Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Note : Do not forget to like and leave comments!
Sudah satu minggu Seokjin tidak bertemu maupun berhubungan dengan Yoongi dan juga Jimin.
Ia mempertanyakan apa yang sedang Yoongi rencanakan, kenapa prosesnya sangat lama dan ia masih tidak mendapat informasi apapun dari anak itu.
Ia tak sabar untuk menghancurkan hidup seorang Kim Taehyung. Ia tidak sudi melihat pria itu bersanding di sebelah anak satu-satunya yang menjadi kebangaan fire and thunder Gods.
Seokjin juga ragu kalau semakin ia mengulur waktu untuk menghancurkan Taehyung, semakin ia memberi waktu kepada anak itu untuk menghabiskan waktunya bersama Jeongguk.
Mengingat Jeongguk pulang semakin larut setiap harinya membuat dirinya tidak tenang. Ia tahu ia harus bertindak lebih cepat dan sepertinya sekarang ia harus turun tangan sendiri.
"Ck, bagaimana ini? Apa langkah terbaik yang dapat ku ambil?" Seokjin mendesah frustasi sembari menghentak-hentak kakinya,
Namun tak lama, keningnya yang berkerut itu mendadak kembali seperti semula. Sepertinya pria itu sudah mendapatkan jawaban yang ia butuhkan.
"NAMJOON-IE!" Teriak Seokjin kencang.
"Honey, I told you not to shout at home, especially when you are talking to me."
Seorang pria bertubuh jangkung turun dari tangga dengan kacamata yang bertengger di hidung bangirnya. Ia mengenakan piyama satin hitam dan tangannya memegang buku tebal di tangan kanannya.
Manik matanya berwarna oranye menyala nan tajam bak mata seekor serigala di malam yang gelap.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"What do you want? Jangan berteriak-teriak, aku sedang bekerja,"
"Kalau kau mau belanja, dompetku ada di nakas, ambil saja sendiri." Namjoon menghela nafas dari atas tangga,
