Chapter 5

10.3K 442 4
                                    

Alexandria hampir terlonjak kaget ketika melihat pria itu bersandar di mobil mewahnya dengan tangan melipat di dada. Di suasana kampus yang sangat ramai siang ini, penampilan Sean sangat mencolok. Dengan jas kerja, jam tangan mahal, dan mobil mewah yang ia kendarai. Semuanya terlalu mencolok. Semua perhatian di pelataran kampus itu seakan tertarik padanya.

Oh my gosh! Is that Sean Wijaya? Maksudku, the real Sean Wijaya,” seru Erlina pada Alexandria yang kini mematung.

“Al?”

Alexandria masih menatap Sean yang kini juga menatapnya. Dengan gerakan kepalanya, Sean menyuruh Alexandria masuk ke mobil mewah itu sebelum akhirnya pria itu masuk terlebih dahulu.

“Ya Tuhan, Al. Apa tadi ia menyuruhku untuk pergi dengannya? Al, seriously?” Mata Erlina sudah berbinar ketika Alexandria menatap perempuan itu.

Look, Er. I gotta go, dan aku tidak bisa menceritakan ini padamu.” Alexandria berkata dengan cepat dan langsung pergi untuk mengikuti Sean.

Erlina sendiri masih terpaku ketika melihat Alexandria masuk ke mobil yang sama dengan yang dikendarai Sean. “Gosh! That little bit*ch!” gerutu Erlina karena ia yakin Alexandria menyembunyikan sesuatu darinya.

Sementara itu, Alexandria mencoba untuk menahan kekesalannya dan tidak menyemprotkan semuanya langsung pada Sean.

“Sean, kau gila! You tottaly insane! That was—”

“Tenang, Alexandria. Take a deep breath,” ujar Sean dengan santai dan setengah menahan senyum melihat tingkah laku Alexandria. Bodohnya, Alexandria juga mengikuti apa yang diperintahkan Sean. Ia mengambil napas sedalam – dalamnya seolah ingin meredam semua kekesalannya pada Sean.

“Kau tahu, Sean. Aku sangat membencimu.” Alexandria berucap setelah mampu menormalkan degup jantungnya.

“Aku tidak melihat alasan untuk kau membenciku, Alexandria.” Sean berucap—masih dengan santainya. Gerakannya terlalu elegan, sangat menceminkan kepribadiannya.

“Aku juga tidak melihat alasan untuk aku menyukaimu, Sean.” Alexandria mengikuti gaya bicara Sean.

Yes, you do. Aku membelimu, you owe me, Alexa.” Seketika itu juga Alexandria terdiam. Alexandria membuang pandangannya ke jendela mobil. Ia lelah berdebat dengan pria yang di sampingnya.

“Untuk apa kau menjemputku  ke kampus?” tanya Alexandria, sedikit heran karena Sean tahu dimana ia kuliah.

“Seperti yang aku bilang. Kau harus ada saat aku membutuhkanmu.” Sean berucap dengan santai namun dengan ada dingi.

“Maksudmu, membutuhkan tubuhku.” Alexandria meralat ucapan Sean. Pria di sampingnya itu tersenyum miring dan mengemudikan mobilnya menuju tempat tinggalnya.

***

Sean memperhatikan gerakan Alexandria yang luwes ketika memotong sayur – sayuran untuk makan malam mereka. Dengan memakai kemeja berwarna hitam milik Sean, rambut tergerai, dan tanpa memakai bawahan—Alexandria sangat seksi di mata Sean.

“Astaga!” Wanita itu terkejut setengah mati ketika ia melihat Sean sedang melipat kedua tangannya dengan mata yang tertuju—pada tubuhnya.

“Maaf—A—Aku memakai kemejamu,” ucap Alexandria terbata – bata. Setelah melakukan apa yang Sean inginkan sejak sampai di apartemen pria itu, Alexandria yakin bahwa pria itu terlelap sebentar. Membuat Alexandria memutuskan untuk membuat makan malam untuk mereka berdua. Perutnya perlu diisi setelah kegiatan berjam – jam yang mereka lakukan.

Drag Me to Heaven [Terbit di Dreame]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang