Bel tanda pembelajaran telah selesai berbunyi, siswa-siswi SMA Pelita Harapan mulai berbondong-bondong keluar dari gerbang sekolah untuk pulang ke rumahnya masing-masing.
Segera mungkin Rava turun ke bawah menuju kelasnya untuk mengambil tasnya dan menjemput Ara dikelasnya, dilantai dasar. Memang sekolah tersebut bertingkat. Kelas Ara berada dilantai dasar, sedangkan kelas Rava berada dilantai atas.
"Bebep Rava lama bener sii! Cape tau Iar dari tadi nunggu!" Keluhan Tiar langsung menyambut kedatangan Rava sesampainya dikelas.
"Kita mau ke rumah si Satya, udah lama nih gak maen. Kangen kue nastar Bu Ratna gue," sahut Dhani.
"Yaa Allah, Tiar ngilerr," Tiar membayangkan rasa kue nastar buatan Ibunya Satya yang begitu lezat. Menurut mereka kue nastar buatan Bu Ratna adalah terenak, terlezat, termaknyuss dari kue nastar yang ada didunia. Entah itu rayuan atau memang benar adanya.
Pletak!! Pletakk!!!
Satya menjitak kedua makhluk astral tersebut.
"Aww sakidd dedekk!"
"Tauk nih si BangSat, jahadd huu gue bilangin Ibu tau rasa lo!"
"Lagian lo pada udah lama, udah lama, baru 2 hari yang lalu juga!" Cibir Satya.
"Oh iya jadi lo mau ikut gak Rav?"
"Ehh iya enggak gue gak ikut, duluan gue!" Rava yang sedari tadi hanya menonton langsung terenyah dari tempat.
Saat ditengah perjalanan Rava ke kelas Ara, dia mendapat pesan dari Ara, bahwa dirinya sudah berada digerbang sekolah dan menunggu Rava. Rava berjalan langsung menuju parkiran dimana motornya berada. Dapat dilihat dari ujung parkiran, Ara sedang menunggu di pos satpam, Rava tersenyum kecil.
*****
"Woy buruan!" Tarikan ikat rambut yang awalnya dikuncir kuda itu membuat rambut sang empu tergerai indah.
"Rava! Lo apa-apaansi?! Ngeselin banget! Dasar kutil biawak gak ada kerjaan lain apa?!" Ara langsung mencubit dengan sekuat tenaga lengan Rava yang sebenarnya tidak menimbulkan efek apapun, ya Rava lah si pelaku yang menarik ikat rambut Ara yang sekarang tengah dia genggam, namun Ara dengan sigap merebut kembali ikat rambut yang berwarna hitam itu.
"Yamaha!" Rava mengacak-acak rambut Ara yang baru saja telah diikat dan rapikan kembali.
"Yamaap Rava! Yamaha mah merk motor issh!" Ara langsung menepis kasar lengan Rava yang tadi digunakan untuk mengacak-acak rambut Ara.
"Typo hehe," Rava terkekeh geli.
"Sejak kapan salah ngomong disebut typo? Perasaan typo itu salah ngetik dah!"
"Iya gue tau," ucap Rava acuh.
"Tau karena udah dikasih tau sama orang cantik!" Balas Ara dengan percaya diri.
"Hilih cantik katanya! Diliat dari ujung sedotan juga gak ada cantik-cantiknya bahkan secuil pun, lo mah," dan lagi Rava menggoda Ara.
"Seterah lo Rav! Cape gue!" Ucap Ara pasrah tanpa ada pembelaan diri.
"Terserah Ra," jawab Rava membenarkan.
"Typo hehe," Ara meniru yang dikatakan Rav tadi.
"Sejak kapan salah ngomong disebut typo? Perasaan--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Smile
Teen FictionDengan gurat lengkung dibibirnya yang tipis, siapapun yang melihatnya akan mengira jika hidup gadis itu penuh dengan warna. Tanpa mengenalnya lebih jauh kamu tidak akan tahu makna tersembunyi dari senyuman itu. Dibalik senyumnya. Siapa sangka gadis...