Chapter 2

11.7K 474 4
                                    

Pria itu menghela napas dan menyandarkan tubuhnya pada kursi kebesaraannya. Berbalik, pria itu memandang pemandangan kota di siang hari ini, hingga sebuah telepon menginterupsinya.

Sean,” panggil seseorang di seberang sana.

“Ya, Mom?” jawabnya pada sang ibu.

Jangan lupa perjanjian kita malam ini. Aku sudah memasakkan semua makanan kesukaanmu.” Sean terkekeh kecil mendengar perkataan ibunya. Alesya Wijaya.

“Tentu, My Queen. Kau tidak perlu khawatir, aku tidak lupa.”

Jika kau lupa Kentzo dengan senang hati menghabiskan makananmu.” Sean kembali terkekeh.

“Oke, Mom. I’ll call you later.”

“Oke. I love you.”

Sean tersenyum karena percakapannya dengan ibunya. Karena ia tinggal di apartemennya, membuat ibunya sering kali menyuruhnya untuk makan malam bersama dengan anak – anaknya—untuk menjaga komunikasi dan hubungan mereka baik – baik saja.

“Tuan Sean?”

Sean mengalihkan pandangannya hanya untuk menatap sekretarisnya yang kini juga menatap ke arahnya.

Meeting selanjutnya akan diadakan satu jam lagi.” Sean hanya mengangguk.

“Anda butuh sesuatu, Tuan?” tanya Sara padanya yang hanya dijawab dengan gelengan.
Bagi Sara, menghadapi bosnya yang super dingin dan irit bicara, sudah menjadi santapannya setiap hari. Sikap dingin dan wajah yang tampan yang diturunkan dari ayahnya—Kent Wijaya, membuat ‘santapan’ setiap harinya itu sedikit menarik.

“Kau bisa keluar dari ruangan saya, Sara.” Sara gelagapan bagitu tahu jika boss-nya mengetahui ia diam – diam memerhatikannya.

Sean tersenyum miring ketika tahu reaksi Sara, setelah wanita itu menutup pitu ruangannya sehingga tidak melihat ekspresi Sean.

***

“Eve, berhenti berlarian!” Clarresta melihat anaknya berlarian kesana kemari di halaman belakang rumah orangtuanya. Anaknya yang berumur tiga tahun itu tetap tidak mendengarkannya hingga akhirnya berhenti ketika tak sengaja menabrak Kenneth yang merupakan pamannya.

Easy, Eve,” kekehnya seraya mengambil Everly ke gendongannya.

Clarresta menghampiri anaknya itu. Tidak, Everly tidak mempunyai kembaran jika itu yang ingin kalian tahu. Kehamilan pertamanya tidak dikaruniai anak kembar, berbeda dengan kehamilan keduanya kini yang akhirnya akan mendapatkan anak kembar.

“Kau membuat Ibu lelah, Eve,” keluh Clarresta. Mengejar anak tiga tahun yang aktif dengan perut yang sudah membesar tentu saja bukan perkara yang mudah. Sementara Everly hanya tertawa kecil tanpa berdosa. Anak itu kembali meminta Kenneth menurunkannya dan berlarian kesana kemari.

“Eve! Astaga,” ujar Clarresta dengan lelah.

“Biarkan saja, Kak. Dia tidak akan kemana – mana,” ucap Kenneth membuat Clarresta mendelik tidak suka ke arahnya—persis seperti mata Alesya, ibunya.

“Kau tidak tahu bagaimana aktifnya Everly, Kenneth,” ujarnya dengan sebal membuat Kenneth terkekeh.

Seruan dari Alesya membuat keduanya menghampiri meja makan di tengah halaman itu yang ternyata sudah dihidangkan beberapa makanan yang menggugah selera. Ryan, suami Clarresta membantu istrinya untuk duduk karena Clarresta terlihat kesulitan dengan perutnya yang membesar karena kandungannya sudah menginjak usia lima bulan.

“Dimana Sean?” tanya Kent ketika menyadari anak pertamanya belum datang.

“Tidak datang. Mungkin,” ujar Kenneth seraya bercanda ria dengan Everly.

Drag Me to Heaven [Terbit di Dreame]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang