Prologue

714 17 1
                                    

Ini permulaan dan baru prolog.
Maafkan bila ada typo bertebaran atau kata-kata yang tidak pas. Mohon koreksinya dan beri komentar yang sopan ☺

Budayakan Vote sebelum membaca yah. Selamat membaca 💡💡

Karena setiap bintang yang anda berikan itu menjadi penyemangat bagi saya 😊😆.

Ceritanya sudah beres. Jadi, tinggal saya publish.

Happy Reading !! 😆
Vote nya awas lupa loh hehe 😬

***
LILYANA 1

"Tidak! Tidak! Ayah, Lily ini masih berusia 19 tahun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tidak! Tidak! Ayah, Lily ini masih berusia 19 tahun. Lily masih ingin main dan merasakan masa mudaku, Ayah"

"Sayang... jika ada cara lainpun A--"

Lilyana menutup telinganya rapat-rapat dengan kedua tangan kecilnya. Ini sudah menjadi kebiasaannya sejak kecil apabila argumennya tak sesuai dengan ekspetasi.

Patra menghela nafasnya lelah. Jika sudah begini ia tak tau harus bagaimana.

"POKOKNYA LILY GAK MAU NIKAH MUDA! TITIK GAK PAKE KOMA! AYAH JAHAT! BAU DUGONG! EH-JIGONG! PERUTNYA BUNCIT! LILY BENCI AYAAAAHHHHH!!" Teriaknya heboh sampai mengundang perhatian para bodyguard rumahnya.

Max -si kepala bodyguard- membelalakan matanya saat sepatu branded akan mengenai wajah datarnya untungnya ia sempat menghindar.

"Sono lo! Ini pertengkaran antara anak dan ayahnya!"

Patra mengibas-ngibaskan tangannya ke arah para pengawalnya itu lalu mereka mengangguk dan keluar.

"Sono! Pegi lo! Gak sopan banget,"

"Lily.. Ayah menjodohkanmu dengan laki-laki yang masih muda kok. Dia teman bisnis Ayah. Tampan dan --"

"Pecat aja sih yah mereka. Lagian sama majikan gak ada senyum-senyumnya," sahut Lily tak tau waktu. Ia masih membahas para pengawal alay Ayahnya itu.

"LILYANA! KA--"

"APA?! LILY GAK MAU DI JODOHIN DEMI KEPERLUAN BISNIS AYAH! LILY INI ANAK AYAH! DARAH DAGING AYAH!~" Lily menghela nafasnya yang mulai memburu dan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Semenjak kepergian Bunda~ Ayah selalu berfikir gak waras.." lirihnya dengan berusaha payah menahan airmatanya agar tidak turun. Ia berdiri dan menatap Ayahnya.

"Lily~" panggil Patra dengan perasaan yang bersalah. Melihat anak satu-satunya menangis membuat hatinya terasa di gerogoti.

"Stop. Lily mau bobo, lelah. Ayah ngertiin Lily yah. Good night, Daddy" katanya lembut lalu mencium pipi Patra dan meninggalkan Patra yang terdiam kaku di sana.

Lilyana. Keras kepala tapi lembut. Pemarah tapi pemaaf. Arogan tapi rendah hati~

Aneh yah?

Dia mah gitu orangnya.

***

"Gimana? Dia nolak saya? Seharusnya kebalikannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gimana? Dia nolak saya? Seharusnya kebalikannya. Saya tidak terbiasa dengan penolakan," Yuda tersenyum devil pada seseorang di hadapannya.

Patra terlihat kaku.

Yah~ meskipun Yuda lebih muda darinya, tapi di dunia bisnis, Perusahaan yang Yuda pimpin sekarang lebih tinggi derajatnya di banding dengan perusahaan hotel miliknya.

"Pak Yuda, Lily masih kecil. Bahkan saya masih ingin--"

"Yah.. tidak apa-apa sih. Saya juga sebenarnya tidak tertarik dengan pernikahan ini. Apalagi anak labil," kata Yuda dengan senyum meremehkan.

Patra. Seorang ayah pasti akan marah jika anaknya di hina seperti itu. Tapi-

"Anda akan mencabut ucapan Anda ketika telah bertemu dengan anak saya nanti," ucap Patra tak sadar yang sudah tersulut emosi. Ia tak sadar jika ucapannya menyiratkan bahwa ia menyetujui perjodohan ini.

"BINGO! Akhirnya kau menyetujui juga pak tua!"

Patra tertegun merutuki ucapannya barusan. Namun, apa yang di ucapkannya adalah kenyataan. Lilyana sangat cantik dan manis, kalo lagi jinak.

Yuda tertawa puas melihat ekspresi teman bisnisnya, "Tenang saja ayah mertua. Oh iya, enaknya saya panggil apa yah?"

Yuda terkekeh lalu ia menggerakan kepalanya ke kanan dan ke kiri dengan gumaman menjijikan.

"Em.. Mertua Bangka?"

"Oh tidak-tidak. Bisa-bisa aku kena azab menantu yang durhaka pada mertuanya," lanjutnya berbicra sendiri.

"Hem.. apa yah. Hey teman bisnis! Kau kan tema almarhum Papa, jadi saya panggil kamu... Tua deh yah!" Akhirnya dengan mata yang berbinar.

Patra yang sudah kalah telak berdiri angkuh dan mendengus sebal lalu merapihkan jas kebesarannya seraya berucap, "Terserah anda saja, Yuda Santoso Cooper! Saya permisi," lalu melangkah menuju pintu dan-

"Eh, Tua!". Patra berhenti lalu mengatur nafasya seraya berbalik, "Apa?!" Dengan wajah kesal.

Yuda melebarkan matanya, "Whoa! nama panggilan itu cepat sekali kau terima yah," ucapnya dengan tersenyum bangga.

Patra menggeram kesal. Apa benar ia tidak salah langkah dalam menjodohkan anaknya dengan Yuda.

Yuda merogoh sesuatu di dalam laci kerjanya lalu melemparkannya pada Patra dan dengan sigap ia mengambilnya, "Yuhu! You got my point, Tua! Jam 7 di restaurantku. Nanti akan ku kirim gaun pada salahsatu pengawalku, Tua!" Imbuhnya angkuh.

Lalu setelah itu Patra benar-benar keluar dari ruangan Komisaris Yuda Santoso Cooper.

Saat di rasa Patra telah hilang dari pandangan, Yuda menghela nafasnya lelah.

"Andaikan saja bukan amanah dari Mama. Aku gak mau ngemis-ngemis di nikahin sama anak kecil si Tua,"

Lama ia merenungkan amanah yang beberapa bulan lalu ia dapatkan dari almarhumah Yuni-ibunya-

Lalu ia tersenyum penuh kemenangan saat ada dua kata sakral yang terngiang di kepalanya.

"Kawin kontrak? Do it!"

***

Silahkan berkomentar, dengan sopan ☺
Ini baru awal-awal sih. Kesananya mungkin akan heboh? Bagaimana persepsi kalian masing-masing 😊😈😬

LILYANA #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang