8

204 6 0
                                    

Sejak menjabat sebagai direktur di perusahaan Hendarto, pekerjaan Jeevan jadi semakin padat. Namun Jeevan bisa menggunakan waktunya secara fleksibel karena dia bossnya. Meski begitu, Jeevan tak pernah menyalahgunakannya. Ia selalu bekerja lebih lama dari pegawai-pegawainya. Kecuali hari ini, saat Suryadi memintanya datang ke kantor pria itu. Mau tak mau Jeevan harus memenuhi panggilannya. Karena bagaimana pun juga Suryadilah yang berjasa untuk mendapatkan posisi ini.

Jeevan masuk ke kantor pusat P.T Sandang Surya Persada dengan takjub. Perusahaan ini lebih besar dari milik Hendarto. Meski Jeevan sering menghandle pekerjaan Suryadi, pria itu tak pernah mengajaknya ke sini, selalu dinas luar, baru kali ini Jeevan menginjakkan kakinya. "Bapak Jeevan?"sapa seorang receptionist wanita padanya. Jeevan mengangguk. "Pak Suryadi sudah menunggu di ruangannya. Mari saya antar." Jeevan pun mengikutinya.

Receptionist itu mengetuk pintu ruangan Suryadi beberapa kali. "Masuk!"sahut Suryadi dari dalam. Receptionist itu pun mempersilakan Jeevan masuk dan kembali ke mejanya. "Jeevan! Gimana pekerjaan baru kamu? Nyaman?"sapa Suryadi sumringah.

"Ngapain dia ada di sini?" Ternyata ada Eleanor juga. Jeevan mengabaikannya dan duduk di sofa yang tersedia untuk bersalaman dengan Suryadi.

"Kamu yang ngapain ada di sini."Suryadi mengembalikan perkataan putrinya. Memang seharusnya gadis itu tidak di sini karena tak memiliki urusan dengan perusahaan.

"Aku kan kangen sama Ivan. Cepat bilang dia di mana!" Jeevan tak tahu siapa Ivan yang disebut-sebut Eleanor. Dan ia tak ingin tahu.

"Anak dibilangin kok susah. Oiya Jev, gimana kerjaanmu?"

"Masih perlu adaptasi, Pak. Banyak yang saya belum pahami."jawab Jeevan rendah diri.

"Kamu pasti bisa. Eleanor, lihat Jeevan. Hidupnya sukses karena tekun dan bertanggung jawab. Jangan kaya kamu yang foya-foya melulu."

"Selalu aja banding-bandingin aku sama Jeevan. Anaknya Papa sebenarnya siapa sih?"gerutu Eleanor.

"Kalau Papa boleh milih ya mending Jeevan."

"Jahat!" Eleanor merajuk dan membelakangi Suryadi sambil bersedekap.

"Bercanda, Sayang. Anak Papa ya tetap kamu. Makanya jangan suka berulah." Suryadi berusaha membujuk Eleanor dan memeluknya. "Oiya Jeevan, hari ini kamu sibuk?"

"Tinggal ngecek pekerjaan-pekerjaan pegawai. Tapi bisa diwakilkan asisten saya kok."

"Bagus, saya ada pekerjaan buat kamu." Kedua pria itu pun sibuk membicarakan bisnis mereka. Eleanor semakin kesal karena diabaikan.

"Papa!"rengek Eleanor.

"Sebentar, El."tepis Suryadi dan lanjut mengobrol dengan Jeevan. Setelah empat puluh lima menit berlalu, Jeevan pun pamit. Kemudian Suryadi sibuk membujuk Eleanor, tepatnya mengusir, agar tak mengganggu pekerjaannya. Minggu ini Suryadi sedang banyak dateline. Ia sampai menyuruh orang lain untuk menghandle beberapa pekerjaannya.

Jeevan keluar dari ruangan dan mendapati dirinya diperhatikan seorang pria berkemeja biru navy. Ia seperti pernah melihatnya tapi entah di mana. "Ada yang salah sama gue?"tanya Jeevan keki.

"Sepertinya kita pernah bertemu."jawab pria itu. Dugaan Jeevan benar.

"Gue juga merasa begitu. Tunggu, tunggu, lo suaminya Aira? Gue datang ke nikahan lo dulu." Pria itu tampak berpikir. "Gue Jeevan, sepupu Nara dan Deva." Pria itu mengangguk paham.

"Iya, iya saya baru ingat. Ternyata dunia sempit sekali. Ada perlu apa ke sini?"

"Formal amat. Gue habis ketemu Pak Suryadi."

"Ivaaannn! Kamu udah balik?!"suara cempreng Eleanor menginterupsi. Pria itu agak panik dan buru-buru pergi. Jadi ini yang namanya Ivan? Memang tampan dan gagah, pantas Eleanor tergila-gila.

"Saya permisi dulu."pamit Ivan.

"Kok kamu masih di sini, Jeevan? Urusan kamu sama Papa udah selesai kan? Sana pergi jauh-jauh!"seru Eleanor yang berhasil menghentikan langkah Ivan.

Pria itu tak menggubris Eleanor dan berjalan menyusul Ivan. "Bro, gimana kabarnya Aira?" Dan mereka memutuskan untuk mengobrol di ruangan Ivan.

"Silakan diminum."pinta Ivan ketika seorang office boy menghidangkan dua cangkir kopi.

"Makasih, jadi sekarang Aira fokus bisnis online?"ujar Jeevan. Ivan mengangguk. "Gue doain lancar. Dan rumah tangga kalian tetap samara." Harapan Jeevan tulus, ia tak ingin rumah tangga Aira dan Ivan retak karena ulah Eleanor.

"Kamu ada hubungan apa dengan Eleanor? Saya takut kamu salah paham soal saya dan Eleanor."

"Cuman kenal, tapi nggak akrab. Santai aja. Gue nggak ada apa-apa sama dia."

"Lebih baik begitu daripada kamu dikejar-kejar seperti saya sampai ilfeel. Awalnya Pak Suryadi memohon pada saya agar saya menikahinya. Tapi saya menolak karena hati saya sudah berlabuh pada Aira. Untung Pak Suryadi bukan pemaksa." Jeevan mengangguk paham. Pria ini juga menjadi sasaran Suryadi dulu. Jeevan heran, kenapa sekarang malah beralih padanya. Padahal ia merasa levelnya berada jauh di bawah Ivan dari segi tampang dan intregitas. Ia tergolong masih awam di dunia bisnis. Seharusnya Suryadi bisa memilih orang lain yang sebanding dengan Ivan.

"Pak Suryadi emang baik. Tapi caranya mendidik anaknya yang salah. Eleanor terlalu dimanjakan. Gue tadi ke sini buat bahas bisnis sama Pak Suryadi. Gue juga udah ilfeel sama cewek itu setelah tahu sifatnya sedrama queen itu." Jeevan bercerita sambil bergidik. Ivan mengangguk membenarkan.

"Bagaimana bisa Pak Suryadi malah berbisnis denganmu? Memangnya kamu bekerja di perusahaan ini?"

"Nggak sih, gue merasa berhutang budi aja. Berkat beliau, yah... jabatan gue naik. Gue baru pindah dari kantor lama gue ke perusahaan milik Kakek. Dulu gue karyawan biasa, tiba-tiba harus jadi bos."

"Lho Jeevan masih di sini?"tiba-tiba Suryadi masuk. Pria itu berniat menagih hasil laporan Ivan. Jeevan memutuskan untuk pamit ketika Suryadi mulai membahas hasil pertemuan client dengan Ivan.

TerjebakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang