•one•

45.8K 2.5K 428
                                    

Chanyeol memakan kacang lalu melemparkan kulitnya ke atas karpet tanpa memikirkan betapa kotornya karpet itu karena kulit kacang.

Bibirnya tidak berhenti tersenyum bahkan tertawa lebar saat melihat acara komedi di TV. Waktu memang sudah larut namun, Chanyeol sama sekali tidak berniat untuk tidur. Dirinya malah duduk, memakan kacang, dan menonton TV.

Tingtong Tingtong

Suara bel apartemen mengalihkan perhatian Chanyeol. Alis matanya mengernyit bingung, siapa gerangan yang memencet bel apartemennya selarut ini?

Dengan malas kaki panjangnya berjalan ke arah pintu. "Ck, siapa yang menipuku?! Si- astaga!" awalnya Chanyeol ingin memaki siapa yang menipunya karena saat dirinya membuka pintu, tidak ada siapapun di luar sana. Namun saat pandangannya diturunkan, sudah ada anak kecil mungkin sekitar berumur tIga atau empat tahun menatapnya dengan pandangan polos.

"Kau siapa?!" sentak Chanyeol. Mata anak tersebut berkaca-kaca mendengar suara tinggi Chanyeol. Anak itu terlihat ketakutan, di matanya Chanyeol begitu mengerikan. Lagian siapa juga yang tidak takut diteriaki oleh orang dewasa dengan ekspresi marah?

"Jika tidak ada urusan, lebih baik kau pergi. Jangan ganggu aku!" jangan heran jika Chanyeol berlaku kasar pada anak kecil. Chanyeol sama sekali tidak menyukai anak kecil. Menurutnya, anak kecil itu begitu menyebalkan dan tau menyusahkan saja.

"Hiks da-daddy" isak anak tersebut. Bibirnya manyun serta mata memerah dengan pipi yang sudah basah. Chanyeol sedikit meringis mendengar panggilan dari anak tersebut. Siapa memangnya ia dengan seenak jidatnya memanggilnya daddy?

"Berhenti menangis! Ck, masuk" dengan langkah ragu, anak tersebut masuk ke apartement Chanyeol. Matanya bergerak ke sana kemari memandan apartemen. Dapat disimpulkan, betapa joroknya daddynya ini. Pakaian berserakan, sampah di mana-mana, dan- oh?! pakaian dalam juga ada di bawah kakinya sekarang.

"Kenapa? Kau sudah melihat apartementku bukan? Jika kau tidak suka bisa keluar sekarang" Chanyeol kembali membuka pintunya lebar-lebar agar anak tersebut keluar. Hanya saja anak tersebut diam tidak melakukan pergerakan sama sekali. Author rasa, mendengar saja tidak karena matanya terus memandang sudut apartement Chanyeol.

"Kau- hei! Jangan sentuh itu!" teriak Chanyeol saat anak tersebut lari menuju gitarnya. Takut-takut jika gitarnya rusak dipegang bocah menyebalkan itu. Hampir satu tahun Chanyeol menabung untuk membeli gitar yang diidamkannya sejak dulu.

"Hngg? Kenapa idak oleh? Baekki ingin megangnya" tanya Baekhyun dengan bahasa yang masih bisa dibilang kurang atau lebih cocok bahasa bayi.

"Jika kau memegangnya, kutendang kau" bibir anak tersebut manyun lalu duduk bersila di depan Chanyeol. Pria bertubuh menjulang tinggi itu mendengus lalu melipat tangannya di depan dada, "Sekarang jawab pertanyaanku. Kau siapa? Darimana? Dan untuk apa ke rumahku?"

Anak itu menatap Chanyeol polos, "Nama Baekkie, Yun Bekyun. Baekkie dali lumah. Tadi momi menajak Baekkie ke thini. Elus momi ilang ini lumah daddy Baekkie. Momi nyuluh Baekkie tunggu thampe daddy buka pintu. Yeay! Habith, tamat" anak kecil dengan nama Yun Bekyun- lebih tepatnya Byun Baekhyun tepuk tangan heboh saat pertanyaan Chanyeol ia jawab habis.

"Siapa nama mommymu itu? Menyebalkan sekali" gerutu Chanyeol. Siapa yang tidak kesal, buntelan kentut seperti Baekhyun datang tiba-tiba ke apartementnya dan mengatakan jika dirinya adalah seorang ayah dari buntelan kentut yang ada di depannya ini.

"Nama momi Baekkie, Lene!" Chanyeol mengernyit bingung. Siapa katanya Lene? Seingatnya dia tidak pernah mempunyai teman yang bernama Lene. Keluarganya pun tidak.

My BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang