"Assalamualaikum, iyi gunler , selamat siang Ayah dan Ibu" sapa Alisya dengan suara yang melengking, ibunya bahkan terkejut mendengar salam dari gadis kecil berbaju biru itu.
"Waalikum salam" Jawab ayah dan ibunya serentak, mereka berdua sedang asyik membaca, ayah membaca buku berbahasa arab, sedangkan ibu membaca koran yang memuat beberapa berita penting di negara itu.
Setelah salam gadis kecil itu segera berlari ke kamar dan mengganti baju sekolahnya dengan baju kesukaannya yang berwarna merah, yang hampir setiap hari dipakainya. Setelah itu ia duduk di sofa bersama ayah dan ibu sambil menunggu mereka bertanya sesuatu kepadanya.
Muhammad yang melihat Alisya duduk didekatnya sudah paham, ini merupakan sebuah tanda Alisya ingin menceritakan sesuatu. Ia pun menghentikan bacaanya dan mulai menghadap kepada gadis berbaju merah itu.
"Bagaimana dengan sekolahmu hari ini putri cantik ayah?" tanya Muhammad sambil membelai kepala putrinya.
Alisya terlihat sumingrah, ia memang sangat menantikan pertanyaan itu, tak menunggu lama ia pun segera membetulkan posisi duduknya dan mulai menceritakan berbagai kejadian yang membuatnya berkesan di hari itu.
Mulai dari penanya yang patah, lalu bagaimana Utstadz Abdullah yang tidak memarahinya bahkan memberinya sebuah cerita mengenai ulama besar yang bernama Al-Bikandy yang rela membeli sebuah pena biasa seharga satu koin emas agar ia bisa segera menulis pelajaran.
Muhammad mengangguk, ia menatap Alisya dengan sungguh-sungguh agar anak gadisnya itu tahu bahwa ia sangattertarik dengan cerita tersebut. Sesekali ia bertanya lalu bertepuk tangan dan memegang pipi gadis kecil itu sebagai ucapan selamat atas pengalaman hebatnya di hari itu.
Lelaki ini merupakan ayah yang baik, ia sudah sangat paham dengan karakter putrinya yang sangat suka bercerita, sehingga setiap Alisya pulang sekolah, ia selalu melontarkan Alisya dengan berbagai pertanyaan agar putrinya itu bisa bercerita sepuasnya.
Kadang Alisya sudah menceritakan hal yang sama berkali-kali namun itu tidak lantas membuat muhammad menyanggah anaknya itu, ia tetap duduk mendengarkan dengan seksama agar anaknya tahu bahwa ia sangat tertarik dengan cerita tersebut.
Tak heran ia menjadi ayah yang sangat spesial bagi anak-anaknya, terutama Alisya yang memang memiliki kepribadian terbuka, ceria dan banyak bicara, Ayahnya ini bisa menjadi teman bercerita yang baik
Muhammad menguasai ilmu Nafsi saat ia berkuliah di Al-Azhar dahulu, yaitu ilmu yang mempelajari tentang prilaku dan karakter manusia. Tak hanya itu, kesukaanya dengan literatur barat juga membuatnya mengerti akan ilmu Psikologi dan kejiwaan yang disusun oleh ilmuwan Eropa dan Persia, sehingga selain berperan sebagai ayah, ia juga sebagai konselor dan tempat bercerita anak-anaknya jika memiliki masalah ataupun beban.
Ia terinspirasi untuk mempelajari psikologi dan ilmu kepribadian berkat sebuah kalam hikmah dari salah seorang gurunya di Al-Azhar dulu, Barangsiapa yang memahami siapa dirinya, maka ia akan mengetahui siapa Rabb-nya dan Orang yang tidak memahami siapa dirinya maka ia akan kehilangan satu petunjuk akan kebesaran Allah swt.
Sebuah kalam yang membuatnya menemukan bebagai keajaiban dan keunikan yang ada pada diri manusia itu sendiri. Ketika ia masih muda, ia sering mempelajari mengenai tabiat dan karakter orang lain, sekarang ia menggunakan ilmu dan wawasannya untuk mendidik anak-anaknya agar mereka bisa diajarkan sesuai dengan karakter masing-masing.
Muhammad sangat memahami bahwa Alisya, dan dua orang adiknya memiliki karakter yang berbeda. Alisya merupakan orang yang ceria, sedikit egois, banyak bercerita dan memiliki rasa optimis yang sangat tinggi, sehingga Muhammad bisa melihat potensi dan bakat anaknya, salah satunya bercerita dan berbicara.
Alisya memiliki kemampuan berbicara yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak seusianya, ia bisa memukau pendengar dengan bahasa dan gestur tubuh yang selalu bergerak mengikuti alur cerita. Oleh karena itu Muhammad selalu mendorong anaknya untuk banyak membaca dan bercerita agar bakatnya terasah dan dikembangkan.
adik laki-laki Alisya yang bernama Hasan, memiliki watak yang keras kepala, suka memerintah dan berkemauan keras, Hasan sering beradu mulut dengan Alisya jika kakaknya sering mengganggunya bahkan Alisya pernah menangis karena dipukul oleh adik kecilnya itu.
MUhammad selalu mengajarkan Hasan tentang kepemimpinan, karena ia anak laki-laki satu-satunya di keluarga ditambah lagi dengan watak kerasnya, Hasan diharapkan bisa menjadi pembela bagi kakak dan adiknya.
lalu terakhir ada si bungsu yang bernama Husna, balita ini sudah memperlihatkan watak kalem, pendiam dan damai, ia tak pernah marah atau menangis jika diganggu oleh kakaknya, ia selalu dibelai dan disayang oleh MUhammad, karena ia paham bahwa Husna memiliki watak yang pemalu dan tertutup.
Seperti itulah muhammad, ia mengetahui secara mendetail mengenai kepribadian anak-anaknya, dengan hal itu ia bisa mengajari anak-anaknya sesuai dengan karakter masing-masing.
Kemampuan Muhammad dalam memahami karakter Alisya ini bahkan sangat membantunya dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh anak itu.
Pernah suatu ketika, ia dipanggil ke Madrasah oleh wali kelas Alisya gara-gara Alisya selalu tertidur di kelas saat pelajaran matematika berlansung dan tidak mengerjakan tugas pelajaran tersebut.
Ibu Halizah saat itu menganggap Alisya sebagai anak yang pemalas dan tidak patuh, muhammad kala itu hanya mengangguk sambil memeluk anak gadisnya yang sudah ketakutan itu. Alisya takut jika ayahnya juga akan memarahinya, namun hal itu tak pernah terjadi.
sejak saat itu muhammad mengerti dengan karakter dan watak anaknya itu, hal itu juga yang tidak membuatnya memarahi Alisya.
Ia percaya bahwa Alisya sebenarnya dan cerdas dalam matematika, hanya saja anaknya itu tidak suka dengan cara mengajar ibu Halizah yang monoton dan cenderung membosankan, karena hanya memberikan soal dipapan tulis dan memerintahkan anak muridnya untuk mengerjakan soal-soal tersebut.
Setelah kejadian itu Muhammad mendapatkan sebuah pelajaran baru mengenai kepribadian Alisya, ia menyadari bahwa anaknya itu tidak menyukai pelajaran yang membosankan dan tidak dibumbui dengan sebuah cerita.
Ia segera membuka buku pelajaran matematika milik Alisya dan melihat berbagai materi berhitung yang dipelajari anaknya di madrasah. setelah itu MUhammad menyalin beberapa soal perhitungan itu dan mengubahnya kedalam sebuah cerita dongeng yang sangat digemari anaknya.
Muhammad mengarang sebuah Fabel (cerita tentang hewan yang hidup seperti manusia) yang berisi rumus dan kaidah matematika didalam ceritanya, dengan harapan Alisya suka dan memahami matematika dari cerita yang ia buat.
ALisya masih bercerita tentang kisahnya di hari itu, muhammad tetap mendengarkannya, ia kagum dengan kemampuan bercerita Alisya. MUhammad berencana untuk membacakan Fabel yang baru saja ia buat kepada anak gadisnya di malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nasehat Untuk Alisya
NouvellesAlisya, seorang gadis Turki yang periang dan penuh rasa ingin tahu.Hidupnya dipenuhi dengan bermain dan bercerita. kebiasaan ayahnya yang suka menceritakan berbagai kisah dan sejarah dari ia kecil, membuat Alisya sangat suka bercerita dan mendonge...