Janji seorang Rava yang selalu Ara ingat. Karena janji itu Rava enggan meninggalkan gadis kesayangannya itu. Hingga saat ini persahabatan mereka tetap utuh. Kemana-mana selalu bersama, hingga jika orang lain melihat kedekatan mereka menganggap bahwa mereka sepasang kekasih. Baik Ara diapun sangat mengerti kehidupan Rava. Bagaimana cowok tersebut bersikap dingin. Bagaimana cowok tersebut menjadi anak yang tak bisa dikendalikan.
"Rav ii siniin sambelnya!!" Ara sedang berusaha mengambil sambal itu ditangan kekar Rava. Mereka saat ini sedang dikantin, memakan bakso mbok Ati. Ralat maksudnya hanya Ara, sedangkan Rava hanya memesan minuman. Ara keras kepala ingin kembali ke kelasnya. Namun, disaat dia akan kembali ke kelasnya bel istirahat berbunyi akhirnya dia memilih ke kantin dan diikuti Rava.
"Lo mau kambuh lagi maag nya? Baru aja pulih." Dibalik ucapan Rava yang tegas dengan sebenarnya dia hanya khawatir pada gadis didepannya ini.
"Dikit aja deh gapapa ii bakso gue hambar nii ga pake sambel."
"Pake kecap aja!"
"Lo amnesia Rav? Gue kan ga suka kecap. Gila kali kecap kan dari keledai. Hii jyjykk."
"Kedelai Ra."
"Sama aja ih."
"Beda pea."
"Anak TK aja bisa bedain mana keledai mana kedelai.""Gue juga bisa. Cuma beda penempatan huruf doang."
"Keledai itu hewan Ra, kalo kedelai itu kacang."
"Tetep aja gue ga suka dua-duanya."
"Yaudah liatin aja muka gue dijamin enak nya ngalahin bakso mana pun."
"Gue sih lebih milih ngeliatin bool ayam dari pada muka lo."
"Emang lo kuat liatin bool ayam sambil makan bakso? Secara bool ayam juga kan mirip bibir lo kalo lagi manyun."
"Ngga lah! Hina aja terus sampe bool ayamnya berubah bentuk jadi kotak."
"Emang bibir lo kalo lagi manyun juga bakal jadi kotak?"
"Bego lo issh."
"Dora!" Seru Leo setengah berlari, Si ketua kelas. Ditengah-tengah Ara menyubit lengan Rava dia menoleh. Matanya langsung memelototi Leo.
"Gue Ara bukan Dora!"
"Yee lo kan emang titisan Dora."
"Serah!"
"Lo dipanggil bu Dewi diruang guru."
"Abis ini gue ke ruang guru." Leo mengangguk, dia segara beranjak risih akan tatapan Rava.
"Gue temuin bu Dewi yah."
"Lo ma sibuk mulu Ra."
"Yee lo nya aja yang terlalu nyantai."
*****
Sesampai di ruang guru. Ara menghampiri meja bu Dewi disana juga terdapat seseorang. Siapa sih yang tidak mengenal dia? Adalah Defa Pratama. Sang ketua osis, ketua tim basket. Dengan tampang cool nya, namun sifatnya yang humoris, dikenal seluruh warga SMA Pelita Harapan itu. Sama halnya dengan Ara dia juga mempunya segudang prestasi di sekolahnya itu.
"Datang juga kamu,," Ara tersenyum setelah menyalami tangan bu Dewi.
"Ibu mau kalian lebih giat lagi belajar dan berlatih soal-soal. Kalau bisa kalian belajar barengan aja terus, saling bertukar pikiran. Soalnya waktu untuk olimpiade kalian sebentar lagi. Ibu percaya sama kalian. Kalian pasti memberikan yang terbaik untuk sekolah kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Smile
Teen FictionDengan gurat lengkung dibibirnya yang tipis, siapapun yang melihatnya akan mengira jika hidup gadis itu penuh dengan warna. Tanpa mengenalnya lebih jauh kamu tidak akan tahu makna tersembunyi dari senyuman itu. Dibalik senyumnya. Siapa sangka gadis...