"Vel, sebenernya aku suka sama . . Rayyn." Zara tersipu malu dengan pernyataannya sedangkan Velina hanya mengangkat sebelah alisnya seperti tak perduli.
"Oh gitu ya, semoga kalian cepet-cepet jadian." Kata Velin dengan senyum tipisnya lalu pergi di buntuti oleh Zara.
Zara terus-menerus menceritakan kekaguman ia pada Rayyn dan terlihat sangat senang karena seperti di beri sebuah harapan, "Bahkan, menurut aku Rayyn juga suka sama aku dan kayaknya dia memang bener-bener mau nembak aku." Ucapnya percaya diri, Velina hanya mengangguk-angguk kecil sambil tersenyum karena ia bingung harus menjawabnya seperti apa.
Mereka berdua pergi ke kantin bersama, Zara terus memainkan lidahnya untuk menceritakan semua tentang Rayyn, ini aneh apa iya Rayyn juga suka pada Zara? Ah, tapi ini sangat tidak masalah bagi Velina hanya saja Rayyn terlihat seperti menjauhi Velina. Entah ada apa ya?
Di balik percakapan antara Velina dan Zara ternyata diam-diam ada yang sedang asyik mendengarkan sesuatu yang mengejutkan dari mulut Zara. Aretta bergegas mencari Vita sampai terpogoh-pogoh, ini akan menjadi sesuatu yang paling mengguncang di pikiran Vita nantinya, ia yakin pasti Vita akan berbuat sesuatu.
Dan benar saja setelah Aretta menemukan Vita ia langsung menjelaskannya panjang lebar. Hingga membuat telinga Vita memanas.
"Vit, Vit asli gue gak nyangka Vit, sumpah!" Ucap Aretta dengan nafas yang tak beraturan.
Vita dan Melin yang sedang asyik memainkan handphone itu menatap Aretta dengan tatapan aneh.
"Lo kenapa?" Tanya Vita kebingungan, Melin yang ikut serta pun mengangguk kebingungan.
"Tadi, gue ke perpustakaan-" Ucapannya terpotong membuat mulutnya menganga lebar.
"Loh! Kok Retta tumben ke perpus? Kadang liat buku aja hampir meledak apalagi baca-baca, di perpus lagi. Mustahil!" Celetuk Mellin tanpa berdosa, lalu ia meminum jus alpukatnya.
Mata Aretta membelalak kaget, itu sangat tidak benar hanya saja benarnya hanya sedikit dan hampir semua itu fakta, terapi rasanya kurang tepat untuk di lontarkan di saat banyak pasang muka yang sedang berkeliaran di kelas.
"Dengerin dolo!!" Aretta berteriak histeris saking kesalnya pada teman-temannya. "Lo berdua tau gak, kalo Zara suka sama Rayyn!" Aretta berhasil membuat Vita dan Mellin membelalak kaget dan mulutnya terbuka lebar.
Untung saja di kelas hanya ada beberapa siswa itupun jika tidak mendengar ucapan Aretta. Perasaan Vita sudah tak tenang dan menggebu-gebu, rasanya sakit dan sesak di dada setelah mendengar ucapan Aretta.
"Gue gak bisa biarin ini semua terjadi! Gue harus hancurin mereka semua! Gue benci sama mereka, arhh!" Kesabaran Vita sudah habis, ia berniat untuk menemui Zara tetapi Mellin dan Aretta menahannya, di saat-saat suasana sedang memanas ini Mellin memiliki ide yang sangat cerdas.
"Mending lo tenang dulu, Vit" kata Mellin yang diangguki mantap oleh Aretta, "Vit karena lo selalu dibikin kesal sama mereka gue punya ide, Jadi . ." Ketiga sahabat itu berbisik merencanakan suatu, akhirnya mereka mengangguk setuju dan menyeringai.
.
.
"Velina kemana?" Tanya Vita sambil mencari-cari Velina.
"Oh, Velin tadi izin ke perpus, kenapa memangnya Vit?" Zara berbalik tanya pada Vita.
Vita menggeleng dan ia mulai membuka inti pembicaraannya pada Zara dan banyak bertanya sampai Zara merasa bingung dan curiga.
Angin di taman pun menari-nari hingga membuat suasana menyejuk dan pas untuk menjalankan misi Vita.
"Ohya, denger-denger lo suka ya sama Rayyn?" Zara yang mendengar itu membulatkan matanya kaget, kenapa ia bisa tahu perasaannya pada Rayyn? Zara bertanya pada dirinya.
Zara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan pipinya memerah, "Eh, ngga kok, kata siapa?"
"Udahlah Zar, gak usah ngelak. Gak apa-apa kok, cerita aja. Lagian kayaknya kamu harus tau deh kalo ada satu rahasia yang ditutup-tutupin sama Velina." Vita berhasil membuat Zara merasa penasaran dengan pernyataannya. Ia bertanya-tanya pada Vita soal rahasia Velina yang belum ia ketahui sama sekali.
"Zar, tapi gue mohon sama lo. Kalo lo gak akan pernah kasih tau lagi ke Velina kalo gue udah kasih tau rahasia dia, sebenarnya bukannya gue mau bongkar rahasia temen sendiri, tapi ya dia itu selalu bikin orang-orang merasa jengkel Zar, dan gue mohon sama lo, lo mau maafin kesalahan gue yang dulu dan mau berteman sama gue lagi? Kita kayak dulu lagi Zar." Vita meyakinkan Zara, Zara yang melihat ekspresi Vita menjadi luluh seketik dan merasa iba.
Zara mengangguk mantap, "Iya Vita iya, sekarang coba kamu bilang ada rahasia apa yang Velina tutupin dari aku?"
Vita mengumpat dan tersenyum kemenangan, ia harap ini akan berhasil total. Sudah siap tuan putri? Umpatnya.
Vita memasang wajah sedih dan berkaca-kaca, akting Vita sangat luar biasa, apalagi jika ia mengikuti casting menjadi peran nenek sihir, sudah pasti ia akan cepat-cepat diterima.
"Zar, lo tau gak? Selama lo di Amrik, Velina selalu fitnah gue, semenjak lo pergi dia selalu berkuasa disini, dia selalu nyakitin gue dan lo tau? Siapa yang udah rebut Revan dari lo?" Vita menjeda ucapanya."Kamu kan?" Jawab Zara datar.
Vita menggelengkan kepalanya sambil menunduk dan melanjutkan perkataanya "Velin, Zar, Velin yang udah rebut Revan dari lo. Dia fitnah gue supaya lo muak sama gue Zar, lo tau kan? Velina itu anak dari tante Carissa cewek pemabuk akut dan bekerja sebagai penari di club-club terkenal disini?" Zara mengangguk kecil, dinding hatinya merobek hingga membuat matanya berkaca-kaca, "Dia yang nuduh gue kalo gue yang udah bilang ke semua orang kalo dia itu
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan kunang-kunang
Teen FictionVelina Ariesta yang katanya tidak pernah bersinar di malam hari harus menjadi seorang yang bersinar di siang hari, ia seorang perempuan cantik yang sangat pecicilan dan selalu melakukan hal yang negatif karena ulah mamanya yang selalu digosipkan c...