3.Tukang Ojek

23 11 4
                                    

Aku tahu Galang enggak suka aku anggap hanya sekedar kakak, kita sahabat dan enggak lebih. Galang pulang dan aku pun masuk ke dalam rumah.
Senja dan angin memang enggak akan bisa bersama. Senja terlalu hening dan angin terlalu bising. Tiba-tiba aku  jadi keinget sama cowo lucu kaya Iqbaal. Dia ganteng dan humoris juga, aku suka tipe kaya dia. Bukan seperti Galang dia terlalu baik untuk ku miliki. Dan saatnya mejamin mata, dan berharap agar besok senior tidak marah-marah.

Pagi menyapa, rasanya aku sangat malas sekali buat pergi kerja. Ya karena aku uang buat biaya hidup ya harus kerja. Klise ya alasan ini, waktunya mandi sebelum si bawal Karin  karaokean satu album di dalam kamar mandi. Yah kan udah sampai di depan kamar mandi dan udah tertutup pasti sih karin nih.

"Woy cepetan, kakak mau kerja."

"Apa sih teriak-teriak anak ayah ini."

"Ehh ayah, kirain Karina."

"Karin kan libur, kamu lupa?"

"Oh iya, Nay mau mandi udah mau telat."

Mampus ternyata Ayah yang ada di dalam udah ku teriakin lagi. Ahh bodoh amat yang penting aku mau mandi dan  kerja. aku udah siap berangkat, tapi hari ini naik apa? Kenapa Galang gak jemput-jemput. Dasar Galengan, dibutuhin gak datang.

"Heyy."

"Kamu?"

"Bareng yuk?"

"Ayok."

"Kali ini bayar."

"Iya-iya, bawel. Kenapa datang kerumah."

"Lewat aja, iseng-iseng cari uang tambahan."

"Buat modal nikah ya?"

"Iya, nikahnya sama kamu tapi."

"Apaan coba, apa kita pernah saling kenal dulu? kayaknya kamu enggak asing."

"Mungkin nih yah, pas kita bayi lahir di rumah sakit yang sama kita sampingan."

"Hahahaha."

"Kenapa ketawa?"

"Lucu."

"Apanya?"

"Lucu aja."

Entah kenapa aku bisa cepat akrab dengan Iqbaal, kaya udah saling kenal gitu. Padahal kita baru saja ketemu kemarin aneh tapi nyata. Udah sampai pabrik dan saatnya kita berpisah.

"Berapa?"

"Nanti aja udah."

"Iya makasih."

"Nanti tunggu diparkiran ya?"

"Kenapa?"

"Aku mau anterin lo pulang."

Aku hanya ngangguk dan berjalan meninggalkan Iqbaal yang masih di parkiran.

"Nay."


Aku menolek kebelakang ke arah Iqbaal, Iqbaal tersenyum aku ikut senyum juga.
Entah perasaan apa ini. Dari kejauhan aku melihat Tania diantar sama Farrel. Ahh dulu aku sering diatar Farrel setiap hari, dan kini tinggal kenangan.Aku rasa kenanganku sama Farrel enggak buruk, karena aku pernah bahagia sama dia dulu. Udah kenapa masa lalu lagi, aku masuk ke line karena sebentar lagi mulai kerja.

TBC

"Senja dan Pelangi"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang