II. BEAUTIFUL

43 9 0
                                    

"Hal terindah dari semua yang kulihat adalah lengkungan dikedua sudut bibirmu. Beautiful your smile."
---o0o---

"Jangan ganggu dia lagi, tai!" usai mengatakan itu kepada Adit. Kenan berbalik diikuti Zetta dibelakangnya. Zetta mencoba menyamai langkah Kenan yang dirasa dua langkahnya.

Sampai pada parkiran kampus yang cukup sepi Kenan menatap tajam Zetta dengan wajah datarnya membuat Zetta merengut ketakutan.

Kenan marah. Zetta tahu itu bagaimana cowok itu menatapnya mencoba menahan amarah. Entah harus merasa senang atau sebaliknya karena membuat cowok itu marah padanya namun disatu sisi cowok itu membelanya.

Kenan memijit pelipisnya. Menutup mata kemudian membukanya lagi. "Berhenti buat gue susah Zetta, kalo lo emang tunangan gue berhenti cari masalah," sinis Kenan seraya membuka pintu mobil.

Zetta memutari mobil dan segera masuk duduk dikursi samping pengemudi.

"Itu bukan salah aku Ken. Dia yang terus ngejar aku." bela Zetta dengan wajah cemberut.

Kenan menatap Zetta sinis, "Adit nggak bakal ngejar lo kalo lo nggak kasih dia harapan!"

Zetta terdiam dan Kenan menatap kedepan dengan wajah datar lalu menjalankan mobilnya. Keduanya tidak ada yang berbicara hingga mobil itu berhenti didepan sebuah toko bunga. Ketika Zetta melihatnya ia mengulum senyum, mungkinkah Kenan bermaksud memberikannya bunga atas permintaan maaf karena berlaku sinis beberapa saat lalu?

Kenan keluar tanpa bicara apapun, ia memasuki toko itu lagi. Seperti halnya kemarin aroma toko ini tetap sama, tentu saja. Dan Rose yang membelakanginya persis seperti kemarin.

"Hai..." sapa Kenan.

Rose berbalik, menatap Kenan sesaat kemudian tersenyum lemah. Wanita itu menghampiri Kenan, "mau pesan bunga lagi?" tanya Rose.

Kenan tersenyum tipis. "Boleh. Buatkan bunga rose yang paling cantik harus seperti pemiliknya."
Rose terkekeh kecil dan mengangguk. Kenan memperhatikan Rose dengan antutias melupakan jika ada seseorang yang menunggunya didalam mobil.

Karena terlalu sibuk memperhatikan Rose ia tidak menyadari jika yang diperhatikan sudah didepannya. Kenan mengerjapkan matanya ia tersenyum canggung. "Sudah selesai?"

"Sudah. Ini..." Kenan kenerima bunga itu seraya memberikan uang.

"Terimakasih..." ujar Rose dan Kenan mengangguk.

"Boleh aku terfon kamu nanti malam?" ujar Kenan.

"Hah?"

Kenan mengedikan bahunya dan menatap mata Rose lekat, "biasanya nggak ada pekerjaan lain selain mengerjakan tugas kuliah. Mungkin kita bisa berbincang-bincang, sekaligus menjadi teman?"

Rose menaikan sebelah alisnya, "teman?"

"Iya. Atau lebih juga boleh." Kenan tersenyum menggoda.

Rose tertawa kecil dan itu tidak luput dari perhatian Kenan. "Boleh?" tanya Kenan memastikan. Sebenarnya juga dia bukan orang yang suka meminta izin kepada orang lain, ia akan melakukan apapun yang ia mau tanpa memikirkan orang lain suka atau tidak. Namun yang terjadi detik lalu adalah apa?

Ia meminta izin hanya karena boleh menelfon wanita itu atau tidak. Hell!!

Rose mengangguk dan Kenan tersenyum puas.

"Sampai jumpa diperbincangan nanti malam Rose,"

"iya. Hati-hati dijalan."

Sebelum tangannya membuka pintu, Kenan berbalik dan menghampiri Rose yang menatap cowok itu penasaran.

Beautiful (Defects)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang