Suatu siang yang cukup terik, Alisya duduk di bangku taman kota yang terletak tidak jauh dari rumahnya. Ia tidak pergi ke sekolah karena hari ini adalah hari Jumat, yang merupakan hari libur untuk seluruh negara Turki Utsmani.
Alisya sebenarnya kurang menyukai hari libur, karena ia tidak bisa bertemu dengan teman-temannya di kelas dan juga kakek penjual buku di taman itu juga tidak berjualan di hari Jumat, alhasil Alisya menghabiskan siang itu dengan duduk dan tiduran dibangku taman.
"Uh, sepi sekali hari ini" keluhnya, ia mulai bosan bermain di taman dan segera saja melangkahkan kaki ke rumah sambil berharap ayahnya sudah pulang dari Masjid.
"Hai gadis kecil, kemana saja tadi?" tanya ayah yang datang bersamaan dengan Alisya, ia menggunakan Jubah Putih dan Peci khas Al-Azhar yang bewarna Putih dan merah, peci itu bernama Turbus Azhar yang merupakan peci kebanggaan bagi para Lulusan Al-Azhar Mesir kala itu.
"Ayaaah!" soraknya girang, karena sudah dua jam lebih ia menunggu ayahnya pulang dari sholat Jumat.
"Aku bosan yah, tadi berkeliling taman tapi disana sepi sekali" sambungnya.
"Kamu tidak bertemu dengan kakek penjual buku yang sering kamu ceritakan itu?" tanya ayah.
Alisya menggeleng, "Hari Jumat kakek itu tidak berjualan yah, katanya setiap hari Jumat kakek itu ingin menyendiri dan beristirahat di rumah" ujarnya sedikit kecewa. Ia sudah seminggu lebih tidak bertemu dengan pria tua tersebut, tak sabar lagi Alisya ingin bertemu dengan kakek itu dan memintanya membacakan sebuah cerita lagi.
Ayahnya tersenyum "Setiap orang memang butuh waktu libur nak, agar ia bisa memulai hari selanjutnya dengan semangat, begitu juga dengan kamu Alisya yang harus menikmati liburan ini"
Gadis itu mengangguk "Tapi apa yang akan kita lakukan di hari libur ini yah?" ujarnya sambil bersandar ke badan ayah, ia sangat mengantuk karena sangat bosan dengan hari libur.
Adik-adiknya sedang pergi ke rumah sakit bersama ibu untuk cek kesehatan, maklum di zaman itu sedang menjamur penyakit cacar yang sangat mematikan sehingga setiap orang harus cek gejala penyakit ini setiap bulannya, sebagian besar pengidapnya adalah bayi dan balita
"Bagaimana kalau kita berpetualang siang ini, kamu mau?"
"Wah berpetualang kemana kita ayah?" ujarnya penuh tanda tanya, matanya seketika membesar
"Nanti ayah beritahu, ayo sekarang kita makan siang dulu, nanti makanannya terlanjur dingin."
Alisya segera melompat ke meja makan, dengan semangat dilahapnya roti daging yang sudah disiapkan ibu sejak sebelum Jumat tadi. Ia tak sabar untuk menunggu jawaban dari ayahnya.
Setelah makan, ia duduk di ruang tamu sedangkan ayah pergi ke kamar untuk mengambil sesuatu, tak lama kemudian ayah sudah siap dengan bebrbagai perlengkapan.
"Ayo gadis kecil, segera bersiap-siap! kita akan pergi ke danau!" ujar ayah.
" Danau??" ujar Alisya terkejut, ia tak mengira ayah bakal mengajaknya ke danau, padahal selama ini dirinya selalu dilarang untuk bermain ke danau.
"apakah boleh Alisya ke danau?" tanyanya heran, masih tak percaya bahwa ayah akan mengajakanya ke danau. Ia teringat dulu pernah dimarahi oleh ibu karena diam-diam pergi ke danau.
Tempat itu sangatlah indah dan selalu ramai disetiap musim, di musim semi tepian danau penuh dengan rerumputan dan bunga yang mekar, di musim gugur semua pepohonan berdaunkan cokelat kemerahan.
Saat musim dingin pun tetap banyak orang yang datang ke danau ini, kerena permukaan danau menjadi es dan sangat keras, sehingga menjadi tempat rekreasi bagi warga kota.
Alisya dilarang pergi ke danau sejak tahun lalu, saat sebuah kejadian yang hampir merenggut nyawanya terjadi, dan kejadian itu membuat ibu trauma dan selalu melarangnya ke danau.
"Tentu saja boleh gadis kecil, ayah akan bacakan ceritanya di danau nanti, ayo bergegas sebelum ibumu datang" lirik ayah sambil menunjuk jam dinding, sudah hampir pukul 3 sore, ibu biasanya akan datang pukul 6 sore, mereka masih meiliki waktu 3 jam untuk berpetualang.
Alisya pun lansung melompat, ia memang sudah lama berkeinginan pergi ke danau "Akhirnya ke danau lagi!" ujarnya girang
Ayah sudah siap dengan topi koboi nya yang digunakan untuk melindungi kepala dari sinar matahari, dan ditangannya ada sebuah buku catatan. Alisya pun juga sudah siap dengan celana dan sepatu boot biru, gadis kecil itu terlihat sangat menggemaskan.
Buku catatan di tangan ayah itu berisi sebuah dongeng yang diam-diam ia karang bersama temannya yang menjadi pakar matematika di Inggris khusus untuk Alisya, agar gadis kecil itu menyukai matematika dengan cerita didalam buku tersebut, yang telah disisipi beberapa teori berhitung.
"Apakah kamu sudah siap untuk pergi Alisya?" tanya Ayah bersemangat.
"Aye! Siap Kapten!" ujarnya sambil memberi hormat.
Bersambung...........
KAMU SEDANG MEMBACA
Nasehat Untuk Alisya
Short StoryAlisya, seorang gadis Turki yang periang dan penuh rasa ingin tahu.Hidupnya dipenuhi dengan bermain dan bercerita. kebiasaan ayahnya yang suka menceritakan berbagai kisah dan sejarah dari ia kecil, membuat Alisya sangat suka bercerita dan mendonge...