"Kakek akan bacakan kisah seorang ulama dari kota Kufah, Iraq" Kakek itu mulai bercerita, Alisya datang sepulang dari Madrasah, ia lansung menagih janji kakek tua tersebut.
"Dulu hidup seorang ulama besar, ia adalah guru dari dua orang pengarang kitab Hadist yang namanya kita kenal sekarang, kau tahu siapa nama dua orang ini cucuku? " tanya kakek itu
Alisya kebingungan, mencoba menerka dan mengingat. Dua orang pengarang kitab Hadits yang kita kenal hingga sekarang? Tiba-tiba ia ingat penjelasan dari gurunya di madrasah beberapa hari yang lalu bahwa ada 6 orang pengarang kitab Hadits yang paling terkenal, dua orang pertama yang disebutkan oleh gurunya ialah Imam Bukhari dan Imam Muslim.
Kepalanya terangkat, ia ingat siapa orang yang dimaksud kakek itu "Aku tahu kakek! Imam Bukhari dan Muslim kan?"
Kakek itu tersenyum dan membelai Alisya "Pintar sekali cucuku."
"Guru dari dua orang hebat ini bernama Ubaid bin Ya'isy Al-Kufiy." lanjut kakek itu
Alisya mengangguk, ia asing sekali dengan nama itu, namun ia sangat penasaran dengan kisah oran tersebut. Bahkan ia adalah guru dari Bukhari dan Muslim, yang selalu Alisya dengar dari ayah maupun gurunya disekolah.
Ubaid bin Ya'isy merupakan ilmuan dan ulama yang sangat masyhur dizamannya, lahir dan besar di Iraq tepatnya di Kota Kuffah. Ubaid meninggal pada bulan Ramadhan tahun 229 Hijriyah. Namannya dikenal sejarah karena ia adalah guru dari Imam Bukhari dan Imam Muslim. Dua perawi dan pengarang kitab hadits yang karyanya masih bis kita lihat dan pelajari hingga sekarang.
"Dahulu ketika Ubaid Masih Muda, ia sangat suka sekali belajar. Tidak hanya di majlis keilmuan saja, namun juga saat berada di rumah sekaipun" Ujar kakek itu sambil memegang erat buku tersebut. "Ia sangat menjaga waktunya agar tidak terbuang sedikit pun untuk belajar. Bahkan dimanapun ia berada, ia selalu membawa buku dan catatan agar bisa menulis mengenai keilmuan agama Islam. Ini terus ia lakukan sampai ia beranjak remaja"
Alisya mengangguk, ia masih sedikit mencerna apa yang dikisahkan oleh kakek terebut. Namun yang pasti Alisya sedikit merasa tersendir dengan Ubaid yang sangat semangat dalam belajar. Ia saja jika disuruh sekolah oleh ayahnya, kadang tidak mau dan meronta-ronta agar bolos, begitulah yang ada dibenaknya.
"Ketika ia remaja, keinginannya untuk belajar semakin besar lagi, Ubaid menyediakan waktu semalaman penuh untuk belajar. Ia tidak ingin membuang waktu malamnya untuk hal-hal yang tidak penting. Sampai ia lupa untuk makan malam karena terlalu asyik membaca buku dan menulis apa yang ia pahami dari buku-buku tersebut."
"Sampai suatu ketika, ia terpaksa disuapi oleh adik perempuannya ketika datang waktu makan malam. Karena begitu seringnya ia lupa makan malam. Adiknya khawatir kesehatan Ubaid akan terganggu jika sering absen makan malam." lanjut kakek itu sembari tersenyum
Mata Alisya membelalak "Makan malamnya disuapi?" Ujarnya heran "Bagaimana bisa seorang remaja lelaki harus disuapi makan karena terlalu asyik belajar?"
"Iya Alisya, adiknya terpaksa menyuapi kakaknya itu karena Ubaid tidak mau beranjak dari meja belajarnya. Baginya, makan malam itu menghabiskan waktu saja. Sehingga ketika adiknya datang membawa makanan dan menyuapinya, Ubaid masih tetap menulis berbagai bidang keilmuan. itu dilakukan oleh adiknya hingga Ubaid beranjak dewasa, selama 30 tahun" jelas kakek panjang lebar.
"ia disuapi makan selama 30 tahun!?" Seru Alisya kaget. Ia tak menyangka jika Ubaid disuapi makan malam selama itu, hanya karena sibuk di meja belajarnya.
"Kamu tak perlu heran cucuku, begitulah kebiasaan belajarnya wahai cucuku, orang alim terdahulu sangat menjaga waktunya agar tidak terbuang walau sedetik pun untuk hal-hal yang ia anggap tidak berguna, sekalipun itu makan yang jelas-jelas adalah sebuah kebutuhan " jelasnya.
Alisya mengangguk paham, ia merasa heran sekaligus takjub dengan kisah Ubais bin Ya'isy ini, jika seandainya ia menganggap makan malam sebagai hal yang menghabiskan waktu, ;lalu bagaimana Ubaid melihat berbagai pekerjaan yang lain?
Alisya sibuk menerka-nerka sosok Ubaid ini, ia teringat dengan salah satu temannya di madrasah yang juga sangat rajin, Muhammad. Mungkin Ubaid seperti Muhammad di zaman sekarang, pikir Alisya.
"itulah sedikit kisah yang ada didalam buku ini Alisya, wajarlah nama mereka terkenal sepanjang sejarah hingga hari ini. Lihatlah Ubaid, ketika beranjak dewasa ia sudah menjadi Guru dan juga mencetak orang-orang hebat sepanjang sejarah, seperti Bukhari dan Muslim" lanjut kakek.
Alisya mengangguk, ia masih membayangkan sosok Ubaid yang begitu menjaga waktu. sepertinya tidak ada orang lagi yang mampu belajar dan menghargai waktu seperti Ubaid di kota Istanbul, pikir Alisya.
"Kakek, aku ingin menjadi orang yang sangat rajin seperti Ubaid" serunya sambil melompat. Ia memang anak yang ekspresif, setiap selesai membaca buku atau kisah, ia selalu ingin seperti orang yang diceritakan itu.
Kakek tersenyum dan mengangguk. Ia segera merapikan buku-buku dagangannya dan bergegas pulang karena hari semakin sore.
"Sekarang pulanglah engkau ke Rumah wahai cucuku, mungkin sebentar lagi akan turun hujan." ujar kakek sembari menunjuk langit yang mendung, seolah tak tahan lagi menampun beratnya air hujan.
"Baiklah kakek, terimakasih atas kisahnya" ujar alisya sambil mencium tangan kakek itu.
"Alisya, setiap pulang dari Madrasah datanglah engkau kesini, nanti akan Kakek bacakan kisah hebat lainya mengenai ilmuan dan orang hebat terdahulu" janji kakek
"Beneran kek? Asyiiik" ujarnya girang. "Alisya akan semakin rajin belajar di Madrasah, Janji."
Angin sepoi mengibaskan rambut gadis kecil itu, ia melompat riang sana kemari dan bernyanyi nyanyi kecil. Ia mendapat satu kisah hikmah di sore ini, tak sabar menanti esok untuk mendengar untaian kisah penyemangat lain nya dari mulut kakek yang bijak itu.
Hari ini Alisya menyadari, ternyata para orang terdahulu memiliki semangat belajar yang sangat tinggi. Ulama itu lebih mementingkan ilmu daripada diri sendiri, wajar jika kita melihat karya ulama yang abadi sepanjang masa, itu adalah hasil dari kerja keras dan disiplin waktu yang luar biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nasehat Untuk Alisya
Short StoryAlisya, seorang gadis Turki yang periang dan penuh rasa ingin tahu.Hidupnya dipenuhi dengan bermain dan bercerita. kebiasaan ayahnya yang suka menceritakan berbagai kisah dan sejarah dari ia kecil, membuat Alisya sangat suka bercerita dan mendonge...