Bisa dikatakan saat yang tepat adalah bukan semata menanggulangi masalah dengan berperan sebagai tokoh pengganti. Tapi, seakan ada sebuah lubang hitam yang menarik kesimpulan untuk berenang-renang dalam eskalasi rotasi realitas.
-Story Syndrome-✿☯✿
Langit fajar itu seakan piawai menciptakan kalut yang terpaut sempurna pada hati seorang pria saat itu. Ia terus saja mengutak-atik benda pipih dengan beberapa aplikasi yang terlampir di dalamnya. Sorot matanya sesendu malam bulan baru. Seakan tidak ada Purnama atau bahkan bulan Sabit yang sanggup mengukir saturasi cahaya dalam sorotnya yang penuh dengan berjuta gemuruh kekhawatiran itu. Terus saja ia berusaha menghubungi seseorang, tetapi tetap saja hasilnya nihil.
Derap langkah terdengar mendekat ke arah pria itu. Menyadari sesuatu dibalik punggungnya, ia memutar posisi tubuhnya. Terlihat seorang gadis dengan snelli panjang selutut, yang diketahui ialah seorang koas. Ia menghentikan langkahnya tepat di depan pria itu.
"Kak, ini snelli kakak. Maaf ya kak, atas perlakuan saya kemarin. Saya benar-benar nggak sengaja numpahin es jeruk saya kemarin ke snelli kakak,"ujarnya tiba-tiba seraya menunduk dan mengulurkan snelli.
Pria itu menghela nafas ringan dan mengulas senyum tipis untuk gadis itu. Ia mengambil snellinya dan pergi begitu saja.
Derap kaki itu kembali terdengar dan seperti berlari mendekat ke sosok pria itu lagi. Sosok itu lalu berusaha menyamakan langkah kakinya disamping pria itu. "Permisi kak, saya Demora dari koas stase anestesi. Ngomong-ngomong, kakak senior kan?" sergahnya to the point seraya mengacungkan telunjuknya ke arah wajah pria itu.
Pria itu nampak menyangga dagunya dan kali ini tidak dengan senyum tipis miliknya tadi. Ia menoleh datar ke arah gadis itu, "Kamu siapa?" tanyanya singkat kepada gadis itu.
"Saya Demora, kak. Koas anestesi baru disini. Kakak senior saya, kan? Kemarin saya dengar dari teman kalo kakak ngasih penyuluhan ke koas-koas lain," jelasnya dengan lembut.
Pria itu memiringkan kepalanya seraya menyangga prominent chin miliknya."Kemarin, kamu telat?" tanyanya tampak mengintimidasi gadis itu.
Gadis itu tampak menaikkan kedua alisnya dan menggigit bibir bawahnya seraya perlahan menurunkan pandangan matanya kebawah. "K-kak-kakak, kok ta-tahu sih?" gadis itu tampak menunduk kelabakan.
"Sedetikpun saya sudah paham dengan kata 'denger dari temen'. Ga dengerin sambutan, perkenalan juga ga baca tatanan acara? Masih mimpi mau jadi dokter kedepannya?" sergah pria itu dengan pertanyaan kepada gadis yang tampak getir.
Perlahan gadis itu mengangkat kedua pupilnya ke atas seraya mendongak berusaha untuk menatap sosok pria yang sedang berusaha mengintimidasi didepannya. "Emang kakak sebenarnya siapa? kok bawaannya sewot gitu?" mencoba untuk lebih berani, gadis itu ingin mengintimidasi balik pria tersebut.
Seperti diawali dan diakhiri dengan sebuah pertanyaan, pria itu akhirnya mengeluarkan name-tag dari saku celananya. Ia lalu memakai snellinya dan menyematkan name-tag tadi dibagian dadanya.Dr. dr Ervend Yaga T, SpB(K)
"Doktor, dokter spesialis bedah umum Er-Ervend Yaga Te? Te?" paham kode pria tersebut, gadis itu pun tampak mengeja seraya memicingkan matanya menatap name-tag yang tersemat di snelli pria itu sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fenomena
Romance"Gaun itu lebih bagus disandingkan dengan kemeja kakak kembar saya. Saya bersyukur tidak merebut haknya," tutur lelaki dengan snelli putih lengkap dengan name tag seorang dokter bermarga Thious. Seketika lawan bicaranya itu luruh dengan isakan tangi...