16

251 5 0
                                    

Sejak tinggal bersama Jeevan, Eleanor tak pernah mengalami morning sickness lagi. Mungkin karena kandungannya yang semakin tua atau bayinya yang nyaman berada di dekat ayahnya. Tapi Eleanor tetap merasa tersiksa berada di rumah ini. Ia kesepian karena tak memiliki gawai pintar. Ia jadi tak bisa bermain media sosial dan menghubungi teman-temannya. Jeevan hanya membekalinya gawai poliphonic dengan nomor baru. Hanya ada nomor Jeevan, Suryadi, Gaimah, dan Hilda di daftar kontaknya. Eleanor sendiri tak hafal nomor telepon teman-temannya.

Sepulang kerja, Jeevan menemukan istrinya yang tertidur di sofa ruang tengah. Ia berjongkok dan mengamati wajah polos Eleanor sambil tersenyum. Setidaknya Eleanor terlihat manis saat tak bertingkah menyebalkan. Lalu ia beralih pada perut Eleanor yang mulai membuncit karena usia kandungannya sudah menginjak lima bulan.

"Sehat terus ya Nak. Papa sama Mama nunggu kehadiranmu di dunia."ucap Jeevan sambil mengelus perut Eleanor. Ia yang merasa tak puas lalu menyibak daster hello kitty Eleanor hingga menampakkan perut telanjangnya. Jeevan membelai-belainya dan sesekali memberi kecupan di sana. Irah yang kebetulan lewat tersenyum melihat kelakuan majikannya.

"Kalau sayang bilang Tuan. Tunjukkan pada Nyonya. Tiap hari Nyonya mengeluh kesepian dan bosan."celetuk Irah. Jeevan tersentak dan buru-buru menutup daster Eleanor kembali. Akibatnya wanita itu terjaga.

"Kamu udah pulang?"sapa Eleanor lirih sambil mengucek matanya.

"Iya, lo udah mandi belum?"

"Udah, tanya aja ke Bi Irah."

"Udah makan?"

"Belum, aku nggak mau makan sendirian."

"Gue mandi dulu." Jeevan masuk ke kamarnya. Meninggalkan Eleanor yang sakit hati atas sikap dingin Jeevan.

Keesokan harinya Eleanor terjaga karena Jeevan yang terus menggoncang tubuhnya. "Apaan sih!"hardik Eleanor dengan suara serak.

"Bangun, udah jam delapan. Mau jalan-jalan nggak?"ujar Jeevan. Eleanor langsung menyibak selimutnya dan duduk. Ia mengangguk bersemangat. "Sekarang siap-siap terus kita berangkat." Jeevan keluar dari kamar istrinya. Ia senang sekali karena akhirnya bisa jalan-jalan. Selama ini ia hanya keluar rumah untuk periksa kandungan, ke rumah orang tuanya, dan rumah keluarga Jeevan.

"Jeevan!"panggil Eleanor dengan nada gembira dan senyum cerah. Jeevan yang sedang minum susu sampai terkejut. Apalagi dengan penampilan Eleanor yang lagi-lagi seksi.

"Ganti pakai baju sopan atau jalan-jalannya batal."ancam Jeevan. Eleanor memberengut tapi menurut juga.

Eleanor terperangah saat mereka memasuki kawasan Jakarta Aquarium. "Bagus bangettt!"pekik Eleanor. Ia berlarian ke sana kemari seperti anak kecil.

"Pelan-pelan jalannya. Lo lagi hamil."tegur Jeevan sambil mengejar istrinya dan menggandengnya.

"Tapi aku nggak sabar mau lihat semuanya."

"Iya kita lihat semuanya. Masih lama kok tutupnya." Jeevan selalu siaga tiap Eleanor akan berlari dengan menahan tangannya. Bahaya kalau wanita hamil ini tak diawasi. Jeevan merasa sedang menjaga seorang balita.

Saat jam makan siang tiba, Jeevan dan Eleanor mampir ke restaurant yang ada di dalam Jakarta Aquarium. "Restonya aja lucu."puji Eleanor. Jeevan tersenyum melihat tingkah wanita itu tanpa sepengetahuannya. "Jeevan, kalau anak kita udah lahir, kita ke sini lagi ya?"

"Iya."

"Janji?"

"Janji." Eleanor yang kelewat senang mengecup pipi Jeevan tanpa izin. Membuat pria itu membatu.

TerjebakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang