Menyebutnya dengan poros baru sesuai dengan hipotesis. Menjalaninya tanpa peduli dengan persepsi lanjutan sebagai resiko terhadap reversi itu. Bukan sebuah celah yang tercela. Melainkan celah terpuji penuh resiko seperti noda putih pada baju putih.
-Story Syndrome-Tampak seorang pria jangkung menanggalkan snellinya di stand hunger. Sejenak ia tampak merenung memikirkan sesuatu dengan menyandarkan tubuhnya di tembok pintu yang tertutup. Ia mulai mengeratkan kedua alisnya bingung. Sejuta gurat kekhawatiran serasa bergantungan dan terpaut jelas di pikirannya.
Apa yang sebenarnya membuat kakak seperti itu? Apa kakak berfikir ingin bertemu ayah ditengah larangan ibu? ;pikir seorang pria bernama Ervend tersebut berusaha menyambungkan dengan permasalahan hidup kakaknya.
Tak berselang lama lamunan itu, dengan segera ia menuju ruang ganti dan mengenakan baju operasi miliknya untuk operasi. Tak lupa mengenakan surgeon cap dan menggunakan surgical mask. Sesaat setelahnya, ia segera keluar dari ruangan dan mempercepat langkahnya menuju ruang operasi 1 sesuai dengan tempat di pesan yang dikirim dokter spesialis jantung yang menangani saudara kembarnya di ruang hybrid.
Sesampainya di depan pintu ruang operasi satu, ia lalu memakai surgical soap yang difungsikan untuk menghilangkan bau feses dan urine atau bisa juga untuk clothing. Ia menyikat tangannya tersebut dengan teliti, bahkan tak sadar ketika para perawat mengamati wajah tampannya yang tampak begitu fokus itu.
"Dokter Ervend ganteng ya, Ra?" ucap satu perawat di dalam ruang operasi yang dengan mudah bisa mengamati Ervend karena lokasi cuci tangannya yang hanya dibatasi kaca transparan dari ruang operasi.
Seraya mengangguk kecil dan tersenyum lebar salah seorang perawat yang bernama Clara itu menanggapinya, "Tau tuh, kaya abis minum formalin. Awet banget gantengnya, nempel terus gantengnya. Ga ilang-ilang. Udahh jenius, sayang saudara, perhatian, ga mudah marah, udahh dehh ga kurang."
"Boleh minta lap kain yang steril?" spontan pertanyaan yang dilontarkan Ervend itu membubarkan lamunan beberapa perawat yang mengamatinya hingga lupa diri.
Salah satu dari perawat tampak salah tingkah berlari kecil untuk mengambil barang yang diminta Ervend.
"Ini, dok," seraya menyerahkan lap steril operasi untuk mengeringkan tangan Ervend.
Ervend tampak mengulum senyum dalam maskernya seraya menerima lap steril tersebut, "Terimakasih," sahutnya sesaat setelah melap tangannya yang basah seraya memasang surgical gloves miliknya.
Ervend akan memulai operasinya dilengkapi dengan kehadiran dokter anestesi, dokter jantung dan koas bedah umum yang akan diberi pengarahan sekaligus.
"Sebelum saya memulainya, saya ingin memohon dengan sangat untuk satu hal. Tolong privasikan kondisi saudara kembar saya ini! Tolong rahasiakan, dan jangan sampai tersebar! Tolong bantu saya agar berita ini tidak mencapai publik. Dan juga tolong, untuk semua orang yang mengetahui ini selain kalian. Mohon untuk berhenti sampai disitu saja," sesaat setelah melontarkan beberapa kalimat permohonan itu, Ervend tampak menundukkan badan hormat kepada para staff medis yang berada di ruang operasi tersebut.
Setelah usai menegakan badannya dan mencapai posisi terbaik tubuhnya, Ervend tampak menatap koas dan seperti mengkodekan sesuatu untuk menjelaskan pada staff medis lain yang berada disana.
"Akibat trauma besar di perut, menyebabkan cedera hati dan limpa," ujar koas laki-laki yang diketahui bernama Alvan.
Dari arah kepala pasien seorang dokter anestesi tampak ingin menyampaikan sesuatu, "Dok, tekanan darahnya rendah dan tingkat saturasi oksigen tidak stabil karena hemotoraks kiri. Dia bisa mengalami gagal jantung saat kita membedahnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fenomena
Romance"Gaun itu lebih bagus disandingkan dengan kemeja kakak kembar saya. Saya bersyukur tidak merebut haknya," tutur lelaki dengan snelli putih lengkap dengan name tag seorang dokter bermarga Thious. Seketika lawan bicaranya itu luruh dengan isakan tangi...