4.Mie Ayam

23 12 8
                                        

           Kerja dari tadi dipanggil atasan mulu gara-gara terus-terusan lolosin barang cacat. Dan akhirnya hari ini usai juga dan besok juga udah hari sabtu dan tandanya bisa istirahat sejenak dari rutinitas yang menyebalkan. Saatnya untuk pulang, aku masih ingat kata-kata Iqbaal jika dia akan  menghampiriku. Entah kenapa aku suka dekat dengan laki-laki yang baru ku kenal itu. Namanya Iqbaal bahkan aku tidak tahu dimana ia tinggal dan siapa nama lengkapnya apa hobbynya dan apa motif mendekatiku.
            Dan aku menunggunya di parkiran saat ini. Hari mulai gelap, dan kulihat Iqbaal datang dengan senyuman itu. Senyuman maut miliknya yang mungkin akan membuat semua wanita meleleh ketika melihatnya. Aku memandanginya dan kita hanya saling padang.

"Ayo pulang,"

"Iya."

"Enggak mau mampir dulu?"

"Kemana?"

"Taman."

"Ide bagus."

Aku dan Iqbaal tengah berada jalan menuju taman. Suasana hari ini cukup bagus, tak lupa ku kabari Karin jika aku pulang telat. Rasanya aku seperti terlahir kembali. Sepertinya Iqbaal pria yang humoris sama sepertiku.

"Kamu sudah makan?"

"Belum."

"Makan dulu yuk."

"Iya, aku juga lapar."

"Suka makan apa?"

"Makan mie ayam, kamu?"

"Apapun asal sama kamu."

"Gombal."

"Aku serius tahu."

Iqbaal menghentikan motornya di depan penjual mie ayam. Aku dan Iqbaal masuk ke tempat itu. Iqbaal yang memesan mie ayamnya dan aku sudah duduk. Kami duduk berhadap-hadapan, dia benar-benar sangat tampan saat dilihat dari jarak dekat seperti ini. Dan mie ayam pesan Iqbaal datang bersama dengan es teh manis.

"Sini aku bantu."

Iqbaal menunggakan caos ke mie ayam miliku karena aku kesusahan melakukanya sendiri. Sungguh romantis memang si Iqbaal ini.

"Makasih."

"Sama-sama."

"Mari makan."

"Mau di suapin?"

"Pake sumpit kalo bisa?"

"Bisa."

"Mangap."

"Ahh Iqbaa blepotan kan."

Iqbaal mengusap bibirku dengan tisu, kuraih tisu itu dan ku usap sendiri. Kita selesai makan, karena sudah malam kita tak jadi ketaman. Iqbaal mengantarkan ku pulang.

"Besok jalan yuk?"

"Kemana?"

"Pantai."

"Jauhh."

"Panti asuhan maksutku."

"Ahh terserah deh asal sama kamu."

"Ciee ikut ngegombal, awas nanti gue baper ehh laper atau lemper."

"Lemper makanan enak tuh."

"Udah masuk rumah, salam buat orang tua kamu."

"Iyaa."

"Aku pulang dulu ya?"

"Hati-hati."

"Dada."

"Dada Iqbaal."

Aku masuk kedalam rumah dan kudapati Farrel disana. Entah kenapa ada Farel dirumah. Aku tak memandang Farel aku menunduk tak ingin melihatnya.

"Nayanya udah pulang, ibu tinggal ya."

"Ada apa kamu kesini?"

"Aku cuma mau ngasih ini ke kamu."

"Apa ini?

"Tabungan kita."

"Lalu."

"Aku sudah bagi sama rata."

"Sudah ambil saja semuanya."

Aku meninggalkan Farel dan masuk ke dalam kamarku. Seharusnya saat ini kita sudah punya usaha bareng. Namun kini semuanya hancur.

"Masalalu hanya untuk dikenang dan bukan untuk diulang." -Naya

Tbc

"Senja dan Pelangi"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang