Pagi telah menyambutku, aku sudah tak sabar menunggi Iqbaal datang menjebut. Ia bilang akan datang hari ini dan kita akan jalan-jalan. Aku telah selesai mandi, dan aku juga sibuk mencari baju yang pas untuk digunakan. Aku sama seperti cewek lainya yang suka ndandan agar terlihat cantik. Dan kali ini aku benar-benar tertarik padanya.
Entah tadi malam adalah malam yang indah ditemani Iqbaal meski hanya lewat telfon saja. Dan aku bari ingat jika Galang tidur di kamarku semalam. Aku menghampiri Galang, ku ketuk pintu kamar pelan-pelan, dan memang tak terkunci. Ku buka sedikit pintu kamar, dan kulihat Galang masih tidur. Akhirnya ku hampiri dia, ku bangunkan namun hanya pelan ku tepuk bahunya. Dan kulihat Galang membuka matanya.
"Nay, ahh udah pagi ya?"
"Iyah bangun, dasar kebo."
"Ini udah bangun."
"Mana? mata kamu aja masih sipit."
"Ini bawaan Nay,"
"Bawaan apa?"
"Bawaannya pengen dekat kamu terus."
"Bahkan kita sangat dekat, dulu Farrel aja sering cemburu."
"Ahh, dia cemburu pada orang yang salah."
"Ahh iya, bangun sarapan lalu pulang. Aku mau pergi."
"Kemana? Sama siapa? Aku ikut."
"Entah? Sama Iqbaal, jangan ikut."
Ku lihat Galang sedikit kecewa ketika tahu aku akan jalan dengan Iqbaal. Memang biasanya kalau Galang menginap paginya kita akan pergi berlibur bersama di akhir pekan.
"Ah iya enggak ikut, aku pamit pulang ya ada urusan juga."
"Enggak makan dulu?"
"Enggak Nay, besok aja."
Terkadang Galang itu memang aneh, ia selalu hadir, namun tak lama pergi tapi selalu kembali. Hampir miriplah seperti senja. Ku padangi ponselku berharap Iqbaal segera menelfon.
"Kak Nay, ada tamu katanya mau ketemu kakak."
"Siapa?"
"Karin enggak tahu."
Entah siapa yang datang, karena mencariku aku buru-buru keluar dan kulihat Iqbaal yang datang. Dia terlihat tampan walau hanya mengenakan kaos oblong berwarna putih itu.
"Iqbaal."
"Panggil aku kakak, karena aku lebih tua darimu."
"Enggak mau."
"Ya udah panggil aja sayang kalo gitu."
"Ahh apaan coba."
Pipi ku sedikit merona mungkin saat Iqbaap bilang seperti itu padaku. Dan lagi Karin masih ada disitu juga. Kulirik karin tersenyum, namun sedikit tertawa. Mungkin anak kecil itu sedang menertawakan kakaknya
"Ayo naik."
"Ganti baju dulu ya sebentar."
"Enggak usah, gitu aja udah cantik."
"Ahh kurang rapi."
"Kita hanya akan ke tempat yang menurutku damai, naik sekarang atau adik kamu yang naik."
"Iyaa naik, bawel."
"Kok bawel, bukanya nama ikan."
"Itu bawal."
"Bawal yang dipakai tidur."
"Itu bantal, ah sudahlah."
"Iya-iya."
Aku sudah naik dibonceng Iqbaal, dan ku lihat ke arah Karin. Dia masih sibuk menertawakanku. Mungkin Iqbaal tidak sama seperti Farel, tapi Iqbaal lebih lucu dari pada Farel.
"Adiknya Kanaya, aku bawa kakakmu jalan dulu salam buat ibu bapakmu. Aku belum berani bertemu denganya."
"Hahaha, iya kak. Kalo pulang jangan lupa bawa makanan."
"Ihh Karin apaan sih."
"Tenang buat adik Kanaya apa sih yang enggak."
"Sudah ayo jalan."
"Yaudah turun"
"Kok turun?"
"Katanya jalan."
Aku sudah berada dijalanan bersama dengan Iqbaal. Entah rasanya sangat nyaman bersama denganya. Itulah yang ku rasakan saat ini. Setelah 30 menit perjalanan, dan kita ngobrol ngalor ngidul. Dan akhirnya sampai di tempat tujuan kita. Sebuah puncak yang dibawahnya ada waduk. Pemandanganya sangat indah, hawa dingin juga sangat terasa. Sungguh sejuk dan angin juga bertiup kencang.
Kulihat Iqbaal memetik bunga dandelion, ya bunga liar yang tak berharga itu. Tak secantik bunga mawar, tak seindah bunga anggrek. Tapi setidaknya tak bau seperti bunga bangkai. Iqbaal memetik bunga itu sangat benyak entah akan dijadikan apa bunga itu.
"Indah ya? sejuk juga."
"Sepertinya hujan baru saja turun."
"Lihat sangat indah ada pelangi."
"Iya indah, sangat indah jika bersamamu saat ini."
"Kamu sama seperti pelangi."
"Kenapa?"
"Kamu memberi warna hidupku Ball."
"Jangan sama aku dengan pelangi."
"Kenapa?"
"Karena pelangi hanya memberi warna dan ke indahan sesaat saja. Pelangi akan memudar lalu menghilang."
Aku terdiam mendengarkan jawaban Iqbaal, dan kulihat Iqbaal merangkai bunga dandelion itu menjadi sebuah mahkota yang sangat cantik.
"Pinter buat gituan?"
"Ini buat kamu."
Iqbaal meletakan mahkota bunga dandelion itu di kepalaku. Ahh seperti seorang putri saja.
"Aku menyukaimu, Kanaya. Meski dulu kamu pernah menolak cintaku."
▪▪▪
TBC
Jangan lupa votemen dan juga follow @Nay_Nandaautkan pengguna
![](https://img.wattpad.com/cover/167358268-288-k78801.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
"Senja dan Pelangi"
RomanceSinopsis: Kalian itu seperti senja dan pelangi yang hanya datang sesaat. Yang terlihat indah meski hanya sesaat, bedanya senja akan selalu datang sedangkan pelangi harus menunggu hujan. Namaku Kanaya putri, biasa dipanggil Naya tinggal di kota Surab...