Alisya dan Kakek Penjual Buku

122 10 7
                                    

Istanbul, Kekhalifahan Turki Utsmani 1730 M.

Di suatu pagi yang sejuk di pertengahan musim Semi, taman Kota Istanbul begitu penuh dengan bunga dan tumbuhan hias. warna merah, kuning dan hijau mewarnai ratusan pucuk bunga yang sedang berada di puncak kemekarannya.

Saat semua orang sibuk memerhatikan bunga dan taman yang indah, terlihat sebuah gadis keci berlarian kesana dan kemari, mengambil pucuk bunga yang indah dan menggantungnya di rambut panjang itu.

Alisya, begitulah orang menyebut namanya, seorang gadis periang dan penuh rasa ingin tahu sedang menikmati indahnya taman kota. Ia sangat suka bermain dan berwisata, bahkan saat ini ia sedang bolos dari Madrasah, sebuah sekolah tempat ia belajar hanya untuk sedekar bermain di taman.

Rambut pirangnya terjulur indah,  ditambah dengan gaun bewarna merah muda yg membuat gadis itu semakin cantik dan bersinar. Kulitnya yang putih serta matanya yang bewarna kebiruan membuat siapapun uang melihatnya akan senang dan bahagia.

Kehidupan gadis ini seolah diciptakan Tuhan untuk memberikan kebahagiaan dan keceriaan kepada orang-orang disekitarnya.

Alisya merupakan anak yang sangat suka bermain dan mendengarkan cerita, dahulu ketika masih kecil ia sudah banyak mengetahui berbagai kisah dan dongeng yang selalu diceritakan oleh  ayahnya melalui buku yang ia pinjam dari pustaka negara, yang terletak di pusat kota Istanbul. Sehingga Alisya memiliki banyak bahan cerita dan dongeng yang akan diceritakan kepada setiap orang yang memintanya.

Setiap malam, ayahnya selalu menggendong Alisya ke tempat tidur dan mulai membacakan kisah, mulai dari kisah 1001 Malam hingga berbagai kisah yang populer di Benua Eropa. Anak gadis itu tidak bisa tidur jika belum mendengar kisah-kisah tersebut.

Sekarang Alisya sudah memasuki Madrasah Ibtida'iyyah, sebutan untuk sekolah dasar di zaman itu. Ayahnya memilih sekolah itu untuk anak gadis itu ke Madrasah dengan harapan agar kelak anaknya bisa belajar ke Negeri Seberang, Jazirah Arab untuk mempelajari ilmu agama.

Gadis periang dan suka bermain itu sangat menyukai Madrasahnya, disana ia bisa bertemu dengan teman-teman seusianya dan bercerita kepada mereka sepuasnya. namun hal yang tidak disukainya adalah ketika jam pelajaran matematika dimulai. Gadis berambut pirang itu sering tidak betah belajar di Kelas, ia menganggap kelas itu membosankan yang membuatnya harus duduk diam dan mendengarkan guru matematika yang galak itu menjelaskan pelajaran.

Ia sering tidur di kelas, beberapa kali ketahuan oleh gurunya dan menghukumnya untuk berdiri sepanjang jam pelajaran.  Alisya suka dengan Madrasah dan teman-temannya disana,  hanya Matematika lah yg membuatnya tidak suka.

Pelajaran itu yang tidak ia sukai, matematika membuat kepalanya pusing tak mengerti, dan tak jarang ayahnya dipanggil oleh wali kelas yang mengadukan anaknya yang sangat malas belajar dan mengerjakan tugas dan PR.

"Yuhuu!" Pekiknya sambil mengambil bunga-bunga indah di taman itu.

Gadis itu terus bermain sekian lamanya di taman, hingga ia merasa lelah dan duduk di kursi, didekat Kakek Penjual Buku yang juga duduk di kursi yang sama.

didekatnya ada sekitar puluhan buku yang diletakkan diatas lantai, beragam ukurannya. Mulai dari buku-buku kecil hingga kitab kuno dan tebal yang berusia puluhan tahun. Alisya curi-curi pandang, ia takjub melihat kakek yang memiliki banyak buku itu.

Kakek yang terlihat sudah  sepuh itu masih segar bugar, ia sibuk membaca buku dengan menikmati segelas teh, tak menyadari kedatangan seorang gadis kecil ke lapak bukunya.

Gadis itu masih sibuk melihat-lihat buku yang dijual oleh kakek tersebut, ia sangat senang bisa melihat-lihat buku. Maklum dizaman itu saat kekhalifan Turki Utsmani memimpin sebagian besar eropa dan timur tengah, buku merupakan sesuatu hal yang berharga. Selain karena harganya yang lumayan mahal juga sulit untuk didapatkan. Di Madrasah pun ia hanya belajar dari catatan yang dibuat oleh walikelas, dengan tulisan yang jelek dan membuat Alisya tidak bisa membacanya.

Nasehat Untuk AlisyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang