chapter 5

1.9K 73 8
                                    

Happy Reading...,

Sasha Pov

Tolong! Siapa saja yang mendengar, aku mohon! Tolong aku!

Entah mengapa mulutku tidak bisa berteriak mengeluarkan suara. Aku menatap takut ke depan melihat segerombolan siswa siswi yang mengerubungi ku.

Nafas ku tercekat tidak bisa berkata-kata, keringat dingin membanjiri tubuh ku, aku sangat takut.

Salah satu melempari telur kepadaku sambil bersorak "keluar dari sekolah ini, lu gak pantes disini"

Lalu yang lain pun ikut melempari telur, bahkan terigu, air, dan kertas. Sambil mengeluarkan kata kasar.

Tolong!

Aku langsung terbangun dengan posisi duduk di kasur ku. Mimpi, itulah kata yang terlintas didalam pikiranku saat menatap kamar ku.

Nafas ku terengah-engah , air mata terus mengalir melewati pipi ku yang tirus, keringat dingin pun tak henti-hentinya mengalir padahal AC dikamar masih tetap menyala.

Aku mengusap wajah ku dengan tangan, berharap kejadian itu tidak pernah terjadi.

Menatap jam weker yang ternyata sudah jam setengah 7 membuat aku terkejut.

"What!?"

Sasha pov end

~~~~~~~~~~~~~~skip~~~~~~~~~~~~~~~

"Sasha!" Panggil seseorang dari belakang, membuat Sasha yang tengah berjalan santai menoleh kebelakang menatap sang pemanggil.

"Lo Sasha kan?" Tanya seorang lelaki berseragam rapih dengan nafas terengah-engah. Sasha menatap bingung,namun ia tetap mengiyakan pertanyaan itu.

"Lu dipanggil Bu Sena" ucap lelaki yang Sasha tidak kettahui namanya.

"Buat apa?" Tanya Sasha

"Ya mana gue tau"

Sasha menganggukkan kepalanya mengerti lalu, ia pun berjalan menuju ruang guru.

Lelaki itu membalikan tubuh nya menatap Sasha yang berjalan dengan santai.

"Gak ada terima kasih nya gitu?" Ucap lelaki itu dengan sedikit keras agar Sasha mendengarnya.

"Makasih" ucap Sasha membalikan badannya sambil tersenyum paksa.

"Yoi" lelaki itu kembali bingung saat Salsha membalikan tubuhnya kembali. Saat Sasha Ingin melangkah lelaki itu kembali menghentikannya.

"Tunggu" ucap lelaki itu membuat Sasha berhenti dan membalikan tubuhnya kembali menatap lelaki di itu dengan malas.

"Nama gue Nino Farenza" ucap lelaki itu sambil membalikan tubuhnya berjalan santai.

'Gak jelas' batin Sasha menatap punggung lelaki yang mengaku bernama Nino Farenza tersebut sambil tersenyum kecil.

Untung saja koridor sekolah masih sepi. Karena Sasha datang kepagian, kenapa? Ternyata Sasha salah liat jam yang ternyata aslinya jam setengah 5. Maklum, orang baru bangun tidur.

~~~~~~~~~~~~~~skip~~~~~~~~~~~~~~~

Ternyata Salsha dipanggil untuk memberitahukan bahwa buku dan seragam sekolah nya sudah jadi.

Hufftt, saat itu juga Sasha menghela nafas lega. Salsha kira ia memiliki masalah di sekolah barunya. Sasha tidak Ingin mengulangi kejadian dulu lagi.

Sambil berjalan membawa seragam dan buku nya, Sasha melihat seseorang yang tengah berbincang dengan temannya.

Lelaki tersebut Alvaro sudah menjadi ketua OSIS yang digilai kaum hawa tengah berbincang mengenai OSIS dengan wakil ketua OSIS nya.

Semua orang memandang iri ke arah mereka berdua. Satunya ganteng, pinter, ketos, jago olahraga, tinggi, kaya, perfect lah. Satunya lagi cantik, putih, pinter, baik pula. Sungguh pasangan goals.

Sasha mempercepat langkahnya menuju kelas. Entah mengapa telinganya panas mendengar kan celotehan siswa siswi yang membicarakan tentang pasangan itu.

Alvaro yang melihat Sasha hanya menatap datar, lalu melanjutkan obrolan nya dengan si waketos.

Sasha duduk dibangku nya dengan lega. Lalu ia berfikir tentang kejadian tadi.

'Masa sih gue suka sama dia, padahal kan baru ketemu' batin Sasha

Sasha lalu membenarkan ucapan salah satu siswa yang berkata kemarin.

"Pesona Alvaro enggak bisa dilawan"
"Yang gak suka Alvaro palingan cuman pura-pura doang, padahal dalem hatinya jantungan"

"Ok Sasha. Tenang. Tenang" gumam Sasha sambil menarik nafas lalu menghembuskan ya secara perlahan. Berharap jantungnya kembali normal mengingat wajah Alvaro.

"WOI!" ucap Clarisa di samping kupingnya. Membuat Sasha terlonjak kaget. Untung gak ada penyakit jantung.

Sasha menatap seorang perempuan disampingnya dengan sengit sedangkan, yang ditatap hanya nyengir nyengir gak jelas.

Clarisa mengangkat tangan nya membentuk V sambil berkata 'peace'

Tiba-tiba guru pun masuk, membuat Clarisa bernafas lega. Sedangkan, Sasha menatap sahabatnya Dengan kesal.
.
.
.
.
.
.
TBC...

Maaf kalau ceritanya gak nyambung. Hehe
Next?

My Ice Ketos Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang