VII. BRUN IT UP

22 5 1
                                    

"Ayolah sayang percayakan jika aku selalu menunggumu kembali."
---o0o---

Ada yang aneh disini.

Saat mata hitam itu menatapnya terkejut lalu pergi meninggalkan kelas dengan tingkah anehnya. Rose menatap para sahabatnya dengan kening mengkerut, hal yang sama apa yang dilakukan sahabat-sahabatnya.

Jika selanjutnya Rose mengedikan bahu, tidak ingin repot-repot memikirkan wanita itu.

Lain halnya dengan Cindy, Amie dan Karina yang melongo diikuti gumamannya yang Rose tidak dapat didengar jelas. Karena Rose langsung menyibukan diri dengan tugasnya.

"Daebak! Itu tadi beneran Zetta?" ucap Amie sambil menatap pintu kelas walaupun orang yang ditatap sudah hilang.

"Hooh. Anjir gue hampir kena serangan jantung mendadak." balas Cindy.

"Lebay lo. Eh tapi itu orang ngapain nyariin Rose?" ujar Karina lalu ia mendekati Rose yang tampak tidak peduli.

"Lo ada masalah sama si emak lampir?" tanya Karina. Rose mendelik.

"Engak tuh,"

"Tapi tu lampir ngapain nyariin lo. Udah deh lo cerita sama kita-kita ada masalah?" bujuk Cindy sambil merapatkan diri diikuti Amie.

Sedangkan Marsha yang sedari tadi diam tidak mengerti berujar, "emang Zetta itu siapa?"

Cindy menoleh kesamping lalu menepuk jidatnya. "Zetta itu emak lampir yang kerjaannya labrak orang terus."

"Maksudnya?"

"Gini ya. Zetta Mahaprana itu mahasiswa jurusan komunikasi, terus juga katanya cewek paling cantik dijurusannya tapi dia juga tukang labrak gara-gara masalah yang menurut gue sepele. Buktinya ya minggu lalu dia labrak cewek jurusan tetangga a.k.a kedokteran gegara cewek itu ngasih coklat buat Kenan. lo tau kan siapa Kenan si anak pemilik kampus?!"

Marsha mengangguk lucu. "Ngasih langsung?"

Cindy menggeleng, "lewat loker sih. Mana berani ngasih langsung yang ada tuh coklat dilemar ketong sampah."

"Emang Kenan siapanya Zetta?"

"Itu yang gue bingungin. Katanya ada yang bilang pacaran tapi ada juga yang bilang kalo si lampir itu yang sok memiliki. Bahh gerah gue jadinya." ujar Cindy dengan menggebu-gebut seraya mengibaskan rambutnya seolah kepanasan.

Prakkk

Semuanya menatap Rose bingung sedangkan yang ditatap nyengir kuda lalu mengacungkan pulpen yang tidak sengaja dipatahkan.

Rose beringsut mendekati Cindy yang hidungnya sudah kembang kempis tinggal senggol dikit pasti meledaklah mulut bomnya, maka dari itu Rose terseyum maaf sebelum bom itu meledak.

"Cindy maaf ya..." ucap Rose merayu dan Cindy cemberut, menatap Rose dengan marah.

"Nanti aku ganti deh pulpen unicorn-nya yang warna ungu. Janji."

Cindy mendengus membuat Rose genjar merayu Cindy untuk mendapatkan maaf dari sahabat narsisnya itu.

Karena perlu diketahui Cindy adalah orang yang susah memaafkan jika berhubungan dengan  unicorn-nya.

Beautiful (Defects)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang