Ya, ia melakukannya.

Drrrtttt...

Tampak nama lelaki yang sepertinya berusaha menghubunginya larut malam begini. "Ervend?" tatapnya pada layar ponselnya.

Erlend tampak berusaha mengambil ponselnya di dashboard. Ia menolak panggilan tersebut. Ia tidak sanggup menerimanya di tengah kekalutannya itu.

Erlend seakan telah lepas, ia menerobos lampu merah lalu lintas. Ia tidak peduli lagi dengan sesuatu yang berkerumun di bayang pikirnya.

Brakkk!!!

Kecelakaan itu seakan telah ditakdirkan dalam hidupnya saat ini. Erlend memang handal dalam berkendara kebutan, ia sanggup menghindari mobil yang melintas. Namun, naas kecelakaan tunggal itu tetap terjadi.

○●○

"Venus telah melewati masa nya untuk masih melintas dini hari. Matahari telah menyetujui untuk melanjutkan masa nya disaat keindahan Venus itu telah berlalu untuk sementara dan hari esok," -Story Syndrome.

FenomenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang