10

227 6 0
                                    

Jeevan semakin sibuk dengan pekerjaannya sebagai direktur. Kini P.T Autohen milik kakeknya berkembang pesat di bawah pimpinannya. Ia banyak belajar dari Hendarto dan Suryadi. Akibatnya intensitasnya untuk bertemu teman dan keluarga menjadi berkurang. Suryadi pun maklum dan jarang menyuruhnya macam-macam lagi.

Satu tahun sudah Jeevan menjabat direktur utama P.T Autohen. Karena ia yang giat bekerja, hubungannya dengan orang-orang sekitar merenggang. Nantha sering protes karena Jeevan sering pulang larut dan keluar negeri. Dan hari ini semesta sedang mempermainkannya. Ia tak sengaja melihat Eleanor di halte bus sendirian. Setelah sekian lama, ia bertemu gadis ini lagi. Terakhir, mereka bertemu saat launching produk baru Autohen beberapa bulan lalu. Jeevan pun menepikan mobilnya.

"Naik, atau mau digoda preman lagi kaya dulu."pinta Jeevan.

"Sombong udah berasa di atas sekarang?"cibir Eleanor. Ia memicing pada mobil fortuner Jeevan.

"Buruan. Kalau penampilan lo nggak begini juga gue pura-pura nggak tahu tadi." Eleanor masih sama saja, sering menggunakan pakaian seksi. Ia mengenakan hot pants putih dan kaus merah muda tanpa lengan. Tapi lingkar lengannya cukup lebar hingga bra hitamnya terumbar. Dengan muka ditekuk, Eleanor masuk ke mobil Jeevan.

"Antar aku ke sini."pinta Eleanor setelah menyetel maps di mobil Jeevan. Cowok itu hanya meliriknya sekilas. "Kok pulang?!"seru Eleanor jengkel saat sadar jalan mana yang dilalui Jeevan. Tak lama kemudian gerbang rumahnya nampak. Satpam rumah Suryadi yang sudah hafal dengan mobil Jeevan segera membukakan gerbang.

"Ini anak kabur lagi!"Hilda menyambut mereka di pintu. Jeevan turun dan mencium tangan Hilda. "Makasih, Jeevan." Diam-diam Eleanor lari keluar sebelum gerbang otomatis rumahnya tertutup kembali.

"Kyaaa!"pekik Eleanor karena Jeevan berhasil menangkapnya. Tangan cowok itu mendekap erat perut Eleanor. "Lepasin!" Eleanor memukul-mukul pergelangan Jeevan. Tapi cowok itu kekeh mengangkat tubuhnya sampai dalam rumah. Hilda pun buru-buru mengunci pintu.

"Bisa-bisanya ditinggal sebentar ke toilet udah hilang. Hari ini kamu harus belajar menyulam sama Mama."omel Hilda.

"Aku kan nggak mau."bela Eleanor.

"Ketemu di mana tadi?"

"Halte nggak jauh dari sini. Tadi saya kebetulan habis ketemu client di luar."jawab Jeevan.

"Pengkhianat! Tadi kan aku bilang ke mall."caci Eleanor ada Jeevan.

"Nurut dong sama orang tua lo. Jangan berulah terus."nasihat Jeevan.

"Hilda, jangan terlalu keras sama anakku." Gaimah muncul dari kamarnya. Eleanor pun menghambur ke pelukan wanita itu.

"Dia nggak akan berubah lebih baik kalau Mbak manjain terus."bantah Hilda.

"Semuanya gara-gara kamu!" Eleanor menunjuk tepat hidung Jeevan. Cowok itu mengernyit. Dia? "Dasar Jet Pam!" Lalu Eleanor berlari ke kamarnya. Sialan, namanya diganti-ganti.

"Maafin Eleanor, Jeevan. Tante makasih banget kamu mau ngantar Eleanor pulang."ucap Gaimah. Lalu Jeevan berpamitan pada kedua istri Suryadi.

Beberapa hari kemudian Suryadi muncul di kantor Jeevan. Untung Jeevan sedang senggang. Ia baru saja akan menyantap rice bowl pesanannya. "Maaf saya mengganggumu."ucap Suryadi tahu diri.

"Tak apa. Silakan duduk, Pak. Anda mau makan juga? Saya bisa pesankan lagi."sambut Jeevan ramah.

"Tidak usah, saya hanya sebentar. Langsung ke intinya saja. Saya punya proyek di Pulau Ora. Tapi saya ada dateline lain bulan ini. Kira-kira kamu ada waktu luang kapan? Saya minta tolong kamu handle proyek itu."jelas Suryadi. Jeevan tampak merenung, perusahaan Suryadi kan bergerak di bidang tekstil. Mengapa ada proyek sampai Pulau Ora? Mungkin dia mau membuat iklan di sana.

"Akhir bulan bisa, Pak."jawab Jeevan.

"Bagus, bagaimana kalau tanggal dua puluh sembilan?" Jeevan mengangguk. "Kalau begitu saya permisi." Suryadi menyerahkan sebuah amplop besar dan mengundurkan diri dari sana. Lalu Jeevan membukanya. Hanya ada bukti booking trasportasi dan kamar resort. Jeevan mencari-cari surat kontrak dan sejenisnya tapi nihil.

TerjebakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang