Dering ponsel menyadarkan Rava dari lamunannya.
Tiar Valerian is calling...
Rava menggeser tombol hijau di ponselnya itu dengan malas.
"Bebepp Rava lagi dimana sih? Iar cari-cari kok gak ketemu, Iar kan-"
"Rooftop."
"On the way."
Setelah itu sambungan terputus dari pihak yang menelpon. Rava mendengus, bisa ia pastikan dalam sekejap '3 curut' itu akan berada dihadapannya.
"Hai bebepp!" Lihatlah! Baru saja Rava memikirkannya.
"Najiss Yar!" Dhani melempar kulit kacang yang isinya telah ia kunyah, pada Tiar.
"Bilang ae lo sirik, nyett!" Tiar mendelik.
"Idihh! Lo tanya noh si Rava emang suka lo panggil begituan."
"Rav lo okey aja kan gue panggil 'bebepp'?" Tanya Tiar pada Rava dengan puppy eye miliknya. Menjijikkan!
"Kagak!"
"Mampus nying!" Dhani menjulurkan lidahnya pada Tiar.
"Lo mirip anjing tetangga gue deh Dhan," Tiar tertawa terpingkal-pingkal.
"Sebahagia lo aja Yar!" Dan sekarang tawa Tiar semakin pecah melihat wajah Dhani yang kesal.
"Lo kenapa Rav? Gak biasanya ke rooftop," Satya yang paling waras diantara kedua curut itu dan dari sejak tadi dia hanya memandang datar Tiar dan Dhani. Memang, Rava jarang sekali pergi ke rooftop sekolahnya itu, jika bukan karena ada masalah.
"Tau tuh palingan lagi merana diputusin pacar," bukannya Rava yang menjawab, tapi Dhani yang langsung menyahut.
"Lah jadi selama ini bebepp Rava selingkuhin Iar? Kok jahat sii!" Tiar memukul-mukul 'alay' tangan Dhani.
"Anjing lo homo! Jijik gue! Ngapa lo jadi mukul-mukul gue dah," Dhani menatap jijik ke arah Tiar yang telah berhenti memukul- mukul 'alay'.
"Lagian lo pada pikir aja, si Rava aja anti sama cewek kecuali emaknya sama si Ara apalagi pacaran, lagian juga nih ya, si Rava kan cintanya cuma sama si Ara, ya gak Rav?" Satya meminta persetujuan yang tak digubris sama sekali oleh Rava yang matanya sedang terpejam.
"Rav? Lo lagi mikirin apaan sih?" Satya yang mengenal Rava sejak SMP tahu betul jika Rava seperti itu bukannya sedang tidur, melainkan pasti sedang memikirkan sesuatu.
Ketiga sahabat Rava saling pandang, tatkala Rava masih memejamkan matanya, seolah ditempat itu hanya ada Rava seorang diri. Akhirnya, Satya mencolek lengan Rava.
"Apa?" Tanya Rava dengan mata yang masih terpejam.
"Gue tanya, lo kenapa? Lagi mikirin apaan?" Satya mengulangi pertanyaan yang terabaikan tadi.
Rava menceritakan semua pada ketiga curutnya itu. Perlu kalian ketahui juga, didepan mereka, Rava tidak terlalu irit ngomong.
"Ohh ceritanya bebepp Rava cemburu nih yaa aww," Tiar menggoda Rava dengan mencolek-colek dagu Rava, seusai Rava bercerita
"Apa sih Yar gue kagak homo anjir! Satu lagi, perlu gue ulang berapa kali sih? Berhenti manggil gue dengan panggilan lo itu! Najis banget tau gak!" Rava menepis tangan Tiar yang mencolek-colek dagunya.
"Mampuss dibentak! Nangis sono nangis, bilang ke emak sono!" Mendengar ucapan Dhani, Satya pun ikut tertawa.
"Ihh bebepp kenapa sih? Perlu Iar ulang berapa kali juga sih? Itu tuh panggilan sayang dari Iar taukk, gak mau dan gak akan pernah berhenti manggil bebepp dengan panggilan itu!" Ucap Tiar dengan tangan dilipat didepan dada, tanpa menghiraukan ucapan dan gelak tawa Dhani dan Satya sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Smile
Teen FictionDengan gurat lengkung dibibirnya yang tipis, siapapun yang melihatnya akan mengira jika hidup gadis itu penuh dengan warna. Tanpa mengenalnya lebih jauh kamu tidak akan tahu makna tersembunyi dari senyuman itu. Dibalik senyumnya. Siapa sangka gadis...