SUDAH satu minggu ini Velina tak masuk sekolah, sama sekali tak ada keterangan dari keluarganya padahal ia akan menghadapi ulangan harian, ya walaupun ulangan harian tetapi bayangkan Velina harus ulangan susulan, semua pelajaran yang ia tinggalkan. Velina memang susah di hubungi bahkan teman-temannya pun tak ada yang tahu tempat tinggalnya, nomor telponnya dan guru-guru seperti tak ada yang perduli pada Velina.
Tanpa adanya Velina di sebelah kursi Rayyan, ia semakin geram dan kesal karena seperti tak ada kemungkinan untuk lari dari Vita, sepertinya Rayyan ingin lari dari kenyataan. Ah entahlah, ia sangat membutuhkan Velina untuk bisa menjaili Velina hingga kesal, ada rasa takutnya juga jika ia memiliki rasa pada Velina, bukan Rayyan jika percaya akan adanya sebuah cinta, ya cinta ia sama sekali tidak pernah membicarakan soal cinta. Tahu 'kan, cinta? Sebuah konfliknya anak remaja. Rayyan sangatlah berbeda dari anak lainnya, tapi ia tetap memiliki hati yang baik dan tampan. Ini besangkutan dengan adanya cinta, sangat melelahkan!
Seksi absensi yang bernama Siti berteriak menanyakan Velina yang awet tak pernah masuk sekolah, "Woi si Velina cewek pecicilan kemana?!"
"Berisik bangke, suara lo cempreng bat kek emak-emak lahiran!" Kata Lukma yang sedang menghafal untuk ulangan susulan.
"Dih, yang mau susulan, susulan aja ya. Gue mah ogah." Ledek Siti, ia menyunggingkan bibirnya hingga Lukma melempar kotak pensilnya.
Kotak pensil itu melayang dan melesat ke arah pintu dan kebetulan Bu Yatno baru saja datang, KYAAA BUKK! Sialan.
Tepat diwajah bu Yatno! Kotak pensil Lukma mengenai wajah bu Yanto hingga bu Yatno terperanjat kaget, lalu wajahnya berubah menjadi merah seperti banteng yang siap menyerudup. Susana dikelas semakin mencekam, murid-murid pun semakin tegang, mereka takut akan terkena hukuman satu kelas. Bukankah karena satu orang yang salah dan yang terkena batunya semua, disebut dengan solidaritas? Ya, anggap saja iya."KAAALIIIIAAN SEEEMUUAA!!" Bu Yatno menunjuk setiap siswa yang ada di kelas, buku yang ia genggam ia banting ke lantai. "Kotak pensil siapa ini?" Tanya bu Yatno yang merubah suasana kelas menjadi menegang.
Tak ada yang mengaku! Semuanya menunduk ketakutan tekecuali Rayyan, ia malah tidur menggunankan headphone ditelinganya hingga tak mendengar suara aungan macan, inilah yang disebut sebagai pengikut cewek pecicilan yang entah apa kabar.
Selanjutnya bu Yatno bertanya lebih tegas sampai-sampai uratnya menonjol, "Jawab! Milik siapa kotak pensil ini?" bu Yatno memanglah guru yang ditakuti tetapi terkadang ia adalah guru yang sangat lucu jika kakinya tersangkut atau kadang suka latah.
Akhirnya Lukma mengaku pada bu Yatno, ia mengangkatkan tangannya gemetar dan berkeringat dingin. "Sa-saya bu."
Alhamdulilah . .
Satu kelas mengucapkan rasa syukurnya atas Lukma, tetapi walaupun Lukma menjadi tersangka, satu kelas itu terkena hukuman, mereka di perintahkan untuk berjemur dilapangan, harapan-harapan dari murid-murid yang akan menghadapi ulangan susulan itu telah pupus, lagi-lagi cobaan menghadang mereka. Sangat malang!
🍂🍂🍂
Hukuman demi hukuman sudah terlaksanakan dengan sangat terpaksa, kelas XII IPA 1 langsung berhamburan pergi ke kantin untuk membeli minuman. Bayangkan, hanya karena satu orang yang salah semua terkena batunya. Murid-murid itupun berlalu-lalang membicarakan rasa penatnya karena ulah Siti dan Lukma, mereka meminta pertanggung jawaban dengan harus mentraktir minuman untuk satu kelas, itu sudah menjadi peraturan kelas mereka dan payahnya lagi yang membuat peraturan itu ialah Siti sendiri yang akhirnya terkena ancamannya juga.
Seseorang sedang menyandar di pojokan sambil mengetuk-ngetuk meja dengan satu jarinya. Dua orang laki-laki menghampirinya untuk sekedar mencari hiburan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan kunang-kunang
Teen FictionVelina Ariesta yang katanya tidak pernah bersinar di malam hari harus menjadi seorang yang bersinar di siang hari, ia seorang perempuan cantik yang sangat pecicilan dan selalu melakukan hal yang negatif karena ulah mamanya yang selalu digosipkan c...