K.V.J.P 2: CALON TARGET

15.3K 1.1K 81
                                    


Adnan Banyu Putra. Seorang pemimpin dan pendiri dari Airys Group, sebuah perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan dan ekspor impor yang berbasis di Kalimantan Timur dan Jakarta. Sebenarnya pria berusia hampir 30 itu tinggal di Kalimantan namun usaha ekspor impornya di Jakarta sedang dalam tahap berkembang pesat, jadi sementara ia akan disini beberapa waktu kedepan. Ia juga sedang melebarkan sayap perusahaannya dibidang properti diwilayah Jabodetabek. Dia cukup sibuk belakangan ini.

Sayangnya belum banyak yang tahu jika pria mapan ini sudah sold out, jadi jangan kaget kalau kalau kalian melihat pria tampan itu membawa seorang wanita dibeberapa pesta bisnis yang sering ia datangi, itu istrinya. Namun kadang pandangan orang tak nampak seperti kenyataan. Pernikahan Adnan Banyu Putra tak berjalan sesuai keinginannya, istrinya Mira Arliana bukanlah orang yang bisa mencintainya dengan tulus. Pernikahan mereka atas dasar perjodohan, Mira bahkan secara terang-terangan menolak dirinya yang berusaha memperbaiki hubungan mereka.

Pernikahan keduanya hanya diatas kertas dan tak lebih dari itu. Mereka sudah seperti dua orang asing yang sekedar berbagi rumah jika Adnan pulang ke Samarinda, bicarapun mereka enggan. Kecuali dihadapan keluarga mereka dan semua orang keduanya berlagak seperti pasangan bahagia meski belum dikaruniai momongan di dua tahun pernikahan mereka.

Hari ini Adnan mengosongkan jadwalnya setelah makan siang. Ia ingin pulang ke apartemennya guna mengistirahatkan tubuhnya sejenak dari pekerjaan melelahkan tiga bulan ini. Tiga bulan ia bekerja tanpa hari libur seharipun, ia bahkan beberapa kali tidur dikantornya karena memang begitu banyak pekerjaan yang musti ia tangani. Terkadang ia juga lupa makan kalau saja karyawannya tidak mengingatkan dirinya makan siang.

Hampir dua jam ia tertidur diranjang apartemenya yang nyaman, ia terbangun saat jam hampir menunjukan jam 3 sore. Ia segera bangun untuk membersihkan dirinya. Sampai ketukan pintu membuat ritual mandinya terganggu. Entah siapa yang datang, yang jelas orang itu pasti pertama kali datang ke apartemen mewah ini. Bayangkan saja, diluar sana terdapat tombol bel pintu namun orang ini malah mengetuk pintu.

Dengan gerakan cepat ia menyambar handuknya dan mengenakannya. Tanpa mengenakan apapun lagi Adnan berjalan membuka pintu apartemennya. Benar saja, seseorang yang sama sekali tidak dikenalnya tengah berdiri penuh percaya diri didepan pintu masuk. Dia seorang gadis, berambut coklat panjang, iris mata hitam, postur tubuh mungil dan sedikit berisi, cantik? Lumayan.

Namanya Verina Faiz nama yang cukup manis untuk ukuran gadis sepertinya. Dia adalah gadis yang ternyata akan menggantikan Sinta seperti yang dikatakan oleh perusahaan jasa cleaning service yang sering disewanya. Dari beberapa percakapan keduanya, satu hal yang dapat Adnan pelajari dari gadis yang memang 9 tahun lebih muda darinya ini, ia tahu benar jika gadis yang kini ada dihadapannya adalah tipe gadis yang berbicara apa adanya.

Ia bahkan tak menyangka jika dari pertemuan mereka, gadis itu tak sekalipun menunjukan ketakutannya pada Adnan. Ia bahkan berdoa dengan keras-keras berharap Tuhan menguatkan batinnya untuk menghadapi Adnan. Percayalah, itu cukup menyenangkan untuk Adnan. Adnan juga yakin jika tadi Verina pasti mengumpat dalam hati saat dia disuruh mengerjakan hal yang tak masuk dalam perkerjaannya. Apalagi Adnan meninggalkannya begitu saja setelah menyuruh gadis itu memasak.

"Sini duduk, kamu boleh ikutan makan kalau kamu mau.." tawar Adnan cuek.

"Bapak serius nawarin saya makan?" tanya Verina meyakinkan.

"Dibilang jangan panggil Bapak, A'a atau Mas bisakan.." selak Adnan kesal.

"Gak enak Pak, klo panggil A'a.."

"Berarti panggil Mas.." paksa Adnan.

Verina memandang Adnan heran. Bisa-bisanya pria yang baru dikenalnya ini terus memaksakan keinginannya pada Verina. Tak ingin berniat berdebat lagi, Verina segera duduk dikursi makan dan meraih piring yang tak jauh darinya. Keduanya makan dalam diam. Verina sepertinya tengah bersyukur ternyata Adnan tak terlalu cerewet soal makanan.

Entah setan apa yang menghampiri Verina, tiba-tiba saja Verina teringat akan ucapan Asyifa tentang menjadi simpanan Om-Om kaya. Verina memandang Adnan yang tengah fokus pada makanannya. Pandangannya beralih pada jari manis tangan kanan Adnan yang dilingkari sebuah cincin. Sesuai dugaannya jika pria dihadapannya ini memang telah menikah.

Verina nampak berfikir keras. Tentang dirinya yang sedang dilema, misalnya? Haruskah ia putuskan untuk mencoba jadi pelakor guna mendapatkan uang semesternya? Calon target, tentu saja pria yang sedang makan dihadapannya ini. Oh tidak, seharusnya ia berusaha lebih dulu sebelum melakukan cara cadangan setelah ia putus asa. Astaga, Verina jadi makin frustasi. Anjay, jalangnya Verina tentang niat yang baru saja terbesit diotaknya.

"Pak Adnan.." panggil Verina takut.

"Mas Adnan.." sahut Adnan cepat.

"Eh iya, Mas Adnan saya boleh ngutang duit nggak?" tanya Verina to the point.

"Kamu ini kerja belom ada dua jam, tapi udah mau ngutang duit sama klien kamu, etika kerjamu itu dimana?" slantak Adnan pada Verina.

"Saya tahu Pak eh-Mas, tapi saya benar-benar sedang butuh klo nggak ntar saya dikeluarin dari kampus gimana.." keluh Verina frustasi.

"Kamu kuliah?"

"Pak Adnan sedang menghina saya? Jangan gitu Pak, biar gimanapun saya berhak sekolah setinggi-tingginya.." ungkap Verina dengan wajah kesal.

"Harusnya kamu cari kampus yang punya program beasiswa biar bayarnya nggak terlalu berat dikamu.." nasehat Adnan kembali melanjutkan makannya.

"Pak saya itu bukan mahasiswa yang pinter, program buat mahasiswa miskinpun dikampus itu kuotanya udah penuh, trus saya musti gimana Pak?" balas Verina cepat.

"Ya bayarlah.."

Verina mengepalkan tangannya didepan wajahnya sendiri karena geram dengan Adnan. Bicara dengan Adnan sungguh seperti bicara dengan tembok. Mental woy...

"Jadi intinya Bapak mau bantuin saya apa nggak?" simpul Verina.

"Nggak.."

"Oke, bye.."

"HEH, VERINA! MAU KEMANA KAMU?" teriak Adnan yang melihat Verina pergi. Verina menghentikan langkah, ia memandang Adnan dengan nyalang.

"Bapak bilang tugas saya hanya masak hari ini, saya udah masak jadi tugas saya udah selesai, kalau begitu saya pamit buat bersihin apartemen lainnya, besok saya akan balik lagi kesini. Assalamualaikum.." jelas Verina meninggalkan Adnan yang memandangnya tidak percaya. Ia bahkan tak kuasa menahan tawa kecilnya melihat tingkah Verina yang sedang kesal.

"Waalaikumsalam, bocah.."

KETIKA VERINA JADI PELAKOR REPOST [END FULL DI KARYAKARSA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang