1. Pagi hari

226 34 7
                                    

Matahari yang terang benderang dipagi ini sangat mendukung kegiatan-kegiatan berbagai makhluk hidup dimuka bumi. Seperti yang dilakukan gadis satu ini, dia tengah bercermin memastikan penampilannya sebelum berangkat ke sekolah, untuk kesekian kalinya. Dengan tas yang menyampir dipunggungnya, dia turun ke lantai satu rumahnya, niatnya akan mengisi tenaganya barangkali dengan sehelai roti dan segelas susu coklat kesukaannya. Namun, niatnya terurungkan ketika dia baru saja sampai didapur yang disana juga tersedia meja makan. Dimeja sana terdapat semua anggota keluarga yang ada dalam rumah ini kecuali dirinya, mereka sedang mengobrol sesekali gelak tawa terdengar diselanya. Sungguh ini pemandangan yang sangat dia benci. Dia menarik nafasnya lalu tersenyum, senyuman yang dia paksakan.

"Morning all..." Dia menyapa keluarganya saat tiba dimeja makan. Seketika gurauan yang tadi terdengar ditelinganya lenyap. Mereka sibuk menghabiskan sarapannya masing-masing. Sekali lagi dia tersenyum, ini hal yang biasa baginya. Tak ada seorang pun diantara mereka yang menjawab sapaannya, barangkali sekedar menengok ke arahnya. Suara deruan motor dihalaman rumah menyadarkan keterdiamannya.

Gadis itu menjulurkan tangannya satu- persatu pada mereka, niatnya ingin berpamitan. Namun, lagi-lagi tidak ada yang membalas uluran tangannya. Dia tersenyum, hatinya teriris. "Ara berangkat sekolah dulu," Pamit dia, lagi dan lagi tidak ada sahutan diantara mereka. Dalam hatinya, dia menertawakan dirinya sendiri.

Tunggu! Ara?

Lengkapnya adalah Amanda Azzahra. Kalian pasti sudah menebak bahwa gadis ini si pemeran utama, yups! Tebakan kalian tidak melenceng sedikitpun. Gadis si pemeran utama dengan senyuman ramah yang selalu dipancarkan olehnya yang ternyata tameng terampuh untuk menutupi seribu lukanya. Gadis berparas cantik dengan segudang prestasinya itu merupakan salah satu Most wanted girl di SMA Pelita Harapan, sekolah kebanggaanya. Sifatnya yang asik pada siapapun membuatnya mudah bergaul, hingga tak dipungkiri bahwa dia memiliki banyak teman. Bahkan banyak pula kaum adam yang terpikat olehnya. Namun, hingga saat ini tak ada seorangpun kaum adam yang dapat memikat hatinya.

Sesampainya dihalaman rumahnya, terlihat seseorang dengan ninja merahnya tengah menunggu dirinya.

Adalah Rava Alveno, cowok berpenampilan asal-asalan dengan kemeja yang selalu dikeluarkan dan dasi yang tak pernah dia pakai. Beruntung dia memiliki wajah yang lebih dari cukup tampan, sehingga hal itu membuat popularitasnya tak kalah dengan Ara. Bahkan banyak pula kaum hawa diluar sana yang terpikat olehnya. Jika Ara diberi julukan Most wanted girl di SMA Pelita Harapan, maka Rava adalah Most wanted boy, ah ralat! Lebih tepatnya Most wanted cold boy SMA Pelita Harapan. Tatapan yang tajam, irit ngomong dan sekalinya ngomong pasti pedas. Hal itu juga kadangkala yang membuat kaum hawa mundur seketika. Namun, sikapnya bertolak belakang jika berhadapan dengan gadis satu ini. Jika disekolah, Ara dengan segudang prestasi, maka Rava pun dengan segudang masalahnya. Jika Ara memiliki otak yang pintar karena rajin belajar, maka sebenarnya otak Ravapun diatas rata-rata, namun sifatnyalah yang pemalas.

Ara sesegera mungkin menghampiri Rava yang sedang menunggunya itu. Lalu tersenyum sesampainya.

"Demi mbok ati yang dapetin duda muda, lo jelek sumpah Ra kalo senyum." Setelah mengucapkan kalimat itu, sedetik kemudian Rava mendapatkan lengannya yang tengah dicubit oleh Ara, namun cubitan yang sering dia dapatkan itu tak menimbulkan efek apapun.

"Issh lo itu nyebelin, orang lain aja bilang kalo gue lagi senyum itu cantik nya gak ketahan, secara gue kan titisan Raisa," Ara menjulurkan lidahnya pada cowok yang tengah menatapnya dengan bola mata yang pekat.

"Yee kalo kata gue sih
bukan titisan Raisa yang ada lo itu titisan mimi peri," Jawabnya dengan kekehan yang membuat Ara jengkel, dan itu yang disukainya dari gadis satu ini.

"Serah lo rav serah!! Yuk ah berangkat keburu macet nanti telat kita!" Ara menarik lengan Rava.

"Kalo gue sih ga masalah telat, gue lebih milih dihukum buat ngepel koridor sekolah atau ngga ngebersihin wc daripada berdiri sejam dilapangan. Bikin tulang kaki gue remuk rasanya," Ucapnya santai.

Fake SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang